Share

tiga

Setelah kepergian Fernando, Ayu sangat kehilangan.

Sesuai pesan Fernando, dengan uang yang ia berikan, pak Parta menghentikan kegiatan, untuk mencari rejekinya, dan hanya memerintahkan fokus ke sekolahnya saja.

Nampak pak Parta sedang menggali tanah di area dapur nya.

"Bapak sedang apa?" tanya Ayu.

"Ini bapa sedang mengubur pemberian nak Fernando, bapa sudah ambil seperlunya, dan sisanya bapa kubur saja biar aman!" jawab pak Parta.

Ayu hanya menganggukkan kepalanya dan berlalu ke kamar nya.

"Mas, apa kamu sudah sampai? Aku merindukanmu mas!" lirih Ayu sambil mendekap bantal, yang biasa di pakai Fernando.

Ayu terbayang saat malam pertamanya dengan sang suami.

Tak terasa bir bening jatuh di pipinya.

"Mas, semoga mas tidak akan melupakan aku!" batin Ayu.

Hari hari di lewati Ayu dan Bapaknya, tak terasa satu tahun sudah, semenjak kepergian Fernando.

Kini Ayu sudah lulus SMP, dan sedang sibuk mencari sekolah menengah.

Dengan uang pemberian Fernando dia gunakan untuk lanjut sekolah tanpa harus banting tulang.

Dan Fernando sang suami pun tak pernah datang menemuinya.

Ayu sudah pasrah, karena dia tidak pernah tahu alamat suaminya itu.

Namun Fernando pernah memberikan ATM dan no pin nya, namun Ayu tak pernah menggunakannya, karena tida tahu caranya dan uang pemberian suaminya pun sudah lebih dari cukup.

Puk delapan Ayu sudah bersiap siap untuk mengambil ijasahnya di sekolah.

Sementara Bapaknya sedang membakar ubi di tungku sambil menikmati segelas kopi.

"Pak, Ayu berangkat dulu yah!" pamit Ayu pada Bapaknya, dan mencium punggung tangan Bapak lalu pergi.

Sementara pak Parta yang baru pulang dari ronda, mata nya terasa berat tanpa mematikan api di tungku, pak Parta berbaring di kursi bambu panjang, yang terletak di tengah rumahnya.

Dan api menjalar lewat ranting yang kering di sisi tungku, dan api oun menyebar ke bilik bbu rumah pak Parta.

Namun karena lelahnya, pak Parta tidak menyadari kalau rumahnya terbakar.

Api pun terus menyala, karena rumah pak Parta terbuat dari bambu,maka cepat sekali merayap.

Dan api oun dudah memenuhi rumah pak Parta dan seketika pak Parta merasakan hawa panas di sekelilingnya.

Alangkah terkejutnya dia, karena rumahnya terbakar, dan pak Parta berniat lari ke pintu depan.

Namun yang terjadi, kusen penyangga atap, terjatuh dan mengenai punggung pak Parta, hingga pak Parta jatuh pingsan.

Dan saat itulah pak Parta tidak bisa tertolong lagi, karena warga yang menyelamatkan rumahnya pun terlambat.

Memang kalau di waktu waktu itu, kebanyakan warga sudah berada di kebun atau sawah.

Ayu pulang dangan ijasah di tangannya dan alangkah terkejutnya dia.

Saat melihat rumahnya hangus terbakar tanpa tersisa.

Nampak tetangganya sedang membawa ayahnya yang terbujur kaku, dengan luka bakar yang sangat parah.

"Bapa...!" Ayu menjerit dan segera menghampiri bapaknya.

"Bapa, apa yang terjadi pak? Bangun pak!" teriak Ayu sambil menggoyangkan tubuh bapaknya.

"Sepertinya pak Parta sudah tiada Nak!" ucap sang tetangga yang menolong Bapaknya.

"Tidak, tidak....Bapak gak boleh tinggalin Ayu, Ayu sama siapa pak, kalau Bapa pergi!" ucap Ayu.

"Sabar nak, ini sudah takdir!" kata seorang tetangga Ayu.

Ayu mengangguk.karena tidak ada saudara yang di tunggu, maka pemakaman Bapaknya pun di langsungkan.

Setelah semua orang pergi dari pakaian.l

Ayu memberikan doa terakhir untuk Bapaknya.

Setelah selesai, salah satu tetangga Ayu mengajak ayu ke rumahnya.

Ayu pun nurut, dia ikut ke rumah tetangga dekatnya.

Empat puluh hari sudah setelah kematian Bapak nya.

Ayu membongkar tanah di bekas rumahnya.

