Short
Hari Penikahanku, Adalah Hari Kematianku

Hari Penikahanku, Adalah Hari Kematianku

By:  Brigita ShintaCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
10
1 rating. 1 review
8Chapters
3.3Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Aku meninggal pada hari pernikahanku dengan Bradley. Karena aku tak kunjung tiba, dia marah besar dan menikahi Michelle, sahabat masa kecilnya. Di depan semua orang, dia menyatakan dengan lantang, "Beatrice berselingkuh sebelum menikah dan telah mengundurkan diri dari pertunangan!" Ibuku hancur oleh fitnah itu. Dia mengalami serangan jantung di tempat dan meninggal dunia. Namun dia lupa bahwa demi membela Michelle, dialah yang melukai lenganku dengan pisau dan mengurungku di ruang bawah tanah selama sepuluh hari sepuluh malam. Aku memohon dengan segala cara, tetapi yang kudapat darinya hanyalah kata-kata dingin. "Tetaplah di sini beberapa hari, rasakan sendiri penderitaan yang kamu timbulkan pada Michelle! Sekalian hancurkan niat jahatmu!" Namun, ketika dia akhirnya menemukan jasadku yang telah membusuk dan dimakan belatung, dia menjadi gila.

View More

Chapter 1

Bab 1

"Mana Beatrice? Dia sudah mati di sana? Nggak bisa gerak lagi?"

Saat kesadaranku perlahan kembali, hal pertama yang kudengar adalah suara Bradley yang marah dan putus asa.

Asistennya yang tampak ragu-ragu, mencoba menjawab, "Pak Bradley, kami sudah cari ke mana-mana, tapi nggak lihat dia. Jangan-jangan, terjadi sesuatu sama Bu Beatrice?"

Namun, mendengar hal itu, Bradley langsung menghempaskan gelas anggur di atas meja hingga pecah berkeping-keping di lantai. "Apa yang bisa terjadi padanya? Dia sengaja mempermalukanku! Ini semua karena dia marah sama aku karena aku menghukum dia demi Michelle!"

Dadanya naik turun, napasnya memburu karena emosi yang meluap-luap. Tiba-tiba, terdengar suara lembut dari pintu yang perlahan mendekat. "Kak Bradley, barusan aku sepertinya melihat Kak Beatrice! Aku bahkan sempat mengambil fotonya!"

Michelle mengeluarkan ponselnya dengan semangat dan memperlihatkan layar di depan Bradley. Di dalam foto itu, sosokku terlihat jelas bersama sahabat masa kecilku, Marven.

Mata Bradley membelalak. Pandangannya menatap layar dengan tajam, giginya terkatup erat saat berkata dengan marah, "Beatrice berani mengkhianatiku? Bahkan di hari pernikahan, dia meninggalkanku demi berkeliaran sama pria lain! Bagus sekali!"

Melihat ekspresinya yang penuh kebencian, aku hanya merasa hampa. Dia selalu saja seperti ini. Apa pun yang dikatakan Michelle, dia percaya. Tapi aku? Dia tidak pernah percaya padaku.

Mungkin saat ini, dia ingin sekali aku mati. Yang tidak dia sadari adalah ... sebenarnya dia sudah mendapatkan keinginannya. Di ruang bawah tanah yang gelap dan sempit, aku diikat erat pada sebuah tiang.

Aku menggigil dan perasaan ketakutan merayapi tubuhku. Aku mengidap klaustrofobia. Ruangan sempit dan gelap ini adalah nerakaku. Dengan suara bergetar, aku memohon, "Bradley, aku mohon! Aku salah! Aku nggak seharusnya mencelakai Michelle! Semua salahku!"

Namun, yang kudapat darinya hanya tatapan dingin yang penuh cemoohan. "Beatrice, kamu hampir membunuh Michelle, sekarang kamu malah berpura-pura menjadi korban?"

Ketakutan membuat suaraku tercekat. Aku bahkan tak bisa mengucapkan satu kalimat pun dengan jelas. "Bukan ... itu ... bukan aku ... aku ...."

Namun, dia hanya menghela napas panjang, seolah sudah muak mendengar suaraku. Tanpa ragu, dia menempelkan selotip kuat di mulutku dan membungkam semua kata-kata yang ingin kuucapkan.

Tatapanku memohon padanya, berharap ada setitik belas kasihan. Namun, Bradley justru mengangkat pisau dan menggoreskan tiga luka yang dalam di lenganku.

"Kamu membuat tangan Michelle patah, jadi aku kasih kamu tiga bekas luka ini. Aku nggak akan membunuhmu, anggap saja ini ganjaran yang harus kamu bayar untuk semua kejahatanmu!"

Itu adalah kata-kata terakhir yang kudengar darinya. Setelahnya, satu-satunya pintu di ruang bawah tanah ini tertutup rapat.

Aku tahu dia selalu dingin terhadapku. Namun, aku tak pernah tahu dia bisa sekejam ini. Rasa sakit yang tajam menjalar dari lenganku. Darah perlahan merembes keluar dari luka dan menetes ke lantai satu per satu.

Namun, Bradley salah. Sejak lahir, aku menderita gangguan pembekuan darah. Tiga goresan ini cukup untuk merenggut nyawaku. Dalam kegelapan ruang bawah tanah, aku ditelan oleh kesunyian perlahan-lahan.

Hatiku terasa seperti diiris oleh ribuan pisau, setiap helaan napas terasa seperti tusukan tajam yang menembus dadaku.

"Mmm ... mmm ...."

Tangisan yang tertahan bergema di dalam ruang bawah tanah yang pengap.

Aku tidak tahu sudah berapa lama berlalu, tapi akhirnya aku menutup mataku. Seakan ... aku akhirnya terbebas.
Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Tuti Ismawati
ceritanya ga jelas ujungnya, udah tamat saja
2025-04-05 07:43:06
1
8 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status