Share

Bab 4

Author: Pena_Receh01
last update Last Updated: 2022-01-02 10:52:00

Di lain tempat, Maura menggandeng tangan kecil sang buah hati. Mereka turun dari taksi dan menuju kediaman. Lengan mungil yang halus, tawanya membuat di sekitar ikut mengembangkan bibir. Maura lekas mengeluarkan kunci dari tas dan bergegas membuka pintu, Delia langsung berhampuran bermain mainanan baru di karpet dari Oma.

"Delia, mau Bunda buatin susu?" tanya Maura.

Wanita itu ikut selonjoran di karpet bulu tebal. Gadis kecil tersebut mengangguk tanda setuju, sangat fokus bermain sampai tidak mengalihkan tatapannya. Maura tertawa melihat tingkah menggemaskan sang buah cinta dari Hamdan dan dirinya. Ia bergegas ke dapur membuatkan pesanan yang tersayang. Berusaha menguatkan hati, agar selalu melihat kebahagiaan Delia.

"Aku harus semangat demi Delia," kata Maura.

Dia mengembangkan senyuman saat menyuguhkan sebotol susu ke anaknya.

"Ayo, Sayang diminum sampai habis ya. Jangan dibuang-buang! Ingat ada yang lebih susah dari kita, kamu harus bersyukur karena memiliki semua ini," nasehat Maura.

Ucapan wanita itu membuat Delia mengangguk walau di kepala kecilnya hanya ada kata bermain, makan dan tidur.

"Bunda, Ayah mana?" tanya Delia.

Dia bertanya saat dirinya tengah berbaring di paha Maura sambil menonton televisi yang menayangkan kartun.

"Ayah, kan, kerja, Sayang." Maura melirik ponsel yang berkedip, ia mendapatkan pesan dari suaminya. 

[Sayang, aku pulang sedikit malam. Mawar menangis sedari tadi ditelepon, gara-gara dapatkan bully-an. Gosip cepat banget beredar.] - Hamdan

[Kamu pulang jangan sampai terlambat! Delia menunggumu, awas saja kalau pulang larut malam, suruh Mawar habis ngampus langsung pulang.] - Maura

Maura menaruh handphone, ia kesal karena Hamdan ingin berdua dengan Mawar secara tidak langsung. Dia melirik jam sudah yang ternyata sudah sangat siang, lekas menyiapkan makanan untuknya dan Delia. Gadis kecil itu makan sangat lahap.

"Pelan-pelan, Sayang. Makanan kamu tidak akan lari kok." Maura membelai rambut Delia, hanya gadis kecil ini yang mampu memperbaiki suasana hatinya.

Di lain tempat Mawar tengah berdecak kesal, karena Hamdan membatalkan pergi ke hotel bersama. Padahal ia ingin berdua dengan sang suami, mencurahkan segala keluh kesah. Kejadian ini membuat banyak orang yang menghina. 

"Kenapa jadi aku yang selalu disalahkan oleh mereka, harusnya Mbak Maura dong. Dia, kan, gak bisa jaga suaminya," gerutu Mawar.

Perempuan itu berada di kampus, dikira tidak akan mendapatkan bully-an lagi orang karena dia kuliah. Ternyata dugaannya salah.

Suara dering ponsel membuat Mawar tersadar, matanya melihat nama yang tertera di layar. Setelah mengatur emosi dan nada suara, ia langsung mengangkat telepon. Memamerkan senyuman walau sang empu tak melihat.

"Walaikumsalam, Bu."

Mawar benar-benar berusaha agar nada suara tidak bergetar.

"Kamu di mana sekarang? Nduk. Kata Ce Idah kamu udah gak di kontrakan lagi, karena saat Ibu mau bayar uang kontrakan dia gak mau," cecar wanita itu.

"Anuuuu, Bu. Mawarrr ...."

Ucapan Mawar terdengar gemetar, takut diomeli oleh wanita yang melahirkannya. Apalagi mendengar hinaan tersebut.

"Ibumu pasti malu karena memiliki anak pelakor!" Perkataan seseorang terngiang-ngiang di benaknya, sampai sang ibu memanggil berkali-kali baru tersadar.

"Kamu kenapa, War? Sekarang kamu tinggal di mana?"

pertanyaan itu terucap bersamaan masuknya kampus membuat Mawar tersenyum lega.

"Bu, sudah dulu ya. Aku harus masuk kampus. Assalamualaikum."

Setelah mendengar jawaban sang ibu, Mawar langsung mematikan sambungan telepon.

