Share

Chapter 05

Penulis: Aamz Kyure
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-24 17:08:10

Untuk sesaat tubuh Ajeng membeku kala melihat laki-laki yang ada di foto, itu adalah laki-laki yang sempat jalan dengan Nilam.

‘Hah?’ Awalnya Ajeng pikir lelaki itu sedang berjalan dengan Nilam, tapi nyatanya tidak.

Ajeng lihat lelaki itu jalan dengan perempuan lain bersama dengan seorang anak. “Maaf.”

Setelah itu Ajeng kembali lanjut jalan. ‘Aku mana mungkin salah lihat, dia laki-laki yang ada di foto.’

‘Jadi … Nilam ditipu? Atau mungkin Nilam yang menjadi selingkuhan dia?’ Menurut Ajeng itu terlalu mengejutkan.

Lelaki yang ada di foto itu sudah punya anak, Ajeng belum bisa langsung menyimpulkan karena tidak punya bukti lebih banyak.

Sampai akhirnya, Ajeng kembali mendapatkan foto dari orang suruhannya. Orang itu sudah menemukan lokasi Nilam saat ini.

“Apa lagi ini?” Untuk kesekian kalinya Ajeng dibuat shock karena kelakuan Nilam.

“Apa dia udah tidak waras?” Kali ini Ajeng mendapatkan foto dimana Nilam sedang berjalan mesra dengan pria tua.

“Jadi Nilam setiap hari melakukan itu? Jalan dengan laki-laki tidak jelas?” Ajeng butuh informasi lebih detail.

“Aku harus melihatnya secara langsung.” Ajeng segera pergi ke lokasi yang orang suruhannya kirim.

Beberapa menit kemudian….

Ajeng sudah sampai di salah satu toko pakaian, hal yang awalnya hanya Ajeng lihat lewat foto, kini Ajeng melihatnya dengan kedua matanya sendiri.

Nilam bertingkah manja dengan pria tua itu, bahkan beberapa kali memberikan ciuman yang membuatnya merasa geli.

‘Kalau Mas Haekal tidak sibuk, sudah aku video call. Biar saja dia melihat kelakuan adiknya itu.’

Ajeng merasa kasihan dengan Haekal. ‘Dia pasti akan sangat kecewa.’

‘Apa Nilam sangat kekurangan uang?’ Padahal setahu Ajeng, Haekal memberikan uang pada Nilam tiga juta perbulan.

“Aissshhh.” Ajeng benar-benar tidak tahan melihat pemandangan tersebut.

“Mama harus tahu kelakuan putrinya yang sangat dia bangga-banggakan itu.”

“Nilam akan menjadi perempuan karir yang punya suami kaya raya?” Ajeng berdecih pelan, benar-benar omong kosong.

Bahkan pria kaya-raya pun pasti pilih-pilih, mana ada pria kaya-raya yang dengan suka rela diduakan atau bahkan lebih.

Meskipun ada yang mau, rumah tangga seperti apa yang akan mereka jalani? Dipikir-pikir pun sangat tidak masuk akal.

Ajeng : [Cari tahu lebih detailnya]

“Mampus.” Ajeng mendadak speechless untuk beberapa saat karena salah kirim.

‘Harus hapus untuk semua orang.’ Jantung Ajeng mendadak berdebar kala Haekal membalas pesannya.

Husband : [Cari tahu soal apa?]

Ajeng bingung bagaimana cara dirinya memberitahu Haekal soal Nilam, masalahnya waktunya tidak tepat.

Ajeng : [Kebab, aku dapat informasi ada penjual kebab yang baru buka]

Ajeng : [Ada pesan yang tidak terkirim ke kamu, jadi kesannya tidak nyambung]

Husband : [Aku pikir kamu salah kirim]

Ajeng bukannya ingin berbohong, tapi jika masalah Nilam meledak di waktu yang tidak tepat, itu akan menjadi bom untuk Ajeng.

Ada kemungkinan Haekal akan percaya pada Ajeng, tapi bagaimana dengan Juwita? Pasti Ajeng juga ujung-ujungnya yang disalahkan.

Mengingat mulut Juwita yang asal jeplak dan suka sekata-kata, dia pasti akan mati-matian membela putrinya.

