Beranda / Romansa / Menikahi Penguasa / Bab 2: Kamar Pengantin Baru

Share

Bab 2: Kamar Pengantin Baru

Penulis: Jerry
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-14 16:00:51

Cahaya remang dari lampu gantung menerpa tirai putih yang bergoyang pelan, seolah ikut merasakan dinginnya suasana malam ini. Kamar pengantin di hotel mewah tempat mereka menginap setelah resepsi tadi, dipenuhi keheningan yang menusuk.

Keysha duduk di ujung ranjang, masih mengenakan gaun pengantin yang kini terasa berat dan menyakitkan. Setiap payet dan renda di tubuhnya seperti beban, bukan hiasan.

Di seberangnya, Arka berdiri membelakangi jendela besar, tubuhnya tegap dengan jas hitam yang kini hanya digantung di bahunya. Tatapannya lurus ke luar, ke kota yang tak tidur.

“Gantilah bajumu. Kamu terlihat… terlalu tegang,” ucap Arka datar, tanpa menoleh.

Keysha menggigit bibir nya. Ia ingin berkata, ingin menjelaskan sesuatu, tapi ia tahu ini bukan saatnya. Ia berdiri pelan, masuk ke kamar mandi dengan langkah gontai.

Saat ia kembali dengan baju tidur tipis pemberian dari hotel, Arka sudah duduk di sofa, menyandarkan tubuhnya dengan mata terpejam. Sejenak, Keysha hanya berdiri mematung, menatapnya. Pria itu… adalah suaminya sekarang. Di mata hukum. Tapi hati mereka… seperti orang asing yang terpaksa hidup bersama.

“Aku akan tidur di sofa,” ujar Arka tiba-tiba, membuka mata dan menatapnya datar. “Kita tidak perlu berpura-pura lebih jauh dari ini.”

Keysha mengangguk pelan. “Terima kasih.”

Ia naik ke atas ranjang, menarik selimut hingga ke dagu. Tubuhnya menggigil. Bukan karena dingin, tapi karena kenyataan. Dia menikah. Dengan pria yang tidak mencintainya, dan mungkin pria itu masih mencintai kakaknya—atau setidaknya, pernah.

“Besok pagi, kita akan sarapan bersama keluarga besarku,” kata Arka. “Setelah itu, kamu boleh kembali ke rumahmu untuk sementara waktu, dan aku akan pergi ke kantor.”

“Baik…” jawab Keysha lirih.

“Dan mulai minggu depan, kamu pindah ke rumahku. Kita tidak akan tinggal di sini selamanya.”

Keysha menoleh pelan. “Rumahmu?”

Arka mengangguk, lalu menatap langit-langit. “Kita harus membangun citra pasangan yang harmonis. Publikasi media sudah cukup heboh. Jangan buat aku harus menyelamatkan reputasiku untuk kedua kalinya.”

Keysha merasa hatinya ditusuk dengan kata-kata itu. Tapi ia menahan tangisnya. Tidak sekarang. Tidak di depan pria ini.

“Arka…” suaranya lirih. “Apa kamu benar-benar tidak tahu kalau Alena akan Kabur di hari pernikahan kalian berdua ?”

Arka menoleh lambat. Pandangannya kosong, namun tajam. “Aku tidak tahu. Tapi aku penasaran, kenapa kamu bersedia menggantikan kakakmu.”

Keysha menunduk. “Karena aku tidak punya pilihan lain.”

Arka mendengus pelan. “Itu selalu menjadi alasan semua orang, sungguh alasan yang klasik.”

Lalu ia memejamkan mata. Dan malam itu pun ditelan keheningan.

Pagi datang terlalu cepat. Keysha bahkan belum tidur dengan nyenyak. Ia berdandan dengan bantuan tim tata rias hotel yang dibayar mahal oleh pihak keluarga Arka. Kini ia tampak seperti istri sah seorang CEO—elegan, tenang, dan penuh rahasia.

Di meja makan panjang berlapis marmer, keluarga besar Arka duduk berjajar. Beberapa wanita tua menatap Keysha dengan senyum simpul. Yang lain menatapnya dengan tatapan tajam.

Mama Arka. Yang bernama Savira Mahendra, duduk di ujung meja. Wajahnya tegas dan tanpa senyum.

“Kamu terlihat lebih tenang hari ini, Alena,” ucapnya pelan.

Keysha nyaris tersedak. Tapi ia dengan cepat menunduk dan tersenyum kecil. “Terima kasih, Tante.”

Savira mengangkat alis. “Tante?”

Arka yang duduk di samping Keysha segera menyela, suaranya tenang tapi tegas. “Ibu, maksudnya. Keysha sepertinya masih sedikit gugup, itu wajar, karena ini baru hari pertama menikah.”

Semua mata menoleh. Keysha merasa tubuhnya membeku. Tapi ia mencoba untuk tetap tersenyum.

“Benar, Bu. Saya… masih berusaha menyesuaikan diri.”

Savira mengangguk pelan, lalu menyuapkan makanannya dengan gerakan anggun. Tak ada lagi komentar, tapi suasana menjadi lebih dingin.

Di bawah meja, Arka menggenggam tangan Keysha. Sekejap saja. Tapi cukup membuat jantung Keysha berhenti berdetak sejenak.

“Itu akan jadi rutinitas kita. Bersikap seperti pasangan bahagia. Termasuk di depan ibuku.”

Keysha menoleh. “Termasuk menggenggam tangan?”

Arka menatapnya. Kali ini lebih dalam. “Termasuk menatapmu seolah-olah seperti aku mencintaimu.”

Keysha menelan ludah. “Dan kamu bisa melakukan itu?”

Arka tak menjawab. Ia hanya tersenyum tipis. Bukan senyum manis. Tapi senyum yang menyimpan ribuan rahasia.

Setelah makan, mereka berpamitan. Keysha berjalan perlahan ke arah mobil keluarga, tapi sebelum masuk, Arka menahan lengannya.

“Kalau kamu punya alasan sendiri untuk menggantikan Alena, aku tidak akan bertanya. Tapi jangan coba-coba mengulang kebohongan baru.”

Keysha mengangguk. “Aku juga tidak suka berbohong.”

Arka menatapnya lama. “Bagus. Karena satu kebohongan lagi, aku tidak akan tinggal diam.”

Mobil pun melaju, meninggalkan rumah keluarga Alvaro. Di kursi belakang, Keysha menggenggam tangannya sendiri. Luka di hatinya belum sembuh, tapi perannya baru saja dimulai.

Ia bukan lagi Keysha yang sederhana.

Sekarang ia adalah istri dari Arka Alvaro—CEO yang menyimpan luka dan juga kemarahan.

Dan entah bagaimana… di balik kebohongan ini, hatinya mulai goyah.

--------------------

[ Bersambung..........]

"See you in the next chapter"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Menikahi Penguasa   Bab 14: Luka yang Tak Pernah Pergi

    Pagi ini, langit tampak redup, seolah bersiap menjadi saksi dari pertemuan yang tidak pernah ingin dijalani. Arka menyetir dalam diam, wajahnya fokus tapi tegang. Di sampingnya, Keysha menatap ke luar jendela, memikirkan banyak hal—terutama tentang seseorang yang tak disangka kembali mengusik hidup mereka: Bryan.“Arka… kamu yakin mau ketemu sama dia?” tanya Keysha hati-hati.Arka mengangguk pelan. “Kita tidak bisa biarkan dia terus bermain di belakang. Aku harus tahu apa maunya. Kamu nggak harus ikut kalau nggak mau.”Keysha menggeleng. “Aku mau ikut. Dia pernah bersikap baik padaku… aku ingin tahu siapa dia sebenarnya, dan apa maunya Sampai harus mengirim pesan seperti itu.”Mereka berhenti di kafe kecil, tempat yang dipilih Bryan. Tempat itu tenang, hampir tak ada pengunjung lain. Begitu melangkah masuk, mereka langsung melihat Bryan yang sudah duduk di pojok ruangan, menyesap espresso sambil menatap ke arah luar jendela.Keysha menarik napas. Ia ingat pertemuan pertama mereka—Brya

  • Menikahi Penguasa   Bab 13: Pesan Tak Dikenal

    Keysha seketika mematung di depan meja, menatap layar ponselnya tanpa berkedip.Pesan itu masih tertera dengan jelas: “Jangan terlalu percaya pada cinta yang datang setelah luka. Karena tak semua luka mudah untuk sembuh sepenuhnya.”Jari-jarinya menggenggam ponsel lebih erat. Sekilas ia menoleh ke jendela—seolah berharap itu hanya angin iseng yang melemparkan ketakutan. Tapi tidak. Ini nyata. Dan seseorang mengirim pesan itu untuknya, dengan maksud tertentu.Ia mencoba menenangkan dirinya sendiri. Mungkin itu hanya pesan anonim, atau pesan salah kirim. Mungkin hanya orang iseng. Tapi mengapa terasa begitu pribadi? Seolah si pengirim tahu apa yang sedang ia dan Arka jalani. Bahkan tahu luka apa yang sedang mereka coba sembuhkan.Keysha menelan ludah, lalu mengetik balasan.“Siapa kamu?”Belum sampai satu menit, muncul lagi pesan balasan.“Seseorang yang tahu siapa cinta pertama Arka. Dan tahu luka apa yang masih dia sembunyikan.”Keysha terdiam.Degup jantungnya mulai kacau. Tangannya

  • Menikahi Penguasa   Bab 12: Malam, Sebelum Segalanya Berubah

    Suasana kamar terasa begitu hening, hanya suara pendingin ruangan dan detak jarum jam di dinding yang terdengar. Keysha duduk di sisi tempat tidur, mengenakan piyama berbahan katun lembut berwarna biru pucat. Ia menatap cermin kecil di hadapannya sambil menyisir rambut perlahan. Di balik pantulan kaca, ia bisa melihat Arka berdiri di ambang pintu kamar, memandangi dirinya tanpa kata.“Aku belum bisa tidur,” kata Keysha pelan.Arka melangkah masuk, menyandarkan tubuhnya ke dinding di dekat meja rias. “Aku juga.”Hening sejenak. Hanya tatapan mereka yang saling bertaut. Tak ada lagi pembicaraan tentang Alena malam ini, tak ada luka lama yang dibongkar kembali. Tapi ada sesuatu yang berubah di antara mereka—entah lebih dekat atau lebih rapuh, mereka berdua belum tahu pasti.“Kamu masih memikirkan apa yang dikatakan Alena?” tanya Keysha hati-hati, menatap bayangannya sendiri di cermin.Arka berjalan pelan, duduk di ujung ranjang. “Sedikit. Tapi bukan tentang dia. Aku lebih memikirkan soal

  • Menikahi Penguasa   Bab 11: Kebenaran yang Melegakan

    Langit sore tampak kelabu, ketika Arka tiba di kafe tempat yang sudah dijanjikan dengan Alena. Tempat itu terlalu penuh kenangan—dulu mereka sering duduk di meja paling ujung, dekat jendela besar yang menghadap ke jalan. Tapi hari ini, kenangan itu bukan lagi alasan untuk tinggal—melainkan untuk ditutup selama nya.Arka duduk lebih dulu. Tak lama, Alena datang. Rambutnya diikat sederhana, wajahnya pucat namun tenang."Terima kasih sudah mau datang, Arka," ucap Alena, dengan suara pelan.Arka mengangguk singkat. "Langsung ke intinya saja, kamu bilang ada yang ingin dijelaskan."Alena duduk, tangannya gemetar saat menyentuh cangkir di depannya. Hening beberapa detik sebelum ia berbicara."Kamu marah padaku, dan kamu punya hak penuh untuk melakukan itu," katanya pelan. "Tapi aku ingin kamu tahu... aku tidak meninggalkanmu karena aku tidak mencintaimu."Arka menahan napas. Matanya tajam menatap Alena. "Lalu kenapa kamu tinggalkan aku di hari pernikahan kita? Tanpa penjelasan, tanpa pesan.

  • Menikahi Penguasa   Bab 10: Janji di Ujung Keraguan

    Keysha seketika terdiam. Kata-kata Arka menggantung di udara seperti kabut pekat yang sulit ditembus. Malam yang semula terasa begitu hangat seketika berubah menjadi dingin. Hujan di luar masih turun, tapi kini, yang lebih deras justru suara degup jantungnya sendiri."Alena... mengirim pesan padamu? tapi kenapa?" suaranya nyaris tak terdengar.Arka meletakkan ponsel nya di atas meja. "Baru saja. Aku juga sangat terkejut.""Apa... kamu sudah membaca semua pesannya?" Keysha menelan ludah.Arka mengangguk dengan pelan. "Hanya sebagian."Keysha menatap Arka, mencoba membaca ekspresi wajahnya, mencari sisa-sisa rindu atau luka yang mungkin masih tertinggal."Apa kamu masih terganggu dengan kehadirannya?"Arka menghela napas. "Aku tidak tahu, Keysha. Ini bukan karena aku masih menyimpan rasa pada Alena. Tapi karena aku tidak menyangka dia akan muncul... saat aku baru saja mulai merapikan hidupku lagi, bersamamu."Keysha menunduk, jari-jarinya memainkan ujung bantal di sampingnya. "Apa dia

  • Menikahi Penguasa   Bab 9: Bukan Sekedar Pelarian

    Aroma kopi menyebar perlahan dari dapur yang biasanya sunyi. Keysha berdiri di depan mesin pembuat kopi, memakai apron putih dengan rambut yang diikat asal-asalan. Wajahnya masih menampakkan bekas kantuk, tapi juga ketenangan baru setelah melalui malam yang menguras emosi. Matanya memandangi tetesan kopi yang jatuh perlahan, sembari memikirkan ulang semua percakapan semalam.Arka masuk ke dapur tanpa suara, mengenakan kaus abu-abu polos dan celana panjang. Tak seperti sosok CEO dingin dengan setelan hitam seperti biasa. Kali ini, ia tampak seperti pria biasa—yang mungkin sedang belajar menjadi suami.“Pagi,” ucapnya lirih.Keysha menoleh sambil menyodorkan secangkir kopi. “Pagi. Kamu suka kopi hitam kan?”Arka mengangguk dan duduk di kursi bar dapur. “Iya. Tapi biasanya pahit.”Keysha menyeringai kecil. “Kadang, rasa pahit justru bikin kita sadar kalau yang manis itu bukan segalanya.”Mereka tertawa kecil. Hening setelahnya terasa berbeda. Tidak canggung, tapi nyaman. Seperti dua oran

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status