Raihan Aldiano adalah seorang duda kaya, tampan, beranak satu. Usianya baru 28 tahun. Namun di usianya yang masih muda ini dia harus mengalami kepahitan hidup, ditinggalkan istrinya. Sementara di sisi lain, ada seorang gadis bernama Rena Karisma berusia 21 tahun. Gadis cantik yang begitu takut dengan Raihan karena statusnya sebagai duda. Namun takdir tetap mempertemukan mereka dengan jalan yang tidak disangka-sangka. Rena harus melihat Raihan setiap harinya, karena ternyata Ibu kandung Rena bekerja sebagai pelayan di rumah mewah milik duda kaya itu. Akankah Nona anti duda jatuh cinta pada duda kaya nan tampan itu? Seperti apa cara Raihan mendapatkan cinta dan hati Rena?
Lihat lebih banyakSeorang laki-laki tampan keluar dari rumah mewah menuju mobil hitam yang terparkir sempurna didepan rumahnya. Laki-laki itu menatap sekilas jam yang ada ditangannya untuk memastikan jika dia tidak akan telat sampai ke kantornya.
"Ayah..."
Suara anak laki-laki terdengar keras memanggil ayah padanya. Sontak dia menoleh dan memeluk tubuh anak laki-laki itu. Pria tampan berkulit putih, berhidung mancung dengan mata sipit itu, tersenyum menatap ke arah anak kecil yang berada dalam pelukannya.
"Ayah... Kamu mau pergi kemana?" tanya Alif sambil menatap ke arah ayahnya.
"Ayah mau pergi ke kantor, Nak! Kamu di rumah saja bersama Oma dan Opa ya?" ucap Raihan sambil memegang bahu anak laki-lakinya.
"Tidak mau. Aku mau ikut dengan Ayah!" ucap Alif dengan wajah kesal.
"Nak, dengarkan Ayah! Ayah pergi ke kantor untuk bekerja dan Ayah bekerja untuk membahagiakanmu. Jadi kamu harus mengerti ya!" ucap Raihan sambil mengecup kening anak laki-lakinya itu.
Raihan masuk ke dalam mobilnya lalu membuka kaca jendela mobil untuk melambaikan tangan ke arah Alif. Alif yang awalnya kesal karena tidak diajak, seketika melambaikan tangannya juga sambil tersenyum ke arah mobil ayahnya.
Setelah mobil Raihan masuk jalan raya, mobil itu melesat dengan kecepatan tinggi. Ternyata Raihan memburu waktu untuk bertemu dengan kliennya.
Wajah tampan itu terlihat panik sambil sesekali menatap jam yang ada ditangannya. Terlihat dia tidak fokus menyetir karena beberapa kali ponselnya berdering.
"Huh... Aku benar-benar terlambat menghadiri rapat ini!" ucap Raihan memukul kemudinya.
Karena terus memikirkan rapat bersama klien, hampir saja mobil itu menabrak seorang wanita yang sedang menyeberang jalan bersama seorang nenek tua.
"Huaaahhhhhhh..."
Wanita itu berteriak keras, sontak membuat Raihan menghentikan mobilnya dan menginjak rem karena kaget. Raihan segera keluar dari mobil itu mendekat ke arah wanita yang jatuh di depan mobilnya.
"AW... Sakit!" teriak wanita itu saat kakinya digerakkan.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Raihan panik.
Wanita itu menoleh ke arah Raihan, wajah cantik yang seketika menghipnotis laki-laki di hadapannya itu.
"Aku tidak apa-apa! Tapi sepertinya kakiku terkilir," ucap wanita itu sambil memegangi kakinya yang sakit.
"Aduh... Bagaimana ya? Sebenarnya aku ingin sekali menolongmu, tapi saat ini aku sedang diburu waktu untuk menghadiri rapat penting! Begini saja, aku beri uang ini untuk kamu berobat! Satu lagi, namaku Raihan. Siapa namamu?" tanya Raihan sambil tersenyum dan menjulurkan tangannya.
"Aku Rena."
Wanita itu tersenyum seraya melepaskan tangannya yang pegang erat oleh Raihan. Raihan yang tersadar telah membuang banyak waktu untuk berkenalan dengan wanita itu, segera masuk ke dalam mobilnya.
