Home / Fantasi / Mr. Wolfy and His Siren Mate (INDONESIA) / 6. Gadis Rambut Perak yang Bersirip

Share

6. Gadis Rambut Perak yang Bersirip

Author: Kennie Re
last update Last Updated: 2023-07-19 18:03:23

Max berjalan tanpa tujuan. Tidak! Tujuannya tentu saja ke rumah. Ia harus menemui orang yang mungkin bisa menyelamatkannya dari dosa yang telah ia lakukan. Ia telah melenyapkan gadis itu. Ivory pasti sudah mati karena terjatuh ke laut yang dingin dan dalam. Ditambah, dengan ketinggian antara jembatan dan permukaan laut, tak mungkin jika tubuhnya tidak terempas.

Kalau pun gadis itu selamat, mungkin ia akan mengalami gegar otak lalu hilang ingatan. Namun, sepertinya itu lebih baik ketimbang kehilangan nyawa.

Max masuk ke dalam rumah, bajunya compang-camping tak keruan karena perubahannya yang sembarangan dan mulai tidak terkontrol. Ia tak mengerti mengapa itu bisa terjadi, tetapi begitulah kenyataannya.

Ia adalah seorang monster sekarang. Ditambah lagi dirinya sudah melenyapkan seorang gadis yang tak punya andil atas kondisinya.

“Mirielle! Kau di mana, Elle!” panggil Max, tergesa dan tampak gurat cemas di wajahnya. Saudara kembarnya yang sejak tadi mengurung diri di kamar, terjingkat kala Max akhirnya merangsek masuk ke ruangan pribadinya.

“Jeez, Max! Apa yang kau lakukan di kamarku?” sergah Mirielle yang merasa terganggu akan kehadiran Max. Nyaris saja ia menyiramkan cairan di tangannya ke arah kakaknya itu.

“Whoah! Apa yang kau pegang itu? Apakah itu wolfsbane?” tanya Max yang tak habis pikir dengan hobi sang adik yang selalu membuat eksperimen ramuan aneh di dalam ruang pribadinya. “Kau harus meminta ayah dan ibu untuk menyediakan ruang laboratorium untukmu! Itu sangat berbahaya, Elle!”

Mirielle tergelak melihat ekspresi Max yang ketakutan kala gelas kimia di tangan Mirielle kini berada tepat di depan wajahnya.

Mirielle memberi isyarat agar Max menunggu, sementara dirinya perlahan menuangkan cairan itu ke dalam ampul yang berbeda, kemudian menyimpannya di dalam lemari pendingin yang juga berada di dalam kamarnya.

Sungguh, kamar Mirielle lebih mirip laboratorium kimia ketimbang sebuah kamar.

“Katakan itu pada ayah dan ibu, karena aku sudah meminta sampai puluhan kali. Dan hanya dijawab dengan lirikan,” ungkap Mirielle yang kemudian menyadari kalau saudara kembarnya baru saja mengalami masalah.

Ia menoleh tiba-tiba dan menatap ke dalam iris hazel milik pria di hadapannya. Jika sudah begitu, tak mungkin Max bisa berbohong dari adiknya itu.

“Apa yang terjadi, Max? Apakah kau telah melakukan kesalahan?”

Max yang ditodong pertanyaan seperti itu, hanya mondar-mandir sembari meremas rambut ikalnya.

Ia mengingat kembali bagaimana kejadian, asal mula pertemuannya dengan Ivory, lalu bagaimana dirinya berniat melenyapkan Ivory hingga terjatuh dari jembatan. Ingatan itu membuatnya memejamkan matanya dengan paksa. Andai bisa, ia ingin melupakan semua yang pernah ia lakukan bersama gadis itu. Namun, jelas ia tak akan mampu.

Bahkan hingga saat ini, aroma tubuh Ivory masih terus berputar di rongga hidung Max yang mau tak mau membawa kenangan malam indah dengan gadis itu.

“Elle, aku yakin kau pasti mengetahui sesuatu. Kau selalu menjadi yang paling tahu, kau bahkan bisa meramal apa pun.”

“Apa maksudmu? Aku bukan cenayang, Max, aku tak bisa meramal!” elaknya. Padahal apa yang dikatakan Max mengenai dirinya hampir seratus persen benar.

Max mengambil paksa apa yang ada di tangan Mirielle dan ia akan pastikan tidak akan mengembalikan sebelum Mirielle menjawab pertanyaan yang akan ia ajukan untuknya.

“Max, hey! Itu berbahaya, Max, kembalikan padaku!” Mirielle mencoba mengambil kotak yang ada di tangan Max, tetapi pria itu bergerak lebih cepat dan berhasil menyembunyikan benda itu dari pandangan Mirielle. “Baiklah, katakan apa yang kau ingin aku lakukan. Katakan sekarang, sebelum aku berubah pikiran!”

Sebuah kebetulan bagi Max untuk menanyakan banyak hal pada saudara kembarnya mengenai Ivory. Bisa saja Mirielle tahu, apakah gadis itu sudah mati atau masih hidup dan berada di suatu tempat.

“Elle, apakah kau mengetahui tentang gadis bernama Ivory?” tanya Max, agak takut jika Mirielle bisa membaca bahwa ia telah melakukan hal buruk terhadap gadis itu.

