Home / Romansa / Merusak Pagar Ayu / Bab 7_ Meminta izin

Share

Bab 7_ Meminta izin

last update Last Updated: 2022-11-14 08:14:04

Bab7

Tiba di hotel, Airin langsung menuju meja resepsionis untuk melakukan check in. Namun, Ratih lebih dulu berbicara pada petugas resepsionis dan tak lama petugas itu memberikan dua buah kunci kamar.

"Lho, kok?"

"Iya, sebelum berangkat jemput lo tadi gue sempet pesan satu kamar buat lo, dan lo tau? Kamar lo itu pas sebelahan kamar gue!"

"Waaahh ... thanks, Beib." Airin berucap seraya menerima kunci kamar yang diberikan Ratih padanya.

Dengan menggunakan lift mereka naik ke lantai delapan di mana letak kamar mereka berada.

"Rin, lo istirahat dulu, ya, ini udah hampir masuk waktu Magrib juga. Nanti pukul 19:30 kita keluar makan malam dan cari angin sedikitlah," ucap Ratih saat mereka sudah sampai di depan kamar.

"Oke, gue juga udah pengen mandi, nih."

"Ya udah, oke."

Airin dan Ratih masuk ke dalam kamarnya masing-masing. Setelah menyimpan barang bawaannya, Airin lalu masuk ke kamar mandi, berendam mungkin akan membuat badan lebih segar setelah perjalanan dari Jakarta ke Surabaya siang tadi.

Wangi aroma terapi memberikan kesan rileks yang Airin rasakan, ia berendam dalam air hangat, matanya terpejam, tetapi entah mengapa tiba-tiba bayangan wajah Dazel hadir begitu saja membuat ia tersentak.

“Kenapa tiba-tiba saja aku teringat padanya?” Dalam hati ia bertanya sendiri, “Ya, ampuunn ingat suami, Airin! Jangan macem-macem.” Kembali suara hatinya berkata.

Setelah merasa badannya jauh lebih segar, Airin menyudahi ritual mandinya dan segera membalut badannya dengan handuk. Baru saja keluar dari kamar mandi, ia mendengar suara ponselnya berdering, gegas ia meraih ponsel yang diletakkannya di atas nakas sebelah tempat tidur.

"Halo, Sayang, aku baru selesai mandi, nih," sapanya saat tahu yang menelepon adalah Bram.

"Baru ditinggal beberapa jam aja udah kangen banget aku, Mi." Setengah merengek seperti anak kecil, Bram membuat Airin terkekeh.

"Mau menyusul?"

"Ah, enggak, Sayang. Aku cuma kangen aja, ternyata aku gak bisa jauh dari kamu. I love you."

"I love you more, suamiku. Kenzo gimana, Pi?"

"Aman, Sayang."

"Aku habis ini mau keluar makan malam dulu."

"Iya, Sayangku. Hati-hati, ya, selamat berlibur istriku. Aku tutup teleponnya, ya?"

"Bye, Papi."

"Bye."

Setelah pembicaraan selesai, Airin pun gegas mengeringkan rambut dan berganti pakaian karena sudah berjanji akan keluar untuk makan malam bersama Ratih.

***

Waktu sudah pukul 21:40 saat kedua sahabat itu kembali ke hotel setelah menikmati makan malam di sebuah kafe tak jauh dari hotel tempat mereka menginap. Sebenarnya mereka bisa saja menikmati makan malam di resto yang tersedia di hotel, tetapi Airin dan Ratih lebih memilih keluar sembari sedikit cari angin, begitu mereka bilang.

Setelah mencuci muka dan menghapus make-up tipis yang ia kenakan tadi, Airin merebahkan badannya. Mata belum terasa mengantuk ia iseng-iseng membuka media sosial yang sangat jarang sekali ia gunakan. Hanya di waktu senggang saja ia membuka media sosial yang ia gunakan itu pun hanya sekedar menjelajah saja dan melihat-lihat postingan teman-temannya.

Ting!

Notifikasi pesan dari ruang chat berbunyi, Airin langsung membukanya dan tersenyum sendiri saat tahu siapa yang mengirim pesan.

[Hai ... belum tidur?] Tulis seseorang yang mengirimkan pesan pada ponselnya dan Airin menamainya. Dazel.

Airin senyum-senyum sendiri sebelum ia membalas pesannya, ia bingung dan salah tingkah untuk membalas pesan lelaki itu, padahal hanya kata belum yang akhirnya dia tulis.

[Boleh aku telepon?] Dazel meminta izin pada Airin untuk menelepon dan Airin mengangguk tanda ia mengizinkan. Namun, berapa detik kemudian ia sadar bahwa Dazel tidak akan melihat ia mengangguk dan akhirnya kembali satu kata yang ia kirimkan sebagai balasan, "Boleh."

Tak lama kemudian ponselnya berdering tanda panggilan masuk dari Dazel.

"Hai ...." Airin menyapa saat telepon mulai tersambung.

[Kok, belum tidur?]

"Belum ngantuk, ini."

[Terus ngapain?]

"Tadi terima pesan, sekarang terima telepon ...."

[Dari aku?]

"Iya."

Lalu keduanya tertawa bersama, setelah itu mengalir obrolan-obrolan ringan seputar pertemuan mereka tadi dan mereka berjanji untuk pulang ke Jakarta bersama-sama. Tak terasa sudah lebih dari satu jam mereka mengobrol dan rasa kantuk sudah mulai menyerang, "Aku mulai ngantuk, nih," ucap Airin.

[Ya, sudah, kamu tidur, gih. Aku tutup teleponnya, ya, selamat tidur dan selamat mimpiin aku ... eh, mimpi indah.]

"Hahaha, terima kasih sudah menemani aku ngobrol."

[Airin ... senang bisa mengenalmu.] Dazel menutup pembicaraan dengan satu kalimat yang membuat Airin salah tingkah.

Lalu ia mematikan ponselnya dan menyimpannya di atas nakas di sebelah tempat tidurnya. Airin mencoba memejamkan mata yang sudah terasa berat, ia tertidur dengan satu senyuman di bibirnya.

***

Keesokan harinya Airin terbangun oleh ketukan di pintu kamarnya, ia gegas beranjak dari tempat tidur dan membukakan pintu. Tampak Ratih sudah berdiri di depan pintu dengan pakaian santai dan riasan wajah polos yang hanya menggunakan sedikit lipstik tipis.

"Tumben lo baru bangun, Rin. Gue telepon juga ponsel, lo, nggak aktif,” cecarnya seraya melangkah masuk.

"Oh, iya, semalam gue matiin ponsel setelah selesai teleponan."

" Sama siapa? Hayooo ... jan bilang, lo, abis teleponan sama ...." Ratih menggantungkan kalimatnya dan menatap Airin dengan tatapan menggoda Airin, sementara Airin memerah wajahnya dan gegas lari ke kamar mandi dengan alasan mau membersihkan badan.

Ratih terkekeh melihat sikap sahabatnya yang tidak seperti biasanya. Dalam hati ia berkata “Ini tidak boleh terjadi, Aku harus mengingatkan Airin sebelum semuanya terlambat.”

Tak lama kemudian, Airin sudah cantik dengan mengenakan pakaian santai dan rambut digerai.

"Kita sarapan dulu di bawah, ya," ajak Ratih dan disetujui oleh Airin.

" Rencana hari ini kita mau ke mana, ya?" Airin bertanya pada Ratih saat telah berada di dalam lift untuk turun ke lantai satu di mana tersedia resto yang menyediakan breakfast khusus untuk para tamu hotel.

"Gue udah searching beberapa tempat, sih, tapi nanti kita lihat mana yang lebih menarik untuk kita datangi."

"Oke.”

“Selamat pagi, Bu, silakan ....”

Sambutan ramah dari petugas hotel saat Airin dan Ratih memasuki ruang breakfast, lalu keduanya memilih untuk duduk di meja paling ujung yang menghadap ke pintu masuk.

Salad buah dengan ditambah ekstra yoghurt menjadi pilihan Airin untuk menu sarapannya pagi ini, ia memang penggila salad. Entah mengapa Airin sangat suka sekali dengan makanan yang satu ini. Sementara Ratih memilih menu mi goreng khas Surabaya yang pagi ini terhidang begitu menggugah seleranya.

Saat tengah menikmati sarapan, netra Airin menangkap satu sosok yang baru saja memasuki ruangan, Dazel!

Pagi ini lelaki tampan itu terlihat sangat gagah walau masih mengenakan pakaian santai, ia mengenakan kaos oblong yang dipadukan dengan celana pendek yang Airin hafal betul itu dari salah satu merek terkenal. Sejenak Airin terpesona memandang Dazel dari kejauhan.

Bersambung ....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Merusak Pagar Ayu   Bab29_Takdirkah ini? ( ENDING )

    Setelah melewati beberapa kali rangkaian pemeriksaan, akhirnya Airin dijadwalkan untuk menjalani operasi siang ini. Semua sedang dipersiapkan tinggal menunggu tim menjemput dan membawanya ke ruang operasi. “Sayang ... aku yakin kamu bisa sembuh dan aku akan selalu berdoa untuk kesembuhanmu.” “Pi, maafkan aku—” “Sstt ... sudah, jangan memikirkan yang lain dulu, sekarang kita fokus untuk kesembuhanmu. Aku yakin kamu pasti kuat, Mi.” “Tidak, Pi, aku takut aku tak bisa membuka mata lagi dan aku belum mendapatkan maaf darimu, Pi.” “Sayang—kita lupakan semuanya dan Insya Allah—aku sudah memaafkanmu.” Tutur Bram tulus, meski di dalam hatinya ada rasa sakit yang teramat menggores. Namun, setelah melewati proses merenung dan menjalankan salat istikharah, ia memutuskan untuk memaafkan Airin dan berjanji akan membimbingnya ke arah yang lebih baik lagi. Meski jujur harus diakuinya ada rada yang sangat tak nyaman saat mengingat bahwa istri yang teramat dia sayangi pernah membagi tubuh dan hat

  • Merusak Pagar Ayu   Bab28_Terbang ke Penang

    “Semua berkas sudah siap dan saya juga sudah membuat janji dengan Dokter Victor, Pak Bram bisa segera berangkat.” Dokter Faizal berbicara dengan Bram di ruang kerjanya.Malam ini juga Airin akan segera diterbangkan ke Penang untuk menjalani pengobatan, ia akan menjalani operasi Whipple. Operasi Whipple adalah operasi yang melibatkan pengangkatan bagian kepala pankreas, bagian pertama dari usus kecil ( duodenum ), dan sebagian dari saluran empedu, kantong empedu, dan terkadang sebagian lambung. Umumnya, operasi ini digunakan untuk menangani kanker pankreas. Untuk penderita di stadium 1,2, dan 3 yang belum parah, telah banyak penderita sembuh total setelah menjalani operasi ini.“Terima kasih banyak atas bantuannya, Dokter.” Dengan tangan gemetar Bram menerima semua berkas yang harus ia bawa untuk diserahkan pada pihak rumah sakit di Penang. Hati Bram hancur menerima semua kenyataan ini. Namun, ia harus tetap tegar dan kuat demi untuk kesembuhan wanita yang sangat ia sayangi. “Oke, jik

  • Merusak Pagar Ayu   Bab26_Airin Kritis

    “Jadi, istrinya Dazel berasal dari Karawang? Sama dengan aku?” Airin berkata di dalam hatinya. Sesaat ingatannya tertuju pada kampung halaman, orang tua, teman, dan saudara-saudaranya yang entah sudah berapa lama tak berjumpa. Lalu Airin teringat akan Wulan, teman semasa kecil yang sudah sekian lama tak diketahui kabarnya. Semenjak Airin menikah dan menetap di Jakarta, ia jarang sekali pulang ke kampung dan saat Wulan menikah pun Airin tak mengetahuinya.“Sayang ....”Dazel menggenggam tangan Airin dan menciuminya ingin rasanya ia memeluk tubuh mungil Airin. Namun, melihat kondisinya yang lemah Dazel takut malah akan menyakitinya.“Sayang, kamu kenapa bisa seperti ini? Sakit apa?”“Dazel, apa kamu mencintaiku?”“Tentu saja, aku sangat mencintaimu, Sayang, kenapa kamu bertanya seperti ini? Kenapa meragukan aku? Kita telah bersama selama tiga tahun, apa yang kamu ragukan, Sayang?”“Boleh aku meminta sesuatu?”“Katakanlah—““Ti—tinggalkan aku.”Dazel merasa seperti terhempas ke dalam ju

  • Merusak Pagar Ayu   Bab26_Kedatangan Dazel

    BAB 26“Tambah lagi, ya, makannya?” Bram membujuk Airin yang beberapa hari terakhir ini susah sekali untuk makan. Dalam dua minggu terakhir ini atau selama ia sakit, berat badannya menurun drastis. Tubuh mungilnya semakin kurus dan pucat.“Udah, Pi,” Airin menjawab dengan lemah.Dua pekan sudah Airin terbaring di rumah sakit, keinginannya untuk bed rest di rumah tak dikabulkan pihak rumah sakit mengingat seringnya Airin mengalami drop dan tiba-tiba mengalami rasa sakit yang teramat sangat pada perut bagian atas kiri dan kemudian menyebar hingga ke bagian belakang. Rasa nyeri itu akan semakin bertambah saat ia sedang makan atau berbaring.Bram meletakkan piring yang isinya hanya beberapa sendok saja yang berhasil ia suapkan pada Airin. Ia melirik arloji yang melingkar di tangannya, jarum jam baru menunjukkan pukul sembilan pagi lebih beberapa menit saja. Ia sudah membuat janji bertemu dengan Dokter Faizal untuk membicarakan tentang pengobatan Airin yang akan diberangkatkan ke Penang at

  • Merusak Pagar Ayu   Bab25_Berpulang

    BAB 25Dada Dazel bergemuruh hebat saat ia menerima telepon dari ART-nya yang mengabarkan kalau istrinya ditemukan tak sadarkan diri di dalam kamar.Dirinya yang saat itu sedang berbunga-bunga karena baru saja membuat janji bertemu dengan wanita lain yang tiga tahun terakhir ini mengisi hatinya, bertakhta setara dengan Regina. Dazel mencintai keduanya tanpa ada perbedaan. Dazel bukan mencintai Airin karena nafsu atau karena kemiripan wajah Airin dengan Regina, tetapi Dazel benar-benar mencintai Airin dari lubuk hati terdalam. Di tengah rasa paniknya, Dazel masih menyempatkan diri mengabari Airin dan meminta maaf harus membatalkan rencana kencan mereka. [Sayang ... maaf, untuk hari ini kita batal bertemu, aku ada urusan mendadak.] Dazel memberikan alasan batalnya pertemuan mereka. Namun, setelah beberapa saat menunggu tak juga ada balasan dari Airin. Dazel berusaha menelepon kekasih hatinya, tetapi tak juga dijawab olehnya. Rasa cemas dan takut kehilangan mendera hati. Ia sangat men

  • Merusak Pagar Ayu   Bab24_Kehilangan

    Bab 24Gundukan tanah merah itu masih basah, bunga-bunga segar pun masih bertaburan di atasnya. Orang-orang berbaju hitam yang tadi memenuhi area pemakaman untuk menghadiri acara pemakaman seorang wanita, satu per satu telah meninggalkan pemakaman. Kini, tinggallah seorang lelaki duduk termenung di samping batu nisan yang bertuliskan : REGINA PUTRI WULANDARILahir : Majalengka, 03 Januari 1989Wafat : Jakarta, 09 Februari 2022Lelaki itu adalah Dazel. Lelaki yang beberapa jam lalu masih memeluk tubuh istrinya yang semakin melemah. Ya, Dazel adalah seorang suami dengan dua orang anak. Ia sebenarnya lelaki baik yang begitu menyayangi keluarganya. Namun, sejak empat tahun yang lalu, tepatnya sejak Egi—panggilan—untuk Regina, divonis menderita leukimia stadium empat, hidupnya serasa hancur apalagi kedua anaknya masih sangat memerlukan perhatian penuh dari seorang ibu. Dazel berusaha mencari pengobatan yang terbaik untuk istrinya. Tak pernah sekalipun ia lalai mengurusi pengobatan dan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status