Home / Romansa / Menikahi Ayah Gebetanku / BAB 4: Menghindar

Share

BAB 4: Menghindar

last update Last Updated: 2025-06-03 11:53:57

Kejadian pertengkaran ayah dan anak tadi malam cukup membuat Shani kepikiran hingga ia tak tidur semalaman, wanita itu sangat khawatir dengan keadaan Daroll saat ini. Apalagi mengingat omongan Daroll semalam.

Tetapi, fakta bahwa Gideon adalah ayah dari Daroll lebih mengkhawatirkan bagi Shani. Ia tak mengira bahwa patah hatinya karena Daroll malah membawanya kepada Gideon.

Dan selama ini, ia bahkan tak tahu bahwa hubungan Daroll dan keluarganya tidak baik-baik saja, padahal lelaki itu selalu terlihat ceria di hadapan semua orang.

“Bagaimana aku harus menghadapi mereka berdua.” Shani berucap lirih di sela langkahnya, rasanya ia ingin libur saja hari ini agar tak bertemu dengan Gideon maupun Daroll.

Shani menghentikan langkahnya. Kalau tidak bisa menghadapinya, dia tinggal menghindari saja kan?

Mata Shani berbinar-binar dengan idenya sendiri. “Ya, aku hanya harus menghindari mereka berdua. Harus!” Seru Shani bersemangat.

Sayangnya, niat Shani yang ingin menghindari Gideon maupun Daroll malah menjadikannya selalu bertemu dengan kedua lelaki itu.

Shani bertemu dengan Gideon saat jam makan siang. Ia buru-buru bersembunyi di balik meja kafetarian ketika melihat sosok Gideon. Tapi sepertinya ia terlambat bersembunyi karena Shani mendengar langkah kaki mendekatinya.

“Sayang?”

Shani mendongak dan mendapati Gideon berdiri di sampingnya, Shani terpaksa mengukir senyum.

“I-iya?”

“Makan yang banyak, ya. Soalnya nanti malam aku ingin mengajakku ke suatu acara.” Ucap Gideon dengan senyum palsunya sambil mengacak-acak rambut Shani sebelum berlalu begitu saja.

Hal itu sukses membuat semua wanita yang melihatnya jadi merasa iri pada Shani.

“Ah, enak sekali ya menjadi tunangan pak CEO. Walaupun dia terlihat tegas tetapi dia sangat lembut pada istrinya.” Ucap seseorang di belakang Shani.

Lembut? Dia belum tahu saja bahwa itu semua hanyalah sandiwaranya saja dan lagi, dia bukan tegas tetapi arogan. Ku ulangi ya, dia itu A-R-O-G-A-N. Ucap Shani dalam hatinya dengan hati mengkal sambil menjauhi kaferatia.

Tak lama kemudian, Shani bertemu dengan Daroll ketika hendak mengantar beberapa dokumen ke divisi keuangan.

Shani tersenyum kaku ke arah pria itu. Ia melambaikan tangan patah-patah ke Daroll yang hanya dibalas dengan tatapan datar. Lelaki itu segera menjauhinya membuat hati Shani berdenyut sakit. Ia menurunkan tangannya dengan lesu dan menghela napas pelan.

Memang harusnya dia tidak masuk saja hari ini.

Ketika matahari mulai berubah jingga, sudah waktunya untuk pulang.

Shani segera merapikan barang-barang yang berserakkan di atas meja, ia melipir secepat kilat meninggalkan ruangan.

Saat ingin turun ke lantai bawah menggunakan lift, Shani tak sengaja bertemu dengan Daroll yang juga ingin turun.

Tatapan lelaki itu masih datar seperti sebelumnya yang membuat Shani jadi mengurungkan niatnya untuk menyapa, mereka akhirnya hanya diam membisu, walau saat ini sedang berdiri bersebelahan.

Ketika pintu lift terbuka, Shani tersentak kaget melihat Gideon ada di dalam bersama beberapa karyawan. Gideon juga terkejut melihat Shani. Matanya kemudian melirik Daroll yang wajahnya seketika berubah masam.

Perlahan, senyum terukir di wajah Gideon. Shani tahu itu hanya senyum sadniwara jadi dia juga membalasnya dengan senyum kaku.

“Kebetulan. Tadinya aku mau jemput kamu ke ruangan, tapi ternyata kita ketemu di depan lift.” Ujar Gideon dengan nada yang dibuat-buat lembut.

Karyawan lain yang juga berada disana dan mendengar ucapan Gideon seketika saling sikut dan mulai berbisik-bisik. Ada pula yang tersenyum malu-malu saat melihat CEOnya berkata manis.

“I-iya, okay.” Jawab Shani kikuk.

Ia segera memasuki lift dan tangannya segera diraih oleh Gideon untuk ia genggam, hal ini sukses membuat karyawan yang ada disana semakin tersenyum gemas. Kecuali Daroll, wajahnya semakin masam melihat kemesraan kedua pasangan ini.

Ketika lift berhenti satu lantai setelah lantai divisi Shani, Daroll melangkah keluar. Shani menelan ludah melihat kepergiannya. Ia menundukkan kepala dengan wajah muram.

Sepertinya, hubungannya dengan Daroll benar-benar sudah hancur.

Setibanya Gideon dan Shani di basement kantor, mereka pun segera menaiki mobil Gideon.

“Saya sudah bilang akan mengajakmu ke acara, kan?” Ucap Gideon tiba-tiba sesampainya mereka di dalam mobil.

Shani pun mengangguk cepat, “Kita mau ke acara apa?”

“Pesta pernikahan salah satu kerabat saya.” Jawab Gideon singkat sambil memasang sabuk pengaman pada tubuhnya.

“Ayah saya juga ingin diperkenalkan denganmu karena berita pertunangan kita, jadi kita harus bertingkah selayaknya pasangan, mengerti?” Lanjutnya, kini tangannya sudah berada di kemudi.

Shani pun mengangguk pelan sebagai jawaban.

Mobil pun mulai melaju dengan kecepatan konstan. Tak membutuhkan waktu lama, mereka akhirnya tiba.

Shani dan Gideon segera keluar dan memasuki gedung dimana acara tersebut di selenggarakan. Tetapi, saat baru melangkah masuk. Sudah banyak pasang mata yang memperhatikan mereka.

“Tunggu di sini.” Seru Gideon pada Shani sesampainya mereka di dalam.

“Mau kemana?”

Gideon hanya terdiam sambil menatap Shani datar penuh makna, seolah sedang berkata “jangan banyak tanya.”

Shani bahkan dapat membayangkan Gideon berkata seperti itu dengan nada bicaranya yang khas. Wanita itu pun memutar bola mata jengah, ia lalu mengangguk pelan sebagai respon agar tak menimbulkan keributan. Gideon pun segera menjauh darinya.

Setelah memandang kepergia Gideon, mata Shani seketika tertuju pada meja paling pojok dengan banyak makanan di atasnya, ia tanpa basa-basi langsung mendekati meja tersebut.

Berhubung Shani belum makan apa-apa sejak siang tadi, jadi tak ada salahnya mengisi perut sambil menunggu Gideon selesai dengan semua urusannya.

Makanan disana terlihat lezat, walaupun Shani belum pernah merasakannya sebelumnya. Mata Shani dibuat berbinar-binar melihatnya.

“Oh? Bukankah ini pasangan muda Gideon?”

Shani reflek menoleh, seorang wanita yang terlihat cukup berumur dengan gaun panjang dan terlihat mahal itu menatap Shani dengan wajah angkuh.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menikahi Ayah Gebetanku   BAB 45: Kembalinya sang mantan istri

    Penolakan halus Gideon saat di rumah sakit sudah cukup menyadarkan Shani tentang posisi dirinya saat ini. Wanita itu butuh waktu seminggu untuk mengobati hatinya yang jadi terluka karenanya. Tapi kini wanita itu tampak sudah biasa saja. Ia kembali menjalani pekerjaannya seperti awal dirinya saat belum mengenal Gideon. “Shani!” Shani menoleh sambil tersenyum simpul. Ia yang baru saja melangkah memasuki gedung kantornya itu seketika terhenti saat seseorang memanggil namanya.“Kamu tidak melihat obrolan group divisi?” Tanya salah seorang rekan kerjanya, wajahnya tampak prihatin.Shani terdiam sejenak, kepalanya bergerak menggeleng pelan seraya tangannya merogoh saku blazernya. Shani langsung mengeluarkan ponsel miliknya, hendak melihat apa yang baru saja dibicarakan oleh rekan kerjanya itu. Matanya terbelalak saat membaca obrolan group divisinya, kemudian alisnya mengkerut dalam. Seorang wanita mencari Shani.Siapa dia?Dia mantan istri CEO.Wah!Mantan… Istri? Batin Shani, ia mene

  • Menikahi Ayah Gebetanku   BAB 44: Sakit

    Shani menyusuri jalanan menuju halte bus paling dekat dari gedung kantornya, wanita itu sedikit menunduk sambil memandangi kaki-kakinya yang sedang melangkah.Pikirannya kosong, sekosong hatinya. Ada rasa hampa yang sulit untuk dijelaskan, ia seperti kehilangan arah dan tujuan. “Padahal, saat mengetahui Daroll sudah memiliki kekasih, aku tak sebegitu sedihnya. Kenapa sekarang malah rasanya sangat sedih, ya?” Shani bergumam pelan di sela langkahnya.Setelahnya, Shani jadi terperanjat saat sebuah mobil menepi di sampingnya. Sebelah tangan wanita itu terangkat untuk mengelus dadanya yang jadi berdegup lebih cepat, ia refleks menoleh saat kaca mobilnya menurun dan menampakkan wajah Daroll.“Kamu mau ke rumah sakit, kan? Mau pergi bersama?” Tanya Daroll.Shani terdiam sejenak sebelum mulai menjawab. “Rumah sakit?” Shani bertanya balik, alisnya terangkat sebelah karena belum mengerti dengan apa yang dibicarakan oleh Daroll barusan.“Lho, kamu tak diberi tahu kalau ayahku masuk rumah sakit