‘Yang ada mereka akan mempersulit aku.’ Ajeng tidak mau repot padahal jelas-jelas bukan dirinya yang salah.

***

Meskipun Haekal pulang agak malam karena banyak kerjaan, tapi pria itu tetap pulang membawakan kebab untuk Ajeng.

Haekal juga membelikan istrinya es boba, sengaja diberi banyak es batu agar tetap dingin saat sampai di rumah.

Ajeng memakan kebab itu dengan sangat lahap, Haekal pun senang melihatnya. Sampai akhirnya Juwita datang dan merusak suasana.

“Kamu ini Ajeng, malam-malam malah makan makanan seperti itu. Pantas saja belum juga hamil,” celetuk Juwita.

‘Apa hubungannya sama hamil?’ Ajeng masih lanjut makan.

“Kita belum punya momongan karena kita sepakat mau punya anak setelah kita benar-benar siap,” jelas Haekal.

“Alasan, bisa saja Ajeng sulit punya anak. Kamu harus melakukan tes, barangkali dia mandul,” ceplos Juwita.

“Mama tidak perlu khawatir, aku seratus persen subur. Mama mau punya cucu berapa? Dua puluh?” sarkas Ajeng.

“Kalaupun kamu punya anak, kasihan sekali yang jadi anak kamu,” cibir Juwita.

Juwita semakin dendam pada Ajeng karena perempuan itu mulai harus bersih-bersih rumah termasuk menyapu dan mengepel.

Di usia yang mulai tua Juwita seharusnya bersantai, padahal itu juga karena Juwita sendiri yang menolak menyewa pembantu.

Kerjaan Juwita tiap hari adalah mencari-cari kesalahan Ajeng, mungkin dia baru puas setelah putranya meninggalkan Ajeng.

“Jangan terlalu dimasukkan hati, kamu lanjut makan saja,” bisik Haekal.

Haekal beralih menatap Juwita. “Aku beli banyak, Mama dan Nilam bisa ambil kalau mau.”

“Kalau sudah tua sebaiknya malam-malam begini tidak makan sembarangan, takutnya nanti malah penyakitan,” ucap Ajeng.

Juwita mengurungkan niatnya untuk mengambil kebab yang ada di atas meja. “Kamu mengutuk Mama?”

“Mengutuk? Aku khawatir pada kesehatan Mama, aku pernah dengar katanya orang jahat matinya susah.” Ajeng tersenyum manis.

“Kamu–”

“Karena Mama orang baik pasti akan panjang umur.” Ajeng dengan cepat memotong ucapan Juwita.

Ajeng tidak terlalu peduli dengan Juwita yang sudah kelewat kesal, Ajeng justru malah sibuk menyuapi Haekal.

Mereka mengobrol ringan dan tertawa pelan membuat hati Juwita semakin kepanasan. Juwita merasa kehadirannya tidak dianggap.

“Kenapa kamu mencium Haekal dengan mulut kotor kamu itu?” protes Juwita.

‘Semuanya dipermasalahkan.’ Ajeng tidak peduli dan malah semakin bertingkah centil.

“Kamu makan banyak hal tapi otot perut kamu masih sangat bagus.” Ajeng dengan entengnya menyentuh perut Haekal.

“Lihat kelakuan istri kamu! Bisa-bisanya kamu betah punya istri yang seperti itu. Apa kamu tidak jijik dan muak dengan–”

“Ma cukup.” Kadang Haekal sampai heran bagaimana bisa mulut Juwita sangat jahat seperti itu.

“Mama perempuan seharusnya Mama tahu kalau hati perempuan itu sensitif,” lanjut Haekal.

Ajeng lanjut makan, meskipun begitu kepalanya mengangguk setuju. Ajeng manis dan lucu begitu, Haekal jelas senang punya istri sepertinya.

“Terserah.” Juwita pun meninggalkan ruang tamu.

“Mulut Mama sangat kejam.” Haekal menghela nafas panjang.

“Aku baik-baik saja, kalau perasaan aku sedang buruk kamu cuma perlu senyum dan membelikan aku banyak makanan enak,” ucap Ajeng.

‘Ajeng sangat perhatian.’ Haekal harus segera mengumpulkan uang untuk membeli rumah agar mereka bisa tinggal terpisah.

“Apa hari ini Nilam bersikap baik? Dia mau membantu kamu bersih-bersih?” tanya Haekal.

“Cuma cuci piring, tapi dia mencuci baju-bajunya sendiri dan milik Mama. Sebagian rumah ini Mama yang menyapu dan mengepelnya,” balas Ajeng.

Haekal yakin Juwita tidak akan betah terlalu lama menyapu dan mengepel, mamanya itu pasti akan setuju menyewa pembantu.

***

•Keesokan harinya•

Ajeng meletakkan makanan di atas meja dan berlari pelan ke arah Haekal. “Aku bantu kamu pasang dasi.”

Melihat hal itu Juwita langsung mendengus remeh. “Cuma bisa memasang dasi apa hebatnya?”

Ajeng tidak peduli dengan ocehan Juwita, padahal sejak awal menikah dengan Haekal pun Ajeng bisa memasang dasi.

Juwita saja yang tidak pernah melihatnya, terlebih sejak mertua dan adik iparnya pindah, Haekal lebih memilih memasang dasi sendiri karena Ajeng sibuk di dapur.

“Kenapa pagi ini kamu terlihat sangat senang?” Haekal menarik pelan pinggang istrinya itu membuat posisi mereka semakin dekat.

Bersambung….

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Menolak Ditindas Keluarga Suami    Chapter 05

    Untuk sesaat tubuh Ajeng membeku kala melihat laki-laki yang ada di foto, itu adalah laki-laki yang sempat jalan dengan Nilam.‘Hah?’ Awalnya Ajeng pikir lelaki itu sedang berjalan dengan Nilam, tapi nyatanya tidak.Ajeng lihat lelaki itu jalan dengan perempuan lain bersama dengan seorang anak. “Maaf.”Setelah itu Ajeng kembali lanjut jalan. ‘Aku mana mungkin salah lihat, dia laki-laki yang ada di foto.’‘Jadi … Nilam ditipu? Atau mungkin Nilam yang menjadi selingkuhan dia?’ Menurut Ajeng itu terlalu mengejutkan.Lelaki yang ada di foto itu sudah punya anak, Ajeng belum bisa langsung menyimpulkan karena tidak punya bukti lebih banyak.Sampai akhirnya, Ajeng kembali mendapatkan foto dari orang suruhannya. Orang itu sudah menemukan lokasi Nilam saat ini.“Apa lagi ini?” Untuk kesekian kalinya Ajeng dibuat shock karena kelakuan Nilam.“Apa dia udah tidak waras?” Kali ini Ajeng mendapatkan foto dimana Nilam sedang berjalan mesra dengan pria tua.“Jadi Nilam setiap hari melakukan itu? Jala

  • Menolak Ditindas Keluarga Suami    Chapter 04

    Ajeng masih tenang meskipun dituduh yang tidak-tidak, masa depan Ajeng suram? Justru kehadiran Juwita lah yang membuat hidup Ajeng menjadi suram.“Kenapa Mama bilang seperti itu?” Suara Haekal terdengar dingin.“Kamu ini Haekal, bela aja terus istri kamu itu.” Suara Juwita terdengar sangat sewot.“Kalau adik ipar tidak mau ya udah, sharusnya aku udah terbiasa melakukan semuanya sendiri,” ujar Ajeng.‘Apa dia sengaja sok sedih seperti itu?’ Juwita harus membela diri. “Apa maksud kamu mengerjakan semuanya sendirian?”“Kamu sengaja menjelek-jelekkan Mama di depan putra Mama sendiri? Kamu mengatai Mama malas? Iya?”“Kedengarannya seperti bukan pertanyaan, tapi pengakuan,” sarkas Ajeng.Juwita semakin geram, kemana Ajeng yang tidak pernah berani membalas ucapannya? Kalau seperti ini Juwita bisa mati cepet karena kesal.“Kamu ….” Juwita menunjuk Ajeng.“Ma cukup.” Haekal tidak ingin mendengar perdebatan apapun. “Nilam, kamu seharusnya lebih peka.”“Selama ini apa pernah kamu sedikit aja me

  • Menolak Ditindas Keluarga Suami    Chapter 03

    Rasanya tidak puas jika Juwita belum berhasil membuat Haekal memarahi Ajeng habis-habisan, itu salah satu alasan Juwita terus berulah. “Mama menyinggung Ajeng lagi?” Sudah berkali-kali Haekal memperingatkan Juwita. “Kak, Mama jatuh karena istri Kakak. Kenapa Kakak malah menuduh Mama yang tidak-tidak?” protes Nilam. “Memangnya kamu lihat sendiri kakak ipar kamu mendorong Mama?” Haekal mana mungkin tidak tahu kelakuan Juwita dan Nilam. “Kejadiannya kan tadi pagi, kalau aku lihat sudah pasti aku dorong balik perempuan kampungan itu,” desis Nilam. “Jaga bicara kamu.” Haekal menatap tajam Nilam. Nilam langsung memeluk lengan Juwita erat-erat, perempuan itu tidak mengerti kenapa kakaknya itu terus berpihak pada Ajeng. Juwita sudah sesedih itu pun tidak ada tanda-tanda Haekal peduli dan berniat mengamuk pada Ajeng karena telah membuat mamanya sedih. “Mas, kok masih berdiri di dekat pintu?” Ajeng mengambil alih tas yang dipegang oleh Haekal. “Kamu pasti capek.” “Lebih baik-baik bersi

  • Menolak Ditindas Keluarga Suami    Chapter 02

    Juwita sudah teriak-teriak, berharap Ajeng segera keluaran kamar. Tapi usaha Juwita berujung sia-sia karena Ajeng seolah tak peduli.“Ada apa dengan dia?” Juwita duduk di sofa karena merasa lelah.Tatapan Juwita tertuju pada tumpahan jus yang ada di lantai. “Dia tidak mau membersihkan tumpahan jus itu?”“Itu artinya dia menyuruh aku membersihkannya?” Dengan ekspresi kesal Juwita mendengus tak percaya.“Lihat saja, sampai kapan dia betah di kamar.” Juwita tentu tidak mau membersihkan tumpahan jus itu.Biasanya dipanggil sekali saja Ajeng langsung datang seperti anjing yang kelewat penurut, tapi sekarang sudah tidak lagi.Juwita menatap sapu yang tergeletak di lantai, Ajeng dengan beraninya melempar sapu itu dan tidak mengembalikannya ke tempat asal.“Apa dia mau membuat aku mati lebih cepat? Sudah bagus putraku mau menikahinya.”“Dia tinggal bersih-bersih rumah, tapi sekarang malah bertingkah dan berlagak mau menyewa pembantu.”“Mimpi!” Juwita tidak akan membiarkan Ajeng menghambur-ham

  • Menolak Ditindas Keluarga Suami    Chapter 01

    “Kamu seharusnya tidak perlu repot-repot pasang dasi sendiri karena kamu sudah memiliki istri, oh iya ….”“Istri kamu kan tidak jelas asal-usulnya, dia mungkin cuma lulusan SD. Jadi tidak terlalu pintar dan tidak bisa memasang dasi dengan benar,” lanjut Juwita.Yang Ajeng lakukan hanya pura-pura tuli, ibu mertuanya itu memang bermulut pedas dan seperti punya dendam kesumat pada Ajeng.Bagi Juwita, Ajeng hanya menantu yang tidak jelas asal-usulnya. Orangtua Ajeng juga bahkan tidak tahu siapa.Ajeng mengaku dirinya yatim-piatu, meskipun begitu Haekal sangat mencintainya dan selalu menghargainya.“Masalah dasi saja dipermasalahkan, anak SMP saja bisa pasang dasi sendiri. Lagipula Ajeng sibuk di dapur, sebagai suami aku harus mengerti.”“Kamu ini terlalu memanjakan istri kamu, kalau seperti ini caranya dia bisa jadi tidak tahu diri.” Suara Juwita terdengar tidak suka.“Kalau aku sangat dimanjakan, aku tidak perlu repot-repot mengerjakan pekerjaan rumah. Aku cuma perlu duduk santai, menema

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status