 Jam sudah menunjuk angka setengah lima, Mawar bergegas untuk pulang. Karena tubuh yang benar-benar letih, ia langsung mendorong pintu membuat Delia yang hendak membuka terjatuh. Mawar terkejut sedangkan Maura berada di dapur menyiapkan susu untuk anaknya lekas berlari ke arah suara.

"Astagfirullah ... kamu kenapa, Sayang?" pekik Maura.

Dia membawa Delia dalam gendongannya, terlihat kening gadis itu benjol.

"Maaf, Mbak. Mawar gak tau," ucap Mawar membela dirinya. Dia takut dituduh sengaja melukai anak kakak madunya.

Maura menatap tajam Mawar, lalu beralih pada Delia yang menjerit kesakit. Berusaha mendiamkan sang anak, sedangkan Mawar mengikuti langkah mereka. Rasa kantuk hilang berganti menjadi rasa takut. 

"Awas kamu, anakku  sampai benjol gini!" hardik Maura sambil mengompres kening Delia seraya meniup-niup.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menggerebek Suami Dan Selingkuhannya (Season 1 & 2)   Extra part 26 (TAMAT)

    "Sudahlah, La! Kamu menyerah saja," geram sang Papa menatap murka ke arah Shilla."Gak bisa, Pah. Mas Aji harus jadi suami Shilla," rengek Shilla akhirnya memilih menitihkan air mata dan sang Mama langsung mendekap anak gadisnya. "Jangan terlalu keras pada Shilla, Pah," tegur Mama Shilla membelai rambut anaknya merasa sakit kala melihat Shilla menitihkan air mata."Papa kesal, Mah. Shilla berbohong pada kita, kalau Aulia gak beritahu kita, kita gak bakal tau kelakukan anak kita, Mah," lirih Papa Shilla pelan, ia sangat terlihat frustasi dan memijit keningnya."Aku gak bohong, Pah. Mas Aji gak bakal bahagia dengan wanita lain, dia hanya akan bahagia bersamaku," teriak Shilla seraya menangis, sang Mama semakin mendekap anaknya."Mas akan luruskan, La. Mas hanya mengangap kamu sebagai adik, tidak lebih, tolong jangan ganggu kebahagiaann Mas. Mas sudah bahagia bersama Ma dan anak-anak," jelas Aji membuat Shilla semakin terisak. "Sadarlah, La. Masa depanmu masih panjang, kamu bukan cinta

  • Menggerebek Suami Dan Selingkuhannya (Season 1 & 2)   Extra part 25

    Sebelas hari berlalu setelah kepergian Aulia, Aji masih terlihat murung. Maura wanita itu sibuk mengurus ini dan itu, beruntung ia memiliki pengasuh untuk menjaga anak-anaknya. Sehabis selesai melakukan semua, Maura bergegas melihat sang suami di kamar, terlihat Shilla tengah berusaha membujuk Aji. "Ayo, Mas. Kamu makan ya," bujuk Shilla menyodorkan sendok yang berisi nasi ke bibir Aji. "Sana keluar, Mas gak mau makan," usir Aji membuat Shilla sedikit gemas."Kamu punya telinga, kan, kamu udah diusir. Tolong keluar, biar Mbak yang kasih makan Mas Aji," cecar Maura merebut mangkuk yang berisi bubur, lalu Shilla menghentakan kaki kesal. "Nyebelin! Aku yang beli bubur ini lho," sunggut Shilla menatap kesal ke arah Maura."Ini, Mbak bayar harga buburnya. Sana kamu pergi, oh iya. Kalau mau bantuin tolong urusin aja yang lain, biar Mas Aji aku yang urus saja, karena dia adalah suamiku," sembur Maura membuat Shilla mengepalkan tangannya lalu memilih pergi."Mas ...," panggil Maura dengan

  • Menggerebek Suami Dan Selingkuhannya (Season 1 & 2)   Extra part 24

    "Enggak, Ma. Ibu mau beli gamis warna kuning aja tuh," ujar Aulia menaruh daster tersebut dan melangkah mendekati jejeran gamis."Ini, Ibu beli ini, tolong pegangin ya," pinta Aulia menyerahkan gamis set dengan hijabnya."Wah ... mukenanya bagus banget, Ibu juga mau beli ini deh," ucap Aulia lagi lalu memgambil mukena berwarna hijau. "Bu, bukannya Ibu suka pake mukena warna putih ya?" tanya Maura mendekati wanita yang menjadi mertuanya. "Emang gak boleh Ibu pengen warna ini," kata Aulia langsung disambut gelengan Maura. "Kamu udah milihnya belum?" tanya Aulia memandang menantunya yang disambut gelengan Maura."Enggak ah, Bu. Baju baru Ma masih banyak yang belum kepake," kata Maura membuat Aulia mengangguk."Ya sudah, ayo antar Ibu bayar dulu," ucap Aulia yang langsung disambut anggukan Maura."Wah, bajunya gemesin," tutur Maura membuat Aulia menoleh memandang menantunya dan ikut melihat apa yang dipandang wanita itu."Iya gemesin, ayo kita ke sana, Ibu pengen beliin. Sekalian buat

  • Menggerebek Suami Dan Selingkuhannya (Season 1 & 2)   Extra part 23

    Waktu beranjak siang, matahari sudah diatas kepala. Suhu badan Aulia kembali normal, ia sekarang sedang mengajak main di ruang tengah. Wanita itu sempat menanyakan dimana Shilla, bahkan Aulia langsung menelepon gadis tersebut. Setelah tau keberadaan Shilla, Aulia akhirnya fokus bersenang-senang dengan anak, menantu dan sang cucu. "Aku buat makan siang dulu ya," pamit Maura bangkit dari duduknya lalu menyerangkan Kenzie pada Aji karena habis menyusui. "Ayo Ibu bantu, Ibu lagi pengen masak bareng kamu," seru Aulia ikut bangkit dan akhirnya mereka melangkah ke dapur bersama, biarkan Aji menjaga anak-anak. "Pah," panggil Delia membuat Aji mendongak memandang putri sambungnya."Ada apa, hmmm ...," sahut Aji mengeryitkan alis kala melihat Delia seperti menimang-nimang mengatakan sesuatu. "Eummm ... anu, Lia pengen ikut bantu masak ya," ujar Delia membuat Aji terus memandangnya."Boleh ya, Pah. Kalo Papa udah bilang boleh, Bunda gak bakal larang aku," tutur Delia menangkupkan tangannya d

  • Menggerebek Suami Dan Selingkuhannya (Season 1 & 2)   Extra part 22

    Aji langsung menarik lengannya kala menyadari bahwa ada Maura. Karena tadi tangan itu ternyata menggenggam jemari lentik Shillaa. Terlihat paras Maura memancarkan kekecewaan, Aulia pun merasa bersalah. "Nenek, Nenek jangan sakit. Delia sayang, Nenek," kata Delia dengan nada cemring ia menaiki kasur dan memeluk tubuh Aulia. "Nenek gak sakit kok, cuma lemes aja," balas Aulia menoleh ke arah Delia dan membalas pelukkan gadis kecil itu lalu mencium pucuk kepala Delia. "Huh, Nenek bohong! Katanya gak sakit, tapi ini apa, badan dan kening Nenek sangat panas," gerutu Delia, gadis kecil itu mengusap sayang wajah Aulia."Semoga cara Lia ampun ya," tutur Delia terus membelai sayang puncuk kepala Aulia."Ma ...," ucap Aji pelan, ia bangkit hendak mendekati sang istri, tetapi keduluan oleh Maura yang berjalan ke arahnya. "Bu, berobat yuk! Ma gak tega liat Ibu," ajak Maura melewati sang suami, lalu ikut duduk di ranjang dan membelai puncuk kepala Aulia. "Nenek pasti cepet sembuh, karna sekara

  • Menggerebek Suami Dan Selingkuhannya (Season 1 & 2)   Extra part 21 (Bagian 2)

    "Papa, aku pinjem handphone. Maim games, boleh ya, Pah ...," rayu Delia memandang Aji dengan pupy eyes. Aji tersenyum geli melihat wajah sang anak sambung, ia mengangguk sebagai jawaban lalu mulai melahap hidangan saat sudah tersedia di piring. Delia langsung bersorak girang, dia bergegas mengambil ponsel Aji dan membawanya ke ruang makan. Karena gadis kecil tersebut akan makan disuapi oleh sang Bunda."Papa, Nenek sakit," kata Delia kala selesai mengeja huruf demi huruf dari pesan whatsapp Shilla. "Kata siapa, Lia?" tanya Aji mendongak memandang anak sambungnya seraya mengeryitkan alis. "Ini Pah, whatsapp dari Tante Shilla," balas Delia menyodorkan handphone lalu ia langsung turun dari kursi. "Ayo Pah, Bun. Kita ke rumah Nenek, kasian Nenek sakit, gak tega Lia lihat fotonya," pinta Delia memegang tangan sang Bunda."Astagfirullah, Ibuu ... ayo Ma! Kita langsung ke rumah Ibu," ajak Aji bangkit dari duduknya lalu menggendong Delia agar ikut ke mobil sedangkan Maura meminta Kenzie

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status