Share

5 - PRIA KEJAM YANG SUKA BERMAIN WANITA

“Oke. Pilihannya adalah pelayan kafe dengan gaji sedikit atau … gaji besar dengan tinggal di rumah bordil dan hidup menghibur om-om pakai tubuhmu. Kamu … serius mau gaji yang besar?”

Hana langsung melotot lebar dan menutup telinga Alan rapat-rapat. Pilihan pertama masuk akal, tetapi pilihan keduanya sangat gila. Ini sama saja seperti perkataan Jeremy hari itu!

Pertama bekerja di kafe. Ini tempat yang cukup aman dan tidak ada yang namanya pelayanan khusus untuk menghibur om-om. Yang perlu Hana lakukan hanya menghidangkan pesanan lalu membersihkannya. Bayarannya kecil, tetapi Hana tidak akan kelelahan karena jam kerjanya sudah ditentukan. Tetapi kalau memilih pekerjaan ini, akan sulit bagi Hana untuk melunasi utang, apalagi bayar bunganya.

Berbeda dengan pilihan kedua, di mana Hana akan dapat uang banyak dari mereka yang membayar. Hana bisa menyesuaikan harga dan melakukan apa yang pelanggan suka. Rumah bordil yang dicari oleh Evan adalah tempat yang cukup menjanjikan. Tempat itu tidak akan membiarkan orang iseng macam-macam, ada pengawasan cukup ketat untuk pengunjung yang datang.

“Apa tidak ada pilihan yang lebih bagus?” tanya Hana tidak mau menyerah. Jika ada piihan tengah yang lebih baik di antara keduanya, dia mungkin akan memilih pekerjaan itu.

“Aku tidak punya banyak teman di negara ini. Kedua pekerjaan itu dikelola oleh teman terdekatku, jadi setidaknya aku bisa tahu kabarmu dan mempercayakanmu kepada mereka,” jelas Evan yang memiliki niat baik terhadap Hana.

Konyolnya Hana memikirkan pilihan tersebut. Seharusnya dia bisa menjawab dengan lantang bahwa pilihan pertama jauh lebih baik dibandingkan pilihan kedua. Cara yang kedua memang instan, tetapi dia tidak bisa menghancurkan harga dirinya demi melunasi utang yang sama sekali tidak pernah dia pinjam.

Sialnya, Hana tidak bisa menghilangkan Jeremy dari pikiran. Jika dia memilih pekerjaan pelayan, maka seumur hidupnya akan terus bersama pria mengerikan tersebut. Pernikahan mereka memang kontrak, tetapi dalam perjanjian kontrak akan berakhir jika debitur melunasi utangnya kepada kreditur

“Jadi kamu akan memilih pekerjaan yang mana?” tanya Evan.

“Kakak, rumah bordil itu … apa?”

Pertanyaan Alan yang tiba-tiba mengejutkan dua insan dewasa di dekatnya. Hana menjadi pihak yang paling panik karena Alan belajar kata yang seharusnya tidak dia dengar di usianya yang masih sangat muda.

“Ah, itu—itu—”

“Rumah bordil itu rumah bermain, tapi yang boleh main cuma orang dewasa.” Evan memotong perkataan Hana yang kesulitan menjelaskan. Beruntung pria itu terus bersikap tenang dan dapat beri jawaban yang diterima oleh Alan.

Hana berbisik mengucap terima kasih pada Evan. Setelah itu tidak ada pembicaraan lagi di antara mereka. Evan memberikan Hana waktu untuk berpikir, apakah dia akan mengorbankan harga dirinya atau masa hidupnya. Walau sebenarnya Evan sudah memiliki jawabannya, namun siapa tahu Hana memberikan jawaban tidak terduga.

“Aku … aku akan jadi pelayan,” ucap Hana pada akhirnya.

Seperti dugaan Evan! Sudut bibir pria itu melebar dalam seakan menikmati seluruh indera berkat jawaban yang sangat memuaskan.

“Kalau begitu sudah diputuskan. Besok aku akan menjemputmu pukul delapan. Bersiaplah dan jangan buat kekacauan. Oke?”

Hana tersenyum bahagia seraya menganggukan kepala. Mungkin permintaannya kepada Tuhan kali ini dikabulkan. Kedatangan Evan menjadi titik balik hidup Hana yang sudah berada diujung tanduk. Pandangan bahwa tidak ada orang yang berada di pihak Hana mungkin akan perlahan pudar seiring masuknya Evan ke dalam kehidupannya.