"Rena, aku pergi! Maafkan aku, aku akan mencarimu untuk bertanggung jawab!" teriak Raihan sambil melajukan mobilnya meninggalkan wanita itu.
Mobil hitam milik Raihan, berhenti didepan perusahaan besar miliknya. Raihan keluar dari mobil itu lalu memberikan kunci mobil pada satpam untuk memindahkan mobilnya ke parkiran.
"Tolong, pindahkan mobilku!" ucap Raihan sambil berjalan masuk ke dalam kantor dengan beberapa dokumen di tangannya.
Setelah Raihan memasuki ruang rapat itu, semua beralih menatap ke arahnya. Rapat itu pun dimulai, terlihat Raihan begitu piawai menyampaikan materi rapat pagi itu.
Tepuk tangan diberikan para klien, saat Raihan selesai memberikan isi dari rapat yang dia sampaikan. Para klien itu berjabat tangan secara bergantian pada Raihan sambil tersenyum puas.
"Kamu benar-benar hebat! Aku menerima kerjasama yang kau tawarkan pada perusahaan milikku!" ucap Pak Bagas sambil tersenyum.
"Terimakasih, Bapak sudah mempercayakan perusahaan Bapak, dengan perusahaan milikku ini! Percayalah, jika perusahaanku akan memberikan keuntungan besar untuk perusahaan kalian," ucap Raihan sambil tersenyum.
"Baiklah. Kamu begitu, kami pamit!" ucap mereka bertiga serempak.
Tiga pengusaha itu keluar dari ruang rapat itu dengan wajah puas, sepertinya mereka begitu percaya Raihan bisa memberikan keuntungan yang besar untuk perusahaan mereka.
Raihan menghela nafas panjang, laki-laki itu kembali duduk di kursinya. Dia mengusap wajahnya dengan kedua tangannya, berusaha untuk menenangkan hati dan pikirannya.
"Huh... Selesai sudah, rapat ini!" bisik Raihan sambil menyandarkan kepala di kursinya.
Terlihat Raihan memejamkan matanya, tentu bukan hal yang mudah mengurus perusahaan besar seorang diri. Ayah Raihan sudah memutuskan untuk pensiun dan membiarkan putranya itu mengurus perusahaan besar milik keluarganya sendian.
Sebenernya ayah Raihan yaitu Bahar Kardian, memiliki tiga putra. Yang pertama sudah menikah dan tinggal di luar negeri. Yang kedua fokus menjadi seorang pengacara, dan putra terakhir adalah dirinya.
Awalnya Raihan tidak tertarik dengan bisnis, berhubung ayahnya sudah tua dan sering sakit-sakitan, terpaksa dia mengalah untuk orang tuanya. Meninggalkan cita-citanya sebagai seorang pelukis.
"Ehem... Pak!"
Suara seseorang mengejutkan Raihan. Raihan mengusap wajahnya lalu menoleh ke arah wanita yang memanggilnya.
"Ada apa Sinta?" tanya Raihan dengan ekspresi wajah datar.
"Bapak lelah? Apa mau saya buatkan teh hangat? Atau kopi?" ucap wanita itu sambil tersenyum.
"Tidak. Kembali saja bekerja! Aku akan memanggilmu jika aku butuh sesuatu," ucap Raihan sambil mengambil dokumen yang ada di mejanya.
Wanita itu keluar ruangan Raihan dengan wajah masam. Jelas sekertaris Raihan yang bernama Sinta ini, mengharapkan cintanya disambut oleh Pak bos tampan itu. Namun sayangnya, duda tampan itu masih mempertahankan status dudanya sampai saat ini.
Sementara di dalam ruangan, Raihan membuka laci mejanya. Menatap tajam ke arah sebuah foto yang ada di sana.
"Dita... Kamu lihat sekarang? Aku sudah sukses! Aku sudah memiliki semua yang kamu inginkan. Bukankah ini yang dari dulu kamu mau dariku? Aku meninggalkan pekerjaanku sebagai seorang pelukis dan melanjutkan bisnis ayahku. Wanita... Wanita... Apa kalian semua sama saja? Harta, harta dan harta!" ucap Raihan sambil tersenyum penuh kekesalan.
