Share

Chapter 8

Penulis: Penulis Rahasia
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-31 22:09:12

Aku melihat Angelina duduk di kursi Daisy ketika aku melangkah keluar dari lift. Angelina adalah sekretaris manager operasional di lantai lima.

“Pagi, Pak Drew.” Perempuan itu berdiri dan sedikit menunduk untuk menyapaku.

“Pagi,” jawabku ragu. Lalu menatap ke sekeliling. “Mana Daisy?”

“Hari ini Daisy nggak bisa hadir.” Angelina menyodorkan sebuah amplop putih. “Ini surat sakitnya,” lanjut Angelina.

Aku mengernyit sambil membuka isi amplop tersebut. Ternyata isinya surat keterangan dari Dokter yang menyimpulkan kalau Daisy sakit lambung.

Aku menyimpan kembali surat Dokter tersebut di amplop. Aku menghela napas berat sebelum menatap Angelina. “Kau yang menggantikan Daisy?”

“Untuk sementara waktu, iya Pak.”

“Terus bosmu?”

“Pak Roy sedang dinas di luar kota.”

“Oh, baiklah.” Hanya itu responsku. Setelahnya, aku masuk ke dalam ruangan.

Aku duduk di kursi sembari menyandarkan punggung. Aku memutar kursiku dan menatap gedung-gedung pencakar langit dari jendela kaca. Kemudian aku mengambil ponsel dari saku celana dan mencoba untuk menghubungi Daisy.

Aku penasaran, mengapa dia tidak masuk kerja hari ini. Apakah dia membenciku karena kejadian kemarin?

Aku yakin Daisy tidak selemah itu, hanya karena kalimat sarkasme yang aku lontarkan padanya.

Lagian aku benar, apa hebatnya sih pacar Daisy? Tidak ada apa-apanya dibandingkan aku.

Ngomong-ngomong tentang teleponku, sial! Nomor Daisy tidak aktif. Hal itu membuatku jadi cemas.

Setiap menit yang aku lewati untuk bekerja hanya sia-sia. Aku jadi kepikiran tentang Daisy. Wajahnya terus terlintas di otakku.

Ah, aku tidak bisa diam di sini!

Aku kembali menyimpan ponsel di saku celana, dan beranjak dari kursi.

Baru saja aku membuka pintu ruanganku, si cerewet Alexa sudah muncul dengan suara melengking.

“Drew!”

“Aku sibuk.” Aku melewati tubuh Alexa. Tapi si cerewet menarik tanganku.

“Tunggu dulu, ini penting.”

“Ada apa sih? Kenapa kau selalu menggangguku?”

“Aku minta tolong agar kau mencari buronan ini,” kata Alexa to the point.

Aku mengerutkan dahi. “Buronan? Lapor saja ke polisi, kenapa lapor denganku?”

“Lambat!” Alexa menggerutu kesal. “Kau kan, punya mata-mata hebat. Aku percaya adikku ini bisa segalanya.” Lalu Alexa menampilkan raut wajah sedih agar aku kasihan padanya. “Tolonglah, laki-laki ini menipuku. Dia bilang, dia menjual tas branded yang aku incar sejak lama karena stock di sini sudah habis. Dan setelah aku transfer duitnya. Dia melarikan diri, Drew.” Alexa menangis di atas pundakku.

Aku berusaha mendorong kepalanya menjauh karena Angelina memperhatikanku. Si cerewet berhasil bikin aku malu!

“Aku sudah mencari tahu orangnya, dan aku menemukan wajah dia di cctv rumahku.”

“Darimana kau tahu, kalau itu orangnya?”

“Kami pernah bertemu sekali ketika dia menawarkan tas branded itu. Ternyata dia mengintai rumahku, Drew.” Alexa memegang tanganku. “Kalau Andreas tahu, matilah aku.”

“Kasih tahu sajalah suamimu.”

“Kau gila ya!”

“Bukan aku yang gila, tapi kau.”

Alexa semakin merengek di depanku. Dia menggoncang-goncang tubuhku sambil memohon. “Please, tolong aku. Hanya kau satu-satunya harapanku, Drew.”

“Huft, kau selalu bikin aku susah saja.” Aku memutar bola mata jengah. Si cerewet menyebalkan. Dia selalu seperti ini, setiap kali ada maunya.

“Mana coba, aku lihat wajah buronan kamu itu,” kataku.

Alexa buru-buru mengeluarkan ponsel dari tas dan mulai membuka galery. Lalu dia memperlihatkan hasil jepretannya.

“Ini ….”

