Share

Pt. 04 - First Love

"Tuan ... " Bibi Marry menatap Kayasaka yang masih berdiri diambang pintu. Lelaki itu lebih mirip seperti seorang model yang berpose angkuh. Naya bahkan heran, mengapa tokoh antagonis sepertinya dibuat sebegitu menawan? Bagaimana dengan tokoh utamanya?

"Aku butuh privasi, Bibi. Terima kasih atas kerja kerasmu."

Orang yang Kayasaka panggil Bibi itu mengangguk. Naya menggigit bibir bawahnya kasar menyadari jika Bibi ini pergi, dia hanya akan berduaan dengan Kayasaka di kamar mewah ini. Situasi yang jelas Naya hindari.

Klik

Pintu di kunci, Bibi Marry pergi tanpa bisa Naya cegah. Kayasaka mendekat perlahan membuat Naya beringsut mundur menarik selimutnya kuat-kuat. Bayangan dialog gila Kayasaka dan Arranaya asli terbayang jelas di otaknya.

Seingatnya, Kayasaka tak pernah bersikap manis pada orang-orang yang menentangnya. Dan Naya baru saja menjadi orang yang menantang Kayasaka beberapa saat lalu. Kepergiannya dari rumah sakit tentu saja bukan hal yang bisa Kayasaka maafkan dengan mudah.

"Ada apa? Apa kau takut dengan suamimu sendiri?"

Naya semakin mengeratkan pegangannya pada selimut. Mengantisipasi hal gila apa yang akan Kayasaka lakukan padanya. "Kau siapa? Aku tak mengenalmu?"

Kayasaka mendecih,"drama murahan apa yang sedang kau mainkan?"

Naya memejamkan mata, menggigit bibirnya bawahnya kuat, apa aktingnya sepayah itu? Tadinya Naya berencana pura-pura hilang ingatan. Kalau perlu, dia akan menunjukan rekam medis palsu tentang penyakit ganas agar Kayasaka mengasihaninya dan menceraikannya. Namun bersandiwara tak akan mudah. Hanya saja hal itu patut untuk dicoba bukan?

"Jangan mendekat. Aku benar-benar tak mengenalmu? Aku akan berteriak jika kau menyentuhku." Kayasaka tertawa pelan karena ucapan Naya, mendadak Naya menjadi lucu dimatanya. Bagaimana gadis itu masih bisa terus memilih berpura-pura? Kayasaka jelas tau Naya tak mungkin dengan mudah melupakannya. Pernikahan mereka bahkan baru digelar 3 hari yang lalu.

"Jangan bercanda lagi. Katakan, kenapa Kau berusaha lari dari rumah sakit?"

Naya memutar bola matanya panik. Huh, dia harus menjawab apa? Masa iya harus jawab 'Aku takut pada tokoh antagonis kejam sepertimu. Kau akan membunuhku diakhir cerita jadi bisakah kita bercerai?'

"Apa selain amnesia kau juga mendadak bisu?"

Wah. Benar-benar Kayasaka ini. Perkataannya memang tak pernah tak tajam. Naya menghela nafas, mengurungkan niatnya mengatakan kata-kata yang ada di otaknya. Saat ini dia harus berbohong, ya dia harus berbohong.

"Ah, itu ... aku hanya, hanya pergi sebentar. Kau lihat sendirikan, saat ini aku ada dirumahmu. Aku kembali."

Kayasaka menatap Naya curiga. Apa karakter gadis ini memang bertele-tele. Konyol sekali, di mana karakter princess dingin yang dia lihat saat pernikahannya tiga hari yang lalu?

"Kau tau apa yang paling tidak aku suka di dunia ini? ... " Kayasaka mendekat, membuat Naya merapatkan tubuh ke ranjang, " ...kebohongan." lanjutnya tepat di telinga kanan Naya. Membuat bulu kuduk gadis itu meremang seketika.

Drrrtttt .... drrrttttt ...

Getaran ponsel itu menyelamatkan Naya dari intimidasi suaminya sendiri. Wajah Kayasaka yang terlampau dekat, membuat Naya dengan refleks menahan napas.

Kayasaka mengeluarkan benda pipih itu dari saku jasnya. Membaca pesan singkat yang tertera di sana.

"Sepertinya percakapan malam ini cukup sampai di sini, Istriku. Jangan berpikir untuk kabur, kau tau? Aku bisa mengebom seisi kota untuk menemukanmu."

Sekali lagi, Kayasaka berhasil membuat aliran darah Naya naik drastis. Membuat tubuhnya membeku di tempat. Dengan wajah tanpa dosa, Kayasaka meninggalkan Naya di kamarnya sendirian. Mengunci kamar itu dan pergi ke ruang kerjanya.

Wah.

Hari ini Naya benar-benar percaya dirinya masuk ke dunia novel gila ini. Meski pikirannya sedikit konradiktif dengan kejadian aneh ini. Tapi aura intimidasi antagonis dari Kayasaka tidak main-main dan membuat Naya percaya kalau ini sama sekali bukan dunianya.

Beberapa kali dia bahkan sempat terpukau dengan lelaki berahang tegas itu. Bagaimana alis tebalnya yang lebat serta mata hazelnya yang dingin dan intimidatif. Tapi mengingat kelakuannya dalam novel, membuat Naya menggidikan bahu, ngeri sendiri. Naya bersyukur akan pesan singkat yang menyelamatkannya beberapa menit yang lalu.

Jika memang hidupnya harus berakhir begini. Maka Naya akan menggunakan kesempatan sebaik mungkin untuk terlepas dari jalan kematian. Ya ... bagaimanapun, Naya harus hidup dan menemukan cara kembali ke dunianya sendiri.

***

"Ada apa?" Tanya Kayasaka sembari mendekatkan benda pipih canggih itu ke telinganya.

"Hyung, kau tak ingin berterima kasih padaku? Padahal aku yang paling berjasa menemukan istrimu." Jawab suara di sebrang dengan panggilan khasnya.

Kayasaka mendelik, memindahkan telpon itu ke telinga kirinya. "Aku sudah mentransfernya ke rekeningmu, bodoh. Apa kau tak mengeceknya?"

Kayasaka membuka komputernya menampilkan pekerjaannya di sana. Waktu sudah menunjukan pukul 12 malam. Tapi memang kebiasaan laki-laki itu tak bisa dihentikan. Di ruangan ini dia akan melakukan apapun untuk menjaga dirinya agar tak tertidur. Meski nantinya dia akan terlelap barang satu atau dua jam, demi memenuhi kebutuhannya sebagai manusia.

Terdengar suara menghela napas di sebrang sana. "Wahh! Kau galak sekali ya. Aku sudah mengeceknya tentu saja. Tapi apa tak ada imbalan yang lain lagi? Aku sudah bosan dengan semua uangmu."

"Selidiki lagi soal Emilio, kalau kau mendapatkan kelemahannya akan aku berikan apapun yang kau inginkan."

"Apa data-data yang ku kirimkan belum cukup?"

"Apa menurutmu itu bisa di sebut cukup?" Kayasaka balik bertanya.

"Baiklah ... baiklah ... Hyung. Lihat saja, dua hari lagi kau harus siap mengabulkan permintaanku."

"Hm. Akan aku berikan apapun jika kau membawa informasi berguna itu padaku."

"Apapun? Termasuk Kak Faniya?"

Kayasaka melotot tajam, "di mana kau sekarang? Kebetulan samsak di rumahku rusak."

"Hahaha santai Hyung, kau benar-benar posesif sekali. Kalau begitu apa istrimu boleh?"

Kayasaka kali ini diam. "Coba saja sendiri, kalau dia mau, akan kuberikan untukmu."

"Jeongmal?" Suara di sebrang sana terdengar antusias, "wahh jika Noona mendengarnya, dia pasti sakit hati. Hyungku memang tak punya perasaan."

"Sudahlah jangan mengangguku, lakukan tugasmu saja, bocah."

"Kau benar-benar berhati dingin ya. Baiklah kalau begitu, good night. Jangan memimpikanku Hyung. Kau--"

Tutttt ... tutttt ...

Kayasaka menutup telpon itu. Percakapan dengan kontak bernama 'Zavier Atlanta' itu diakhirinya begitu saja. Kepalanya mendadak pening menghadapi bocah kekanak-kanakan yang sialnya berguna baginya itu.

Sementara itu di tempat lain, Faniya tengah membereskan barang-barangnya. Dirinya sudah berniat untuk berganti pekerjaan dan pindah dari kamar kostnya. Pikirannya menerawang jauh, gadis dengan nama lengkap Faniya Fragenta Cantika itu sudah lama memikirkan keputusan ini.

Kayasaka.

Bosnya itu sudah menikah sekarang. Meski sejauh ini Kayasaka bersikap baik padanya, tapi Faniya tak bisa bertahan di kantornya lebih lama. Faniya bukan gadis tak peka yang tak tahu kalau Kayasaka menyukainya. Dia juga bukan gadis lugu yang senang diutamakan oleh pria manapun dan mau dimanipulasi oleh mereka.

Faniya harus menjauh karena selain menjaga perasaan istri Kayasaka, Faniya juga ingin menghentikan rasa suka lelaki itu sebelum semuanya berubah menjadi kacau. Apalagi ketidaksukaan Kayasaka pada Emilio nampaknya semakin menjadi-jadi.

Padahal menurutnya, Emilio baik-baik saja dengan segala attitude yang dia miliki. Lelaki itu cukup baik, meski sikapnya agak dingin dan nampak sulit didekati. Jujur saja sejak pertemuan pertama mereka, Faniya sudah menaruh hati pada lelaki bermata biru itu.

Mungkin ini yang di sebut cinta pada pandangan pertama? Faniya juga tak tau.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status