“Aku harus pergi. Apa ada yang ingin kamu tanyakan sebelumnya?”

Kebetulan Evan bertanya. Ada satu hal yang ingin sekali Hana tahu, bahkan para pelayan yang maha tahu di rumah ini pun tidak bisa menjawabnya.

“Jeremy, dia ada di mana sekarang?”

***

Aah, Haaanggmmhh.

Suara desahan dari seorang wanita dan pria yang menikmati malam panasnya, terdengar menggema di dalam sebuah kamar bercahaya remang. Wanita itu terus menerus mengeluarkan suara desahan lembutnya ketika si pria menjamah tubuhnya.

Entah sudah berapa lama mereka menikmati malam panasnya, si pria tampak belum puas dengan kenikmatan itu.

“Je-jeremy, lebih cepat!”

Mendengar permintaan sang wanita, Jeremy langsung mempercepat irama kenikmatannya. Wajah wanita yang berada di bawah tubuhnya tampak terus menggoda hasratnya. Ia bahkan tidak merasa terganggu sama sekali ketika ada anak buahnya tadi—yang datang melapor karena ada sedikit masalah—melihat kegiatan mereka berdua.

“Ah! I love it, Jer!” Wanita itu mendesah disaat Jeremy terus menambah intensitas gerakan di atas tubuhnya. Mereka berdua bahkan sudah tidak peduli berapa lama melakukannya.

Ah, bukan itu, Jeremy bahkan sudah tidak peduli berapa wanita yang sudah dia tiduri dalam kurun waktu dua minggu ini. Ia tidur dengan banyak wanita sebagai bentuk pelampiasan rasa kesalnya tiap kali dilanda masalah. Tidak disangka, ini adalah rekor terbanyaknya dalam hidup.

Selesai bercinta, si wanita bangun dan duduk dengan selimut yang menutupi sebagian tubuhnya ketika Jeremy mulai memakai pakaian satu per satu di depan matanya.

“Kamu mau ke mana, sayang?” tanya si wanita.

“Aku mau pulang. Hubungan kita berakhir saat s3k5 ini selesai. Kalau mau minta kompensasi, mintalah pada anak buahku.”

Wanita itu tampak tidak percaya dengan apa yang barusan didengar. Ia pikir hubungannya bersama Jeremy yang terjalin selama dua hari ini sangat spesial, tapi rupanya hanya dijadikan objek hiburan semata.

Sialnya, Jeremy benar-benar pergi meninggalkan ruangan dan si wanita.

“Saya sudah memesan kamar di hotel X, Tuan.” Anak buah Jeremy datang memberitahu, pekerjaan yang rapi mendapat pujian dari pria tersebut.

Jeremy masuk ke dalam mobil yang dikendarai oleh sopir. Duduk bersandar dengan nyaman sembari memijat dahi yang berdenyut. Dua minggu dia pergi dari rumah, selama itu juga kepalanya tak bisa berhenti memikirkan Hana.

“Apa kita akan kembali ke rumah, Tuan?” Sang sopir bertanya, namun dibalas tatapan tajam oleh pria yang dipanggilnya ‘tuan’.

Jelas-jelas anak buahnya sudah memesankan kamar hotel, tetapi Jeremy tidak langsung menjawab dan malah berpikir.

Jeremy yang tidak pernah bertanya perihal Hana dan Alan pun memerintahkan orang-orang untuk tidak pernah menyebut nama mereka, kini mulai bertanya-tanya. Apa yang terjadi selama dua minggu ketika Jeremy meninggalkan mereka? Apa dalam waktu singkat itu Hana berhasil mengumpulkan uang untuk membayar sisa utangnya? Atau mereka berdua sudah melarikan diri dari rumah?

Jika mereka bodoh, mereka pasti akan melarikan diri dari rumah. Toh, itu akan sia-sia. Tidak ada yang bisa lepas dari kekangan Jeremy. Buang-buang waktu!

“Tuan.” Panggilan ketiga sopir berhasil menyadarkan Jeremy yang larut dari pikirannya. “Kita akan ke mana, Tuan?”

Jeremy menatap lurus ke depan. Setelah diam sejenak, dia pun berkata, “Kita kembali ke rumah.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status