Aku mengernyit ketika memperhatikan wajah familier buronan yang tertangkap cctv di rumah Alexa.  Aku coba menge-zoom fotonya sampai benar-benar yakin kalau tebakan aku tidak salah.

Laki-laki—yang kata Alexa—buronan, ternyata dia adalah si vespa butut, pacar Daisy. Luar biasa!

Rupa-rupanya, pacar Daisy ini penipu. Tapi ngomong-ngomong, apakah Daisy tahu kalau pacarnya seorang penipu?

“Kirim fotonya ke ponselku sekarang. Aku akan pergi mencari buronan yang kau bilang itu,” kataku sambil melangkah cepat melewati tubuh Alexa.

Aku menekan lift dan masuk ke dalam. “Angelina, kalau ada yang mencariku. Bilang saja aku sibuk. Dan, tolong batalkan semua janji temuku hari ini.” Aku menatap Angelina.

“Baik Pak,” jawab Angelina. Kemudian pintu lift tertutup.

***

Siang ini aku mengunjungi rumah Daisy. Tapi tidak ada seorang pun di dalam. Aku sudah mengetuk, sampai berteriak. Tetap saja tidak ada yang membukakan pintu untukku.

Para tetangga bilang, kalau mereka semua sudah pindah rumah. Dan tetangga juga tidak tahu, di mana alamat rumah baru Daisy dan kakaknya.

Ah, sialan! Aku mengumpat kesal setelah kembali masuk ke dalam mobil. Aku coba untuk menghubungi Daisy kembali, dan hasilnya nihil.

Aku menyandarkan kepala di stir kemudi sambil memikirkan sesuatu.

Bukankah ini aneh? Pertama, Kakak Daisy—Clara—datang ke kantorku dan marah-marah tentang Evans. Kedua, Daisy juga datang ke rumahku dan marah-marah tentang Evans. Ketiga, Daisy melamar pekerjaan di perusahaanku. Keempat, Alexa memakai jasa catering Clara. Seolah-olah Clara mencari cara agar masuk ke keluargaku yang lain. Dan keempat, si vespa butut, pacar Daisy telah menipu Alexa dan membawa kabur uangnya.

Ini masuk akal. Mereka semua berencana dan sengaja masuk ke dalam keluargaku karena keluargaku kaya raya. Dan setelah vespa butut berhasil mengambil keuntungan yang banyak dari Alexa, mereka semua langsung kabur.

Astaga, hal ini membuatku pusing. Atau jangan-jangan, Evans juga masuk ke dalam skenario mereka? Sialan!

Akhirnya hari ini, aku pulang dengan tangan kosong.

*** 

Aku berdiri di balkon kamarku sambil menatap langit yang tampak mendung malam ini. Bulan kesepian, tanpa ditemani oleh bintang-bingang. Aku menimbang-nimbang ponselku sambil menunggu kabar dari Rehan.

Rehan adalah kaki tanganku. Sudah hampir tiga tahun, dia bekerja denganku sebagai mata-mata. Biasanya, Rehan memata-matai klienku, agar aku tahu rencana apa yang akan klienku lakukan. Untuk kali ini, Rehan aku tugaskan untuk memata-matai si Vespa Butut dan juga Evans. Aku sudah lama tidak berkomunikasi dengan Evans. Dan rumah lamanya juga sudah tidak berpenghuni. Terakhir kali, aku dengar kabar Evans sekitar satu tahun lalu, saat Ayahnya meninggal dan ibunya pindah ke kota lain untuk menikah. 

Bahkan, aku juga tidak tahu apa pekerjaan Evans sekarang. Yang aku tahu, Evans sering menggunakan namaku untuk menyamar di depan para wanita.

Lima menit kemudian, ponselku berdering. Dan Rehan menghubungiku.

"Bagaimana?" Tanyaku to the point setelah kami tersambung.

"Pak, aku sulit menemukan jejak Tonny. Tapi, aku berhasil menemukan Evans. Kabarnya, Evans sekarang bekerja sebagai montir si showroom dekat kontrakannya yang baru. Sekarang, Evans sedang minum-minum di bar sekitar sini," jelas Rehan panjang lebar.

"Dia mabuk?" Tanyaku.

"Nyaris." 

"Kalau begitu, kau harus berusaha untuk menahannya. Segera kirim lokasinya, aku akan ke sana sekarang juga."

"Baik, Pak."

Sambungan terputus. Aku buru-buru mengambil jaket dari lemari dan kunci mobil di atas nakas. Aku langsung menuju mobil dan melaju mobilku dengan kecepatan tinggi menuju tempat Evans.

