Share

Part-6: Gadis Mata Biru

     Salah seorang penumpang yang berada dalam ruangan tunggu keberangkatan pesawat di saat malam pergantian tahun itu adalah Adam. Seorang perwira muda usia dua puluh tujuh tahun yang doyan membaca. Hiruk-pikuk lalu-lalang ratusan orang penumpang yang semakin merajalela dia dalam ruangan tunggu itu seolah-olah tak mengusik pendengarannya. Pilot termuda dengan pangkat kapten di angkatan udara itu lebih memilih menunggu sambil membaca.

     Baru saja beberapa menit perwira muda bernama Adam itu melanjutkan bacaannya, tiba-tiba saja dia kembali di usik oleh suara seorang wanita berbicara dalam bahasa Inggris.

     “Excuse me sir, is this seat occupied.?” ..........maaf ya tuan, apakah kursi ini sedang kosong.........? Suara seorang wanita tiba-tiba saja menyerobot masuk ke telinga Adam. Seketika itu juga dia berhenti membaca.

     Sepasang kaki wanita mengenakan rok panjang dilihatnya tepat berdiri di depannya. Adam kemudian menengadahkan kepalanya ke atas, ternyata sepasang kaki itu adalah milik seorang wanita eropa yang sangat sempurna kecantikannya. Kedua bola mata wanita itu berwarna biru keabu-abuan. Luar biasa...., begitu memukau terlihat. Beberapa saat, kedua tatapan  mereka saling bertubrukan satu sama lain, dan seketika itu juga di antara mereka berdua kaget saling menatap. Wanita itu senyap tak bersuara, padahal tadi itu dia ingin duduk di kursi yang kosong tepat berada di samping Adam.

     Begitu cantiknya wajah wanita eropa itu. Juga...., begitu luar biasa tak ada duanya. Lihat saja, kedua bola matanya yang biru begitu memukau, hingga membuat Adam seolah-olah tak sanggup melepaskan tatapannya. Wanita itu juga tak kalah kagumnya melihat Adam, seorang pemuda berpakaian seragam yang begitu bersahaja. Hingga dalam waktu beberapa saat, tatapan mereka berdua masih saja melekat dengan erat walaupun tanpa perekat.

     Cukup lama di antara mereka berdua saling tatap mata seolah-olah terpukau dengan pandangan masing-masing yang begitu mempesona. Bahkan juga..., di antara mereka saling membisu tak sanggup mengedipkan mata, seakan-akan tengah berada di alam bawah sadar mereka. Adu tatap di antara mereka akhirnya terhenti di saat panggilan boarding naik pesawat terdengar dari pengeras suara. Suara berisik kasak-kusuk puluhan orang penumpang yang berhamburan dari duduknya membuat kedua anak manusia berlainan lain jenis itu terbangun dari alam bawah sadar mereka.

     Wanita itu ragu-ragu untuk berkata, karena dia tak bisa berbahasa Indonesia. Dia hanya menunjuk ke arah kursi kosong yang ada di samping Adam. Di sana memang tergeletak sebuah tas ransel tempur yang cukup berat milik Adam. Pemuda itu menganggukkan kepala, dia paham apa yang dimaksud oleh wanita itu.

     “Oh yes mam, I know that.” ........oh iya bu, saya tahu itu....... Ucap Adam. Pemuda itu  langsung berdiri mengemas barang bawaannya.

     Ransel tempur miliknya itu dia pindahkan dari kursi. Tak sengaja, Adam melihat ada sisa  makanan yang ditinggalkan oleh penumpang lain dengan begitu saja di sana, begitu jorokk kelihatannya. Tak pakai tunggu lama, pemuda itu langsung merogoh tisu dari tas ransel miliknya. Sebelum wanita itu duduk, dia bersihkan terlebih dahulu kotoran yang ada di sana.

    “Sir, it doesn’t need, let me do it.” .........tuan, tak usah repot-repot dibersihkan, biar saja saya yang lakukan........ Pinta wanita itu.

     “No... problem mam.” .........tak masalah bu........ Adam langsung menyahut. Sepertinya dia tak memedulikan, Adam tetap saja membersihkan kursi itu hingga tak bersisa lagi kotoran di sana, lalu dia  mempersilakan wanita itu duduk.

     “Oh. thanks a lot Sir.” ........oh terima kasih banyak tuan....... Ucapan terima kasih wanita itu tersembur dari kedua bibirnya yang mungil,

     “Don’t mention it.” ........sama-sama........ Adam mengembangkan kedua tangannya

     Wanita itu hanya tersenyum mendengar. Sembari duduk menempelkan pantatnya di kursi yang tak empuk, sepasang bola matanya yang biru masih terus mengarah pada pemuda itu. Adam dilihatnya kembali melanjutkan bacaannya. Sebuah buku dengan judul “Electromagnetic Induction” setebal 240 halaman di bolak-balik oleh pemuda itu. Memang jarang sekali ditemukan seorang tentara yang hobi baca buku, apalagi buku itu mengenai ilmu sains dan teknologi.

    Ingrid Rose, nama bule itu juga tak kalah sengitnya membaca. Sebuah buku dengan ratusan halaman jumlahnya kemudian dia buka dan dia baca. Keduanya kemudian senyap tanpa suara, tak juga saling tatap mata.