"Wanita macam apa kamu, Dita? Kau meninggalkanku dan anak kita hanya untuk mencari kebahagiaanmu. Kebahagiaan apa?" ucap Raihan sambil meremas foto di tangannya lalu dibuang ke tempat sampah.
"Wanita sepertimu bahkan tidak pantas untuk diingat! Aku sudah bahagia membesar putraku selama 5 tahun ini. Alif tidak butuh ibu sepertimu! Pergilah dan tidak perlu kembali lagi!" ucap Raihan dengan raut wajah kesal.
Raihan menyandarkan kepalanya kembali ke kursinya, tiba-tiba saja Raihan teringat dengan wanita yang tadi pagi terluka karenanya.
"Rena. Kenapa tiba-tiba aku mengingat wanita itu?" ucap Raihan sambil tersenyum.
"Siapa gadis itu? Kenapa aku ingin sekali mengenalnya lebih jauh?" ucapnya seperti orang salah tingkah saat mengingat wajah gadis itu.
"Ada apa denganku? Gadis itu benar-benar cantik. Apa mungkin aku bisa bertemu lagi dengannya?" ucap Raihan sambil mengusap wajahnya menghilangkan tingkahnya yang aneh karena terus mengingat gadis itu.
Raihan memegang gagang telepon, lalu menelpon seseorang.
"Tolong cari tahu, wanita cantik bernama Rena. Dia sepertinya tinggal di dekat jalan Cempaka yang tak jauh dari kantorku. Cari tahu tentang dia, lalu berikan informasi segera!" ucap Raihan sambil mematikan sambungan teleponnya.
Dengan wajah kesal wanita itu menggerutu, saat security membawanya keluar dari rumah Raihan. Dita tidak habis pikir, jika kali ini rencananya gagal untuk menggoda Raihan. Tujuan utama Dita mendekati Raihan adalah untuk mengambil alih semua harta milik Raihan. Dita tidak pernah tulus mendekati Raihan, dia hanya ingin memanfaatkan Alif sebagai jembatan merebut harta milik mantan suaminya itu. Saat security datang untuk mengusir Dita, tiba-tiba Alif datang dan menatap ibunya yang tengah menangis. Dita mendekat ke arah Alif, berharap anaknya bisa memaafkan dia. Tentu tujuannya adalah menjadikan Alif sebagai batu loncatan mendapatkan kekuasaan Raihan.Namun di luar dugaan, Alif bukannya merasa iba malah dia terlihat menikmati hal yang dialami ibunya. Perasaan seorang anak kecil saat melihat ibu kandungnya, tentu akan merasa senang. Tapi ibu kandung Alif ini berbeda, dia tidak mengharapkan Alif dari awal melahirkannya dan Alif tahu itu. Justru Alif menganggap, jika semua hal buruk yang dia
Keesokan harinya, Raihan membuka mata menatap sang istri masih terlelap di dalam tidur. Raihan memainkan jemari tangannya di wajah Rena. Terlihat Rena beberapa kali merasa terganggu dengan hal yang dilakukan Raihan. Dia menggeliat, dan menepis tangan Raihan, tapi Rena masih menutup rapat matanya. "Jangan ganggu aku, aku masih ngantuk!" keluh Rena dengan mata yang enggan terbuka. Raihan tertawa mengecup setiap bagian inci wajah Rena dengan lebih menggoda. Rena dengan wajah kesal membuka matanya. Memandang ke arah suaminya yang terlihat senang menatap ekspresi kesal wajah Rena. "Kamu suka selalu menggangguku, apa tidak punya pekerjaan lain?" ucap Rena kesal. "Kamu lihat dirimu. Ini sudah siang, tapi kamu belum bangun juga. Aku sebagai seorang suami akan berangkat ke kantor, tapi istrinya justru belum bangun dari tempat tidur. Menurutmu apakah ini masuk akal?" ucap Raihan tersenyum senang. "Kenapa harus membangunkanku? Jika kamu butuh air hangat untuk mandi, kamu bisa sediakan sendi