Selama di perjalanan, suara klakson mobilku terus berbunyi nyaring untuk menyingkirkan mobil-mobil yang menghalangi jalanku. Tidak sampai satu jam, aku sudah sampai di bar tempat Evans mabuk. 

Aku memakirkan mobil di pelataran bar. Dan segera masuk ke dalam bar.

Evans sedang duduk di depan bartender sambil menegak gelas minumannya. Sesekali dia menghisap rokok, dan mengepulkan asap rokoknya ke udara.

"Evans!" Seruku.

Evans berhasil menoleh. Ketika Evans tahu, kalau aku ada di sana bersamanya. Evans langsung menyulut rokoknya di asbak dan beranjak dari kursi.

Evans sialan itu ingin berlari menjauh, tapi aku segera mengejar dan memukul wajahnya sampai dia tersungkur ke lantai.

"Dasar bajingan!" Aku menindih tubuh Evans, dan memukul laki-laki itu berulang kali.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Mr. Perfect   Chapter 80

    “Aku—““Please sayang, jawab iya. Pleaseee….” Lagi dan lagi, hanya Daisy yang bisa membuat aku memohon seperti ini.Daisy tidak lagi menatapku. Sepertinya dia bingung memberi keputusan.“Aku janji tidak akan melukaimu kembali. Aku janjiii….” Aku terus membujuk Daisy.Daisu menarik napas panjang. “Oke!”“Oke? Apa maksud dari jawaban singkatmu itu.” Aku tak sabaran.“Aku akan menikah denganmu.”Jawabam Daisy membuat hatiku lega. Aku sampai berdiri dan lompat kegirangan. “Hei Drew, kalau kau menyakiti hati adikku lagi. Aku tidak akan segan-segan membunuhmu. Mengerti!” Calra mengancamku.Tapi aku tidak takut, karena aku tidak akan melakukan hal itu lagi. “Tidak akan.”***Selesai bicara mengenai pernikahan yang sudah disetujui oleh semua orang.Kami sekeluarga makan siang di rumah Daisy. Carla sudah menyiapkan makanan enak, berhubung dia sangat jago masak.Aku tidak berhenti membawa tangan Daisy ke bawah meja dan terus menggenggam tangannya.“Drew, lepasin tanganku. Gimana caranya aku bis

  • Mr. Perfect   Chapter 79

    Aku keluar dari pintu dan berusah mengejar langkah Daisy. Lantas aku menggenggam tangannya agar kami terlihat romantis di depan semua keluarga.“Nah, ini dia calon pengantin kita sudah tiba,” ujar Ibu bersemangat.Melihat raut wajah mereka semua, sudah pasti kalau Kakaknya Daisy mengizinkan kami untuk menikah.“Hai, semuanya….” Aku menyapa hangat.“Kau habis dari mana?” Carla menatap Daisy. “Rambutmu kelihatan berantakan sekali.”Aku merasakan sentuhan tangan Daisy semakin erat. Mungkin dia gugup. “A-aku—““Tadi kami habis dari salon,” tukasku.Alexa langsung tertawa. Aku memelototi si nenek sihir itu.“Salon mana yang membuat rambutmu berantakan, Daisy?” Kreen melipat tangan di dada.“Ya ampun, memangnya ada yang salah dengan rambut Daisy? Kalian tidak lihat ya. Kalau ini adalah model rambut terbaru. Ini sedang trend!” Aku terus mengalihkan pembicaraan.Daisy mencubit perutku.“Lebih baik kalian duduk dulu,” ucap Ayah.Aku membawa Daisy duduk di sebelahku.“Jadi, setelah pembicaraan

  • Mr. Perfect   Chapter 78

    TOK TOK TOK!Ciuman kami terlepas. Alexa sudah berada di sebelah mobilku.Sial!Daisy jadi salah tingkah dan kembali duduk di kursinya sambil mengancing semua kemejanya. Sedangkan aku membuka jendela mobil.“Apa?” Aku memelototi Alexa kesal.“Sabar lah, brody! Kenapa kau lakukan itu sekarang, di mobil. Dasar bodoh!” Alexa memukul kepalaku.“Aduh!” Aku meringis. “Kau kenapa sih?”“Kau yang kenapa? Kau lakukan itu di mobil? Kau harus cari kamar hotel yang mewah. Bukan di mobil, dan di depan rumah Daisy pula. Dasar tolol!” Alexa memukul kepalaku lagi.“Heeeei, kau ini!” Aku ingin sekali membalas Alexa. Tapi, dia sudah menjewer telingaku.“Aduh, aduh! Sakit.” Aku meringis lagi.“Alexa, maaf, aku tidak bermaksud—“ Daisy berusaha menjelaskan. Karena sepertinya, dia merasa tidak enak hati. Atau mungkin, dia merasa menyesal telah melakukan hal itu denganku tadi.“Tidak masalah cantik. Aku suka melihat adikku yang mulai ganas! Dan aku suka, kau membalas permainan ganas adikku juga. Yang menjad