  • Menikahi Ayah Gebetanku   BAB 43: Rapat bersama 

    Shani hampir terlambat untuk pergi bekerja hari ini, wanita dua puluh lima tahun itu tak bisa tidur semalaman.Alasannya sudah jelas karena si lelaki yang beberapa waktu lalu masih bersamanya, lelaki yang rela membantu masalah hidupnya dan mengantarnya ke kampung walaupun tensi darahnya rendah. Ia mengutuk Gideon sambil memakan es krim coklat dan ditemani film lawas kesukaannya, film ini juga yang ia tonton beberapa hari setelah patah hati karena Daroll. “Hampir saja terlambat.” Shani bergumam pelan setibanya ia di depan pintu ruangan divisinya, ia kemudian mendorong pintu ruangan itu untuk memasukinya.Syukurlah orang-orang di dalamnya pun masih sibuk bersiap-siap untuk memulai pekerjaan masing-masing, bahkan ada yang masih mengunyah sarapannya.Shani pun langsung menuju meja kerjanya, menaruh tas untuk bersiap memulai pekerjaan pertamanya pagi ini. Tetapi saat baru mendudukkan tubuhnya, suara Pak Harris—manajer divisinya itu memanggilnya dari kejauhan. “Shani, kesini sebentar,

  • Menikahi Ayah Gebetanku   BAB 42: Bagaimana jika kita lebih dari itu?

    “Kenapa jadi membahas hal itu?” Shani menatap Gideon dengan tatapan terheran, tetapi lelaki itu hanya menatap datar Shani sejenak lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain.Sesaat kemudian Shani kembali teringat dengan wajah masam Gideon saat melihat interaksinya bersama Darian. Apa karena yang tadi, ya? Tanya Shani dalam hati, matanya menyelidiki. “Kenapa? Memangnya tak boleh saya membicarakan mantanmu?” Jawab Gideon ketus, wajahnya memerah menahan emosi. “Sebegitu pentingnya, ya?” Shani menyeringai kesal, walau ia tahu sikap Gideon saat ini bisa jadi karena rasa cemburu lelaki itu setelah melihat interaksinya bersama dengan Darian tetapi nada lelaki itu sedikit mengganggunya. Padahal sebelumnya dia bilang tak cemburu karena hubungan ini hanya sebatas kontrak tapi sekarang malah seperti ini. Keluh Shani dalam hatinya. Ia kembali menghela napasnya pelan, berusaha mengontrol emosinya agar tak meluap. Shani kembali menatap wajah Gideon sambil berusaha untuk menyusun kata-kata yan

  • Menikahi Ayah Gebetanku   BAB 41: Mantan kekasih 

    Matahari saat ini berada pada posisi yang cukup tinggi di langit, sinarnya yang sudah terasa cukup kuat itu memberikan kesan menenangkan. Shani menghirup dalam-dalam udara kampung halamannya untuk yang terakhir kali sebelum meninggalkan tempat ini, karena dirinya dan Gideon harus kembali ke kota. Mungkin ini kali terakhir mereka menginjakkan kaki di tempat ini, setidaknya sampai awal tahun depan Shani tak bisa sembarangan pulang ke kampungnya—mengingat wanita itu telah menggunakan semua jatah cutinya untuk tahun ini. “Aku pergi ya, Bu.” Shani berucap pelan sambil merentangkan tangan untuk memeluk ibunya, bibirnya mengerucut karena belum rela untuk kembali menjalani kehidupan monotonnya di kota.Sejujurnya ia masih ingin tinggal lebih lama agar dapat bercengkrama dengan ibu dan Sean, tetapi apalah daya dirinya yang hanya seorang pekerja biasa itu. “Mau lebih lama bersama ibu dan Sean, tapi besok harus bekerja.” Tambahnya, mengoceh pelan.Ibu terkekeh sejenak seraya tersenyum hangat

  • Menikahi Ayah Gebetanku   BAB 40: Baikkan

    Shani dan Gideon memasuki kamar beriringan, sang wanita langsung berbelok ke arah lemari untuk mengambil selimut tambahan, sedangkan sang lelaki langsung mendudukan tubuhnya di kasur. Sebelumnya, Gideon sudah pernah tidur di kamar Shani, hal itu membuatnya menjadi tak canggung lagi untuk berduaan saja dengan wanita itu di ruang privat seperti saat ini. Gideon memandang lekat-lekat Shani yang membelakanginya, ia tak mengalihkan pandangannya sejak wanita itu mulai sibuk mencari selimut tambahan untuknya dengan sedikit mengomel. “Ini.” Shani memberikan selimut itu pada Gideon. Gideon meraihnya, kembali menatap Shani tanpa berkata sepatah katapun.“Kenapa?” Tanya Shani keheranan, alisnya ikut terangkat.Mereka bersitatap sejenak sebelum akhirnya Gideon menjawab pertanyaan Shani.“Saya juga mau tidur di atas kasur.” Ucap Gideon datar.Shani menghela nafas, ia menggeleng pelan setelahnya. “Kita sudah sama-sama dewasa dan mungkin saja…” Ucapan Shani menggantung, ia kembali menghela napa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status