Rena dipaksa oleh Raihan masuk ke dalam mobil. Dia tidak berani menolak saat suaminya mau ngajak dia ke sebuah hotel. Hotel mewah dengan gedung 30 lantai. Rena memandangi gedung mewah itu dengan mengikuti langkah suaminya. Sampai di depan kamar hotel, Rena masuk bersama Raihan. Tanpa ada aba-aba suaminya itu langsung menyerang Rena dengan penuh nafsu. Rena tahu betul, ini adalah salah satu cara Raihan untuk melakukan serangan balik dari istrinya. Hingga Rena hanya bisa menutup matanya melihat kebuasan suaminya.Raihan mendorong tubuh Rena hingga jatuh di atas tempat tidur. Dress berwarna putih yang Rena pakai tersibak hingga terlihat bagian bawah tubuh Rena. Dengan gerakan cepat Rena menarik dress itu agar menutupi celana dalamnya yang terlihat."Apa yang kamu lihat? Matamu langsung melotot seperti itu, melihat hal seperti ini!" oceh Rena kesal."Kenapa ditutup, nanti juga pasti akan kubuka lagi! Jangan bilang, jika kamu masih malu padaku setelah menikah hampir satu bulan? Apa yang m
Air mata Rena membasahi jas yang dikenakan Raihan. Terlihat kesedihan yang mendalam dari tatapan mata Rena pada Raihan. Isak tangis masih terdengar, membuat Raihan merasa bersalah mengucapkan kata-kata kasar pada istrinya itu. "Maafkan aku! Tidak seharusnya aku meneriakimu seperti tadi. Aku khilaf, maafkan aku!" ucap Raihan mengusap lembut wajah Rena."Kamu jahat! Kamu bisa mengencani banyak wanita tapi kenapa aku tidak? Kamu bisa menempel pada banyak wanita, kenapa aku tidak? Kamu terus mengaturku ini dan itu, tapi pernahkah kamu bercermin untuk menghargaiku sedikit saja? Oh tidak, pria kaya raya sepertimu tidak akan menghargai orang lain. Kamu bisa melakukan apapun, karena kamu punya segalanya dan mampu membeli harga diri orang lain, termasuk harga diri istrimu sendiri!" teriak Rena kesal.Raihan tak bicara, dia menatap istrinya lekat, Raihan merasa sangat bersalah karena membuat istrinya marah padanya saat itu. CUP ...Raihan mengecup bibir Rena, Raihan juga menghapus air mata ya
Rena tersenyum dan akhirnya mengiyakan apa yang dikatakan Raihan padanya. Kini Rena mulai belajar menjadi wakil CEO didampingi oleh sang suami. Rena terlihat bersungguh-sungguh dalam mempelajari setiap hal yang diperintahkan oleh Raihan dan tugasnya sebagai wakil CEO. Tapi saat Rena benar-benar sedang serius, Raihan justru malah menggoda istrinya. Dia terlihat senang memberikan banyak pekerjaan yang bukan pekerjaan Rena sebagai wakil CEO. Rena diminta untuk menulis nama panjang Raihan di kertas seratus lembar. Tak hanya itu Rena diminta untuk memajang foto Reyhan disebelah mejanya. Walaupun terlihat pekerjaannya cukup aneh, tapi Rena berusaha untuk tidak melawan. Dia mengerjakan setiap pekerjaan yang diperintahkan oleh Raihan tanpa perdebatan. Padahal Rena tahu betul jika sang suami saat ini tengah mengerjainya. "Sudah selesai belum, pekerjaan yang barusan aku berikan? Setelah selesai kamu bisa memulai tugas yang lain. Di sini ada beberapa tumpukan dokumen yang harus kamu periksa. H
Raihan tersenyum ke arah Rena, mengecup kening istrinya penuh cinta. Terlihat begitu takut jika kehamilan akan menyiksa sang istri."Jika kamu belum siap, aku bisa menunggu!" ucap Raihan pelan."Kenapa? Tadi kamu yang paling antusias? Sekarang tiba-tiba kamu berubah jadi khawatir seperti itu. Apa yang kamu pikirkan? Tidak mau aku mengandung anakmu? Apa aku tidak layak?" ucap Rena kesal."Hei, tajam sekali mulutmu ini! Aku melakukan itu karena mengkhawatirkan keadaanmu. Aku baru menyadari jika proses memiliki anak butuh perjuangan saat melahirkan. Aku tidak tega jika kamu harus merasakan sakit itu!" "Bodoh sekali! Aku ini wanita. Aku mau punya anak dari rahimku sendiri. Percayalah, aku pasti kuat!" ucap Rena memeluk tubuh Raihan."Benarkah? Kamu sudah siap untuk hal itu?" "Tenang saja, aku sudah siap!" ucap Rena sambil tersenyum.Beberapa hari kemudian, Rena kembali bekerja di kantor Raihan. Dia terlihat serius mengerjakan tugas dari manager Ana tentang desain kantor Amazong. Anggist