     Penglihatan pemuda itu tiba-tiba terpeleset pada sesuatu di saat dia tengah asyik-asyiknya membaca. Dilihatnya sebuah boarding pass tak sengaja tergeletak di atas lantai tepat di samping kakinya, sepertinya baru saja tercecer dari lipatan buku wanita itu. Adam membungkukkan badan, boarding pass itu kemudian dipungutnya.

     “Sorry mam.!” ........maaf bu....... Sapa Adam. Dia memanggil wanita itu dengan sebutan ‘mam’ karena tak tahu siapa namanya.

     “But I think this boarding pass is yours?” ........tapi saya rasa ini adalah boarding pas milik anda....... Adam memperlihatkan boarding pass yang ada di tangannya.

      “Oh my boarding pass.?” ........boarding pass saya........? Wanita itu menyipitkan mata mengerutkan jidatnya.  

      “Yes mam, it is dropped from your book.” .......ya bu, saya lihat tadi terjatuh dari buku anda..... Tunjuk Adam ke arah buku.

      “Oh thanks a lot sir.” .......oh terima kasih banyak tuan...... Bule itu melayangkan senyumannya sembari menerima.

     “My pleasure.” .......dengan senang hati....... Adam membalasnya.

    Saat bording pass dia berikan, sepintas lalu Adam melihat buku yang dibaca oleh wanita itu. Terlihat cukup tebal, buku itu dalam bahasa Jerman. Sepertinya buku itu seputaran ilmu Astrofisika yang membahas tentang benda-benda di angkasa. Adam menebak wanita itu pasti berkebangsaan Jerman.

*****

    Sebuah panggilan boarding untuk naik pesawat kembali terdengar dari pengeras suara, wanita itu bangkit dari duduknya. Puluhan orang penumpang langsung bubar berebutan antre menuju pintu keberangkatan. Ribut suara kasak-kusuk yang terdengar mengalahkan volume suara dari pengeras suara. Wanita itu ragu-ragu apakah itu juga penerbangan untuknya, dia tak bisa mendengar dengan jelas nomor penerbangan yang disebutkan dari pengeras suara. Kedua bola matanya kini kembali tertuju pada Adam yang duduk di sampingnya.

     “Ah excuse me sir.” ........oh maaf tuan......... Sapa bule itu begitu sopan. Pemuda itu berhenti membaca, dia juga bahkan menutup bukunya.

     “Yes mam.” .....ya bu..... Adam juga menjawab dengan sopan.

     “I’m really sorry, but actually I don’t want to disturb you.“ .......maaf sekali, sebenarnya saya tak ingin mengganggu anda........ Sebuah kalimat yang begitu sopan tersembur dari mulut wanita itu.

     “It’s okay mam..! what can I do for you mam..?” .........oh, itu tak masalah bu, ada yang bisa saya bantu bu........ Adam membalasnya juga dengan kalimat yang lebih sopan.

     “But do you know what flight number is that..?” .........ngomong-ngomong, apakah anda tahu nomor penerbangan itu........? Wanita itu menunjuk ke sekumpulan penumpang yang bergerombolan dalam antrean panjang.

     “I’m not so sure mam.” .........saya tak begitu yakin......... Adam ikut memperhatikan. Dia juga tak begitu yakin dengan nomor penerbangan pesawat yang sedang boarding sekarang.

     “But let me check it for you.” .........tapi biar saya cari tahu terlebih dahulu........

     Pemuda itu kemudian berdiri, pandangannya berkeliling. Kedua bola matanya kemudian terhenti pada salah satu layar monitor yang ada dalam ruangan.

     “Oh mam, the are leaving for Manado, can you see that.?” ........oh ya bu, mereka akan berangkat ke Manado, coba anda lihat ke sana........ Tunjuk Adam pada sebuah layar monitor yang tersembunyi di balik tiang beton penyangga bangunan. Wanita itu menyipitkan mata  ikut melongok ke arah sana.

     “Oh yeah I see that, I thought that’s mine, anyway thanks a lot.” ........oh ya, saya lihat itu, ternyata bukan penerbangan saya, walau bagaimanapun terima kasih ya........ Wanita bule itu menganggukkan kepalanya.

     “It’s no problem mam.” ........oh itu tak masalah bu........ Adam menampakkan senyumannya.

     Sedari, ada sesuatu yang mengusik pikiran wanita itu. Sepertinya dia kurang berkenan karena terus menerus dipanggil ‘mam’ oleh Adam. Sebelum wanita itu kembali duduk, dia meminta sesuatu agar jangan lagi disebut ‘mam.’

     “Please don’t call me mam, I’ve just twenty one, I’m still very young you know.?” ..........tolong jangan panggil saya ibu, umur saya baru 21 tahun, anda tahu kan, saya masih begitu muda.........? Ucap wanita itu juga menampakkan senyumannya.

     ________________________________________________

     (......Wow..! Ternyata wanita itu tak mau dipanggil ibu, umurnya saja baru 21 tahun, sangat muda sekali, cantik lagi, kedua bola matanya saja biru warnanya.....)

      _______________________________________________

     “Oh yeah, sorry mam.” .........oh, ya bu, saya juga minta maaf...... Adam keceplosan bicara, dia masih saja memanggil wanita itu dengan sebutan ‘mam’

     Wanita itu semakin mengembangkan senyumannya mendengar kata ‘mam’ yang masih saja terlontar dari mulut Adam.

     “Sir, just call me Ingrid.” ........tuan, panggil saja saya Ingrid....... Pinta wanita itu masih memperlihatkan senyumannya.

*****   

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status