Dan mengambil uang yang di kubur Bapak nya waktu itu.

Alangkah terkejutnya Ayu, melihat uang yang masih banyak di dalam kresek hitam.

Ayu memasukan ke dalam tasnya, dan mengambil beberapa lembar uang.

"Paman, ini ada beberapa uang! Ayu mau membangun makan Bapa supaya tidak hilang." ucap Ayu, yang meminta tolong kepada tetangganya, seraya menyodorkan uang di tangannya.

"Dari mana uang ini Yu?" tanya si tetangga.

"Itu uang dari mas Fernando, waktu dia mau pulang ke Jakarta, dan Bapa menguburnya! Jadi gak ikut terbakar!" ucap Ayu.

Dan si tetangga pun mengangguk dan pamit untuk segera mencari teman kerja untuk ke makam.

Tiga hari kemudian Ayu berpamitan untuk pergi ke Jakarta, dengan alasan mau ke tempat saudara.

Padahal itu hanya alasan saja, agar tidak membuat khawatir tetangganya.

Setelah mendapat ijin, Ayu pergi di antar tetangganya ke stasiun.

Ayu pun baik kereta api jurusan ke Jakarta.

Ayu tiba di jakarta dengan membawa ijasah SMP dan kartu keluarga nya, itu pun dapat minta dari Pak RT, karena semua hangus terbakar.

Ayu memesan taxi, dan menuju ke tempat temannya yang jadi pembantu di jakarta.

Setelah membayar taxi, Ayu memencet bel yang ada di gerbang.

"Ayu!" teriak gadis seusia Ayu.

"Irma, aku dapat alamat ini dari Ibumu!" ucap Ayu.

"Ayo masuk!" ajak Irma.

Ayu pun masuk dan Irma sebatas membawa ayu di teras saja.

Setelah memberikan Ayu minum, Irma duduk di samping Ayu.

Kemudian Ayu menceritakan semua kejadian yang menimpanya.

"Begitulah Ir, aku mohon carikan kontrakan atau kos kosan dekat sini! Aku mau lanjut sekolah!" pinta Ayu pada teman sekampung nya.

"Sebentar, aku ijin dulu sama bos ku!" ucap Irma seraya masuk ke dalam.

Selang berapa menit pun Irma keluar dan Ayu pun mengikuti Irma.

"Kayaknya aku pernah lihat kosan daerah sana Yu, kalau aku lagi jalan ke pasar!" ucap Irma.

"Wah, mahal gak yah? Daerahnya perkotaan rame begini!" tanya Ayu.

"Ya lumayan lah Yu, kalau mau gratis ya kamu kerja kaya aku saja!" ucap Irma, Ayu hanya tersenyum.

Mereka pun tiba di sebuah kos kosan yang sedang, namun agak mewah.

"Nyari siapa Neng?" tanya Ibu yang sedang mengunci pintu.

"Teman saya sedang mencari kos kosan Bu!" jawab Irma, menunjuk ke arah Ayu.

"I, iya Bu!" sambung Ayu.

"Lah, ini Neng! Kebetulan yang ngekos kamar ini baru pulang kampung, karena sudah selesai sekolah!" kata si Ibu.

"Berapa satu bulannya Bu?" tanya Ayu.

"Enam ratus ribu sebulan Neng! Kamar mandi di dalam." jawab Ibu kos.

Ayu menghitung uang dalam tasnya dan ada uang enam juta.

"Ini untuk sepuluh bulan sekalian Bu! Soalnya saya mau sekolah." ucap Ayu seraya memberikan uang pada Ibu kos.

"Oh iya Neng, kebetulan juga Ibu sudah membersihkan tempatnya!" kata Bu kos, seraya membuka pintu kos, dan memberikan kuncinya ke Ayu.

"Apa di sini dekat dengan sekolah menengah Bu?" tanya Ayu.

"Oh deket Neng!" jawab Ibu kos, seraya menunjuk ke arah jalan yang menuju ke sekolah menengah di daerah itu.

"Semoga betah ya Neng, dan di sebelah juga penuh kok!" ucap Bu kos, kemudian pergi meninggalkan mereka.

"Aku pamit dulu ya Yu, gak enak sama si bos!" pamit Irma.

"Iya Ir, makasih banyak ya Ir!" ucap Ayu.

"Iya Yu, kalau ada apa apa jangan sungkan yah?" jawab Irma, dan dia segera pergi meninggalkan kosan Ayu.

Setelah kepergian Irma, Ayu masuk ke dalam kosan lalu menutup pintunya.

Bersambung...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status