Rena meminta banyak hal malam ini, dan mendapatkan semuanya dari kerja keras suaminya. Entah kenapa Rena merasa bangga, menikmati hidup ala kadarnya seperti ini. Yang terpenting di saat hidup tak menjadi seorang sultan, Rena merasa jauh dicintai dan merasa percaya diri mendampingi Raihan. Satu-satunya ketakutan Rena selama ini adalah status Raihan sebagai orang terkaya yang mencolok."Kelihatannya kamu sangat menikmati makan ini ya? Apa kamu suka melihat suamimu jadi pedagang rendahan?" ucap Raihan kesal."Hahaha... Bukan begitu, tapi aku lebih tenang saat kamu bukan siapa-siapa. Terakhir kali, aku dan Amor berdebat karena dirimu. Hari ini, aku dan Sinta juga berdebat karenamu. Sejujurnya aku tidak suka dengan statusmu sebagai sultan. Tidak bisakah kita hidup sebagai rakyat biasa saja?" ucap Rena menyandarkan kepalanya di bahu Raihan."Kamu istriku yang konyol! Saat banyak wanita mendekatiku karena uang, kamu justru malah ingin aku meninggalkan semuanya. Tapi itulah yang membuat aku
Raihan mengunci pintu kamar hotel dengan senyum menggoda. Terlihat jelas keromantisan yang akan terjadi pada Rena dan Raihan saat itu. Hanya dengan sedikit sentuhan, Raihan mampu membuat Rena tak berdaya melawannya.Tubuh mungil Rena membuat Raihan beberapa kali menelan ludahnya. Merasakan nafsunya memuncak hingga ke ubun-ubun. Dalam sekejap, pakaian yang dikenakan Rena lepas dari tubuhnya. Raihan tersenyum menyeringai, menatap tubuh polos itu membuat dia langsung menyerang Rena tanpa aba-aba. Rena hanya mengerang, sesekali tangannya mencengkram kuat punggung Raihan yang berada di atas tubuhnya.Tak lama setelah selesai melakukan aktivitas kegemaran Raihan, Rena terlelap tidur. Raihan dengan bangga memeluk istrinya dan mengusap lembut pucuk kepala Rena. Terlihat wajah bahagia terpancar dari bibir Raihan."Jika kamu benar-benar berhasil mengandung anakku, aku akan semakin menyayangimu. Hal yang paling indah yang kumiliki, adalah menjadikan kamu pasangan hidupku dan ibu untuk putraku, A
Rena kembali masuk ke dalam kamar hotel itu, menahan kesal menghadapi tingkah sekertaris suaminya. Secara terang-terangan dia ingin menjebak Raihan, tentu saja Rena merasa sangat kesal.Raihan tersenyum menatap ke arah Rena, dari atas tempat tidur. Dia masih terlihat lemah setelah menghabiskan waktu untuk bertarung dengan Rena. "Kenapa sayangku? Kenapa dengan ekspresi wajahmu yang menggemaskan itu? Apa kamu sedang marah?" tanya Raihan."Tentu saja aku marah. Sekertarismu bermasalah, sejak datang menemuiku dia terus mengancamku. Cih, dia pikir dia bisa mengancamku? Aku istrimu, aku lebih berhak atas kamu daripada wanita itu'kan?" ucap Rena kesal."Iya sayang, kamu lebih berhak atas aku dibanding siapapun! Jika kamu cemburu seperti ini, aku merasa sangat bahagia. Ayo kita buat adik untuk Alif!" bisik Raihan sambil mengedipkan sebelah matanya."Huh, apa-apaan! Ingin punya anak? Bisakah kamu jaga dirimu dulu agar tidak digoda wanita lain? Bagaimana jika saat aku sedang hamil, kamu digoda
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen