Home / Romansa / Menikahi Pewaris Dingin / Bab 2:Negosiasi di Bawah Sorotan

Share

Bab 2:Negosiasi di Bawah Sorotan

Author: SolaceReina
last update Last Updated: 2025-09-11 14:52:52

Lima hari berlalu sejak pertemuan Clara dengan Alex di lelang amal. Lima hari yang terasa seperti setahun penuh di mana ponsel Clara terasa dingin dan sunyi. Paman Robert mengirim pesan singkat berisi ejekan, dan Pria Keriput itu, Tuan Hendra, bahkan mengirim bunga mawar layu—sebuah ancaman terselubung. Clara mulai merasa taruhannya mungkin terlalu gila.

Tepat pada hari keenam, panggilan itu datang. Singkat, dingin, dan otoritatif.

“Nona Clara. Besok. Jam sepuluh pagi. Kantor saya. Jangan terlambat.”

***

Tepat pukul 09:55, Clara berdiri di lobi utama A&A Group. Gedung pencakar langit itu berdiri sombong di tengah kota, sebuah monumen bagi kekuasaan dan kekayaan yang tak tertandingi. Berbeda dengan kantor Arta Group yang kini terasa usang dan penuh debu di sudut, A&A Group memancarkan kemewahan yang klinis.

Setelah melewati tiga lapis pemeriksaan keamanan, Clara akhirnya diantar ke lantai eksekutif. Ruangan Alex, yang hanya dibatasi kaca setebal kristal, adalah representasi sempurna dari dirinya: minimalis, bersih, dan tanpa jiwa. Hanya ada meja kerja hitam mengilap dan satu set sofa kulit yang tampak mahal. Tidak ada foto, tidak ada kenang-kenangan, hanya efisiensi murni.

Alex sudah duduk di kursinya, membaca dokumen tanpa mengangkat kepala.

“Silakan duduk, Nona Clara,” katanya tanpa jeda, seolah-olah menyambut kedatangan kurir.

Clara duduk di sofa, menarik napas untuk menenangkan jantungnya. Ia mengenakan setelan bisnis berwarna abu-abu, menyingkirkan citra gaun pesta yang ia gunakan saat pertemuan pertama mereka. Ia harus menjadi pebisnis di sini.

Alex meletakkan dokumen itu. Ia menatap Clara, tatapan yang terasa seperti laser menganalisis kelemahan.

“Anda meminta waktu saya,” ujar Alex, suaranya pelan tapi menusuk. “Saya telah meluangkan dua puluh menit dari jadwal harian saya untuk mendengarkan lebih jauh kebohongan yang Anda buat di lelang malam itu. Mari kita luruskan. Apa yang Anda tawarkan kepada saya, selain masalah?”

“Saya menawarkan solusi,” jawab Clara, mempertahankan nada datar. Ia mengeluarkan sebuah *flash drive* kecil dari dompetnya dan meletakkannya di meja. “Di dalamnya terdapat draf awal **Kontrak Pernikahan Bisnis** yang saya usulkan. Ini bukan permintaan tolong, Tuan Alex. Ini adalah kemitraan yang saling menguntungkan.”

Alex tidak menyentuh *flash drive* itu. “Menarik. Anda begitu yakin masalah suksesi saya, yang melibatkan miliaran dolar dan sejarah perusahaan, dapat diselesaikan oleh perusahaan yang hampir bangkrut?”

“Masalah suksesi Anda bukan masalah finansial, tapi **citra** dan **tekanan keluarga**,” potong Clara, tanpa gentar. “Kakek Anda ingin kepastian stabilitas—istri. Dan Anda, Tuan Alex, membutuhkan perisai yang sempurna untuk melindungi hidup pribadi Anda dari sorotan media dan tuntutan sosial. Saya menawarkan diri untuk menjadi perisai itu.”