  • Mr. Perfect   Chapter 77

    Mobil yang aku kendarai akhirnya sampai di depan rumah Daisy.Selain itu, aku juga melihat ada mobil orangtuaku, dan mobil Alexa yang ikut terparkir di halaman rumah Daisy.Ternyata, mereka lebih cepat dari yang aku duga.Padahal, aku hanya ingin mengirimi pesan singkat di grup keluarga.[Drew : Keluarga-keluargaku yang terhormat dan tersayang. Aku ingin minta bantuan kalian untuk ke rumah Daisy dan membicarakan tentang pernikahan kami kembali dengan kakaknya. Karena, Daisy si keras kepala ini masih menolak menikah denganku. Um, sebenarnya, dia mau. Tapi malu-malu kucing. Jadi, mohon bantuannya. Aku dalam perjalanan]“Kenapa ramai sekali di rumahku?” Daisy menatap bengong rumahnya sendiri.“Yap. Karena ada keluargaku,” jawabku enteng.Daisy mengerutkan dahinya. “Keluargamu? Apa yang keluargamu lakukan di rumahku?”“Berdongeng.” Aku menatap wajah Daisy yang sudah serius. “Tentu saja ingin membicarakan acara pernikahan kita, sayang.”“Atas izin siapa? Kau selalu bersikap sesuai kehendak

  • Mr. Perfect   Chapter 76

    “Drew, lepasin aku…. kemana kau akan membawaku pergi!” Aku terus membawa Daisy sampai masuk ke dalam lift. Daisy terus mengoceh tanpa henti, membuatku tidak tahan untuk tidak melumat bibirnya. Untunglah, hanya ada kami berdua saja di dalam lift ini. Daisy meremas kemejaku dan tidak bisa berkata apapun lagi. Ketika pintu lift terbuka, aku segera melepas ciuman dari bibir Daisy. Wajah perempuan itu bersemu merah karena malu. Hal itu membuatku jadi senyum-senyum sendiri melihatnya. Aku kembali menggenggam tangan Daisy dan membawanya keluar dari lift. “Lipstickmu berantakan.” Aku berbisik di telinga Daisy. Membuat wanita itu cepat-cepat menghapus lipsticknya dan memukul pundakku kencang. “Ini semua ulahmu, bajingan!” “Hahahah.” Aku tertawa kencang. “Habisnya, kau cerewet, sih.” Tibalah kami di depan ruangan Tuan Roy, dan aku mengetuk pintu sebelum masuk. “Maaf, aku ada masalah sedikit di bawah. Maaf membuatmu menunggu,” ujarku sunkan pada Tuan Roy. Tuan Roy tersenyum sambil memp

  • Mr. Perfect   Part 75

    “Aku ….” Daisy menelan ludah. “Yah, kau benar. Aku lagi melamar pekerjaan di sini. Memangnya kenapa?” Kini Daisy balik berteriak padaku. Membuatku heran dan mengingat pasal satu. Jika wanita salah, maka yang marah tetap wanita. Jika wanita bikin kesalahan, wanita akan tetap menganggap lelaki itu salah. Aku berusaha mengontrol emosiku agar tidak mencium bibirnya karena gemas melihat tingkah Daisy. Lalu aku tertawa kencang. “Hahahah, untuk apa kau bekerja Daisy. Kehidupanmu sudah pasti terjamin jika menikah denganku. Kau lupa? Kau ini akan menikah dengan lelaki tertampan dan terkaya.” “Jangan geer!” Daisy menginjak kakiku. Ouch! “Memangnya aku sudah bilang akan menerimamu?” Daisy melangkah pergi. Tapi aku segera menahan lengannya. “Apa maksudmu dengan bilang begitu? Ada kemungkinan kau tidak menerimaku?” “Mungkin.” Daisy mengangkat bahu. “Please jangan begitu, aku betul-betul mencintaimu Daisy. Kalau kita tidak menikah, aku akan menikah dengan siapa?” “Bukankah kau lelaki pal

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status