Alex menyandarkan punggung ke kursinya, menunjukkan minat yang samar-samar. “Anda tahu rahasia itu, tapi Anda berpikir saya akan percaya bahwa Anda tidak akan menggunakannya untuk menuntut lebih dari yang Anda tawarkan?”

“Itu tercantum dalam kontrak,” balas Clara, menunjuk *flash drive*. “Saya akan menandatangani klausul kerahasiaan paling ketat, dengan denda yang bisa menghancurkan saya dan sisa-sisa Arta Group, jika saya berani membocorkannya. Tujuan saya hanya satu: membatalkan perjodohan dengan Tuan Hendra dan mendapatkan waktu untuk menstabilkan perusahaan warisan ayah saya. Setelah itu, saya akan menghilang dari hidup Anda.”

Clara mencondongkan tubuh sedikit. “Pikirkanlah, Tuan Alex. Kakek Anda menginginkan pernikahan. Saya memberi Anda istri yang tidak akan pernah menuntut cinta, tidak akan mengganggu kehidupan pribadi Anda, dan yang akan menghilang dengan tenang sesuai jadwal Anda. Ini adalah investasi paling bersih untuk masa depan A&A Group.”

Keheningan melayang. Alex menatap mata Clara. Ia tidak melihat putus asa, melainkan tekad yang keras kepala. Alex tersenyum kecil—senyum yang menakutkan.

“Anda sudah melewati tahap putus asa, Nona Clara. Itu saya hargai,” kata Alex. Ia meraih *flash drive* itu, memutarnya di antara jari-jarinya. “Tapi saya tidak membeli janji kosong. Anda punya waktu satu bulan, kan? Saya tidak punya waktu sebanyak itu untuk membuat keputusan yang akan memengaruhi seluruh hidup saya.”

Alex berdiri, melangkah ke jendela besar yang menampilkan pemandangan kota.

“Saya butuh bukti. Bukan janji di atas kertas,” lanjutnya, tanpa berbalik. “Malam ini, ada Gala *Founders' Circle*. Semua *stakeholder* penting di kota ini akan hadir, termasuk kakek saya, para dewan A&A Group, Paman Anda, dan mungkin juga Pria Tua Keriput itu.”

Alex berbalik, matanya berkilat tajam.

“Ini adalah ujianmu, Clara. Kau harus menemaniku ke acara itu. Kau harus berakting, seolah-olah kau adalah tunanganku. Tidak ada yang boleh meragukan bahwa kau adalah wanita yang akan kunikahi. Jika kau gagal meyakinkan satu orang saja, jika kau membuatku terlihat buruk, atau jika Paman Robert berani menertawakanku, maka kesepakatan ini batal. Kau pulang dengan tangan kosong, dan aku tidak akan pernah menghubungimu lagi.”

Pria itu mengeluarkan kartu hitam dari dompetnya dan meletakkannya di meja. “Gunakan ini untuk membeli apa pun yang kau butuhkan. Pukul tujuh, aku akan menjemputmu. Dan pastikan, Nona Clara, penampilanmu malam ini setidaknya, sebanding dengan ambisimu.”

Clara mengabaikan kartu hitam itu. Ia berdiri tegak. “Saya tidak butuh uang Anda untuk berpenampilan meyakinkan, Tuan Alex,” balasnya.

Ia mengambil *flash drive* itu kembali, menyimpannya di tasnya.

“Saya akan memenuhi tantangan Anda, Tuan Alex. Sampai nanti malam.”

Clara berbalik dan meninggalkan ruangan itu, meninggalkan Alex dengan rasa terkejut yang samar. Ia baru saja menolak kartu kredit tak terbatas milik pewaris A&A Group, hanya untuk menunjukkan bahwa ia bukan wanita murahan. Perang urat saraf telah dimulai, dan Clara tahu, ia harus menang malam ini, atau kehilangan segalanya.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menikahi Pewaris Dingin   Bab 5 : Ko-Eksistensi yang Penuh Ketegangan

    Clara berdiri di ambang kamar barunya. Kamar di lantai dua apartemen Alex itu terasa besar, mewah, dan dingin—sebuah definisi dari kemandirian Alex. Koper hitam Alex yang ia lihat di lantai bawah sudah lenyap, menunjukkan pria itu sudah menempati wilayahnya, jauh dari jangkauan Clara.Alex benar-benar serius. Di pintu kamar Clara, tertempel stiker perak kusam: Zona Pribadi. Dilarang Masuk Tanpa Izin. Sebuah garis tebal, klinis, ditarik: Clara hanyalah penyewa, bukan pasangan.Pagi pertama kehidupan "pasangan" kontrak itu dimulai dengan benturan dominasi. Alex turun tepat pukul 06:30 untuk ritual kopinya. Saat Clara turun pukul 07:00, dapur sudah steril secara klinis. Tidak ada remah, tidak ada tetesan air. Alex telah membersihkan jejaknya, meninggalkan Clara tanpa kesempatan untuk berinteraksi secara alami.Clara, yang lapar, membuka kulkas. Kosong, kecuali air mineral mahal. Ia menoleh ke arah Alex yang duduk di meja, fokus pada laporan keuangan. "Tidak ada bahan makanan untuk pen

  • Menikahi Pewaris Dingin   Bab 5: Ko-Eksistensi yang Penuh Ketegangan

    Clara berdiri di kamar barunya di lantai dua apartemen Alex. Kamar itu besar, mewah, dan dingin. Sama seperti pemiliknya, kamar itu seolah tidak mengizinkan sentuhan personal. Koper hitam Alex yang ia lihat di lantai bawah sudah tidak ada, pertanda bahwa pria itu juga sudah menempati wilayahnya. Alex tidak main-main. Di pintu kamar Clara, tertempel stiker kecil bertuliskan: Zona Pribadi. Dilarang Masuk Tanpa Izin. Pagi pertama kehidupan "pasangan" itu dimulai dengan benturan. Alex, seorang penganut rutinitas kaku, turun ke dapur tepat pukul 06:30 untuk membuat kopi di mesin *espresso* canggihnya. Clara, yang tidak terbiasa bangun sepagi itu, baru turun pukul 07:00. Dapur sudah dalam kondisi steril. Tidak ada remah, tidak ada tetesan air. Clara, yang merasa lapar, membuka kulkas. Isinya hanya beberapa botol air mineral dan sekotak susu. “Tidak ada bahan makanan, Tuan Alex?” tanyanya, sengaja menggunakan nada sarkastik. Alex, duduk di meja makan sambil membaca laporan keuangan, bah

  • Menikahi Pewaris Dingin   Bab 4: Kontrak dan Batasan Keintiman

    Pukul 09:59 pagi, Clara tiba kembali di kantor Alex. Ruangan itu terasa dingin dan tanpa emosi seperti terakhir kali. Namun, kini ada dua kursi tambahan di depan meja Alex, ditempati oleh pengacara Alex yang berwajah serius dan seorang pengacara Clara yang ia minta datang. Suasana terasa tegang, seperti di ruang pengadilan.Alex tidak membuang waktu. “Kita sudah sepakat untuk membuat kontrak. Pengacara saya telah menyusun draf berdasarkan pembicaraan kita.” Ia mendorong dokumen tebal itu ke hadapan Clara.Clara mengambil dokumen itu. Matanya menyapu ratusan halaman, setiap kata dicetak tebal dan jelas. Ini bukan lagi sekadar kesepakatan lisan; ini adalah jebakan yang dibuat dengan sangat hati-hati.Pengacara Alex mulai menjelaskan poin-poinnya dengan suara monoton, seolah sedang membacakan daftar belanjaan. “Pasal pertama, **Perjanjian Rahasia Absolut**. Nona Clara setuju untuk tidak membocorkan informasi apa pun tentang orientasi seksual Tuan Alex, atau detail dari perjanjian ini, ke

  • Menikahi Pewaris Dingin   Bab 3: Malam Uji Coba

    Pukul 19:00, sebuah Rolls-Royce hitam mewah berhenti di depan pintu apartemen Clara yang sederhana. Clara sudah menunggunya. Ia mengenakan gaun panjang berwarna merah marun yang dulunya dibeli ayahnya untuk pesta ulang tahunnya, gaun yang membalut tubuhnya dengan anggun dan memancarkan aura kepercayaan diri. Rambutnya disanggul rapi, memperlihatkan garis lehernya yang jenjang, dan di jarinya, ia sengaja mengenakan cincin pertunangan almarhum ayahnya—sebagai penangkal. Alex keluar dari mobil. Ia mengenakan tuksedo klasik yang membuatnya tampak seperti patung pahatan. Dingin, sempurna, dan berbahaya. Untuk pertama kalinya, Alex menatap Clara dengan pandangan yang sedikit lebih lama dari biasanya. “Kau terlihat… profesional,” komentarnya, nadanya datar. Tidak ada pujian, hanya observasi. “Saya datang untuk bekerja, Tuan Alex,” balas Clara, menjaga jarak yang disengaja. Alex hanya mengangguk kecil, mengisyaratkan Clara masuk ke dalam mobil. Selama perjalanan, keheningan di mobil

  • Menikahi Pewaris Dingin   Bab 2:Negosiasi di Bawah Sorotan

    Lima hari berlalu sejak pertemuan Clara dengan Alex di lelang amal. Lima hari yang terasa seperti setahun penuh di mana ponsel Clara terasa dingin dan sunyi. Paman Robert mengirim pesan singkat berisi ejekan, dan Pria Keriput itu, Tuan Hendra, bahkan mengirim bunga mawar layu—sebuah ancaman terselubung. Clara mulai merasa taruhannya mungkin terlalu gila. Tepat pada hari keenam, panggilan itu datang. Singkat, dingin, dan otoritatif. “Nona Clara. Besok. Jam sepuluh pagi. Kantor saya. Jangan terlambat.” *** Tepat pukul 09:55, Clara berdiri di lobi utama A&A Group. Gedung pencakar langit itu berdiri sombong di tengah kota, sebuah monumen bagi kekuasaan dan kekayaan yang tak tertandingi. Berbeda dengan kantor Arta Group yang kini terasa usang dan penuh debu di sudut, A&A Group memancarkan kemewahan yang klinis. Setelah melewati tiga lapis pemeriksaan keamanan, Clara akhirnya diantar ke lantai eksekutif. Ruangan Alex, yang hanya dibatasi kaca setebal kristal, adalah representasi

  • Menikahi Pewaris Dingin   Bab 1: Pernikahan demi Hutang

    Clara menatap pantulan dirinya di cermin, merasa seperti karakter dalam film horor yang siap menghadapi monster di akhir cerita. Gaun malam berwarna navy itu membalut tubuhnya dengan sempurna, tapi di baliknya, ada kegelisahan yang nyaris meledak.“Sudah siap, Clara?” suara Paman Robert terdengar dari balik pintu. Nada suaranya ramah, tapi Clara tahu, di balik keramahan itu ada niat busuk.“Siap,” jawab Clara singkat.Hari ini, ia seharusnya pergi ke pesta ulang tahun salah satu teman lamanya, tapi Paman Robert mengubah rencana itu. Ia membawa Clara ke sebuah restoran mewah, di mana seorang pria tua dengan wajah keriput dan senyum serakah menunggu mereka. Namanya Tuan Hendra, seorang pengusaha tambang yang terkenal dengan kekayaan dan skandalnya.Clara sadar, ia tidak akan bisa kabur dari ini. Sejak ayahnya meninggal tiga tahun lalu, perusahaan Arta Group yang diwarisinya perlahan-lahan runtuh di bawah kendali Paman Robert. Pria itu mengelola keuangan dengan buruk, menggunakan ase

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status