Mirielle yang semula tak tertarik dengan apa yang menjadi pertanyaan Max, kini justru tampak berkonsentrasi dan mencoba untuk menemukan keberadaan gadis itu. Sekaligus mencari tahu segala hal tentang Ivory dan hubungannya dengan Max.

Mirielle memusatkan perhatian dan konsentrasinya. Sepasang matanya berubah memutih seluruhnya, dan tak lama ia telah kembali menjadi dirinya yang sebenarnya. Namun, ia justru menggeleng.

“Maafkan aku, Max, aku tidak bisa menemukan apa pun tentang gadis itu. Mungkin ia tak pernah ada di dunia ini. Apakah dia adalah tokoh anime favoritmu? Atau mungkin gadis yang hadir dalam mimpimu? Gadis khayalanmu? Yang mana tebakanku yang benar?” Desak Mirielle, masih berpura-pura tidak mengetahui apa-apa.

“Aku serius, Elle! Apakah kau benar-benar tidak mengetahui apa pun tentangnya? Kau tidak melihat apa-apa dalam pandanganmu?”

Mirielle menggeleng dan dengan sengaja menanti reaksi Max yang tampak tertunduk kecewa.

“Baiklah kalau begitu. Aku akan ke kamarku. Thanks, Elle.”

Mirielle hanya memandang punggung Max yang menjauh dan menghilang seiring dengan pintu kamarnya yang ditutup perlahan.

***

Di kedalaman lautan yang dalam, tak terkira berapa kedalamannya hingga membuat tubuh gadis itu nyaris tenggelam ke dasarnya. Ivory perlahan membuka mata. Ia merasa seperti tengah terikat tetapi kaki dan tangannya masih bisa bergerak.

Sesak, itu yang ia rasakan saat ini, terlebih ketika matanya tak menemukan apa pun selain kegelapan dan dingin yang menusuk ke tulangnya.

Di mana ia berada saat ini? Apakah ia tengah disekap oleh pria berbulu itu? Mengapa rasanya tubuhnya kesulitan untuk bergerak? Atau jangan-jangan ...

Mata Ivory kini terbuka sempurna. Kedua bola matanya yang sewarna safir tampak berkilau dan sekitarnya yang semula gelap, mulai terlihat. Ia berusaha menggerakkan kedua kaki dan tangannya, agar bisa naik ke permukaan.

Cahaya rembulan mulai terlihat olehnya, tanda bahwa sebentar lagi ia akan selamat.

Ivory berenang menepi dan sekuat tenaga untuk naik ke pesisir. Ia merebahkan tubuh di atas pasir yang hangat. Napasnya terengah setelah berusaha berjuang untuk tetap hidup, dan kini ia patut bersyukur karena tak ada yang kurang dari dirinya.

Tiba di tepian, angin berembus menerpa kulitnya yang telanjang, membuatnya bergidik sesaat karena dinginnya. Ia harus bersyukur karena masih bernyawa meski ia sadari pakaian yang semula ia kenakan telah terlepas dan menghilang entah di mana. Bisa jadi terbawa arus tanpa ia sadari.

Ingatannya terpecah, berserakan seperti potongan puzzle yang belum sepenuhnya lengkap. Ia masih berusaha mengumpulkan semuanya.

Mata Ivory terpejam, seolah berusaha mengingat kejadian yang menimpanya secara berurutan. Mengenai kesialannya karena telah dijual oleh sang ayah untuk membayar hutang-hutang yang dimiliki oleh pria itu, lalu bertemu seorang pria misterius dengan pesona luar biasa yang menyelamatkannya dari anak buah Benjamin Agony, kemudian ...

Ah! Kepala Ivory terasa pening dan berdenyut. Perlahan ia berusaha bangkit, sembari mengumpulkan potongan kejadian yang cukup membuatnya frustasi karena begitu sulit untuk mengingatnya.

Ketika ia berhasil mengingat satu kejadian, maka kejadian lainnya akan menghilang begitu saja. Satu hal yang tak mungkin ia lupakan adalah malam indahnya bersama Max yang membawa ingatan lain perlahan bermunculan ketika dirinya berusaha membawa memori itu kembali.

Indah ... tetapi menyakitkan.

“Shit! Dasar pria gila! Hampir saja aku kehilangan nyawa. Apa sebenarnya yang ada di pikirannya? Dia bilang aku pembawa sial? Kalau begitu, selamat menikmati kesialanmu mulai sekarang, serigala bodoh!” umpat Ivory yang masih menyeret tubuhnya untuk lebih ke tepian.

Bagian tubuhnya terasa nyeri—dari pinggang ke bawah, terlebih pinggangnya yang tampaknya tergores karang tajam saat ia dengan nekat melompat dari jembatan, hingga kini ia lihat luka itu mengeluarkan cairan merah segar.

“Ah! Apa yang terjadi padaku? Ini sungguh sakit!” Ivory menyentuh luka itu perlahan dan tatapannya terhenti pada bagian tubuhnya, dari pinggang ke bawah yang tak lagi berupa sepasang kaki, melainkan sebuah sirip yang sangat besar dan berkilauan.

Berkilauan dan indah. Namun, membuat Ivory bergidik ngeri kala menyadari bahwa sesuatu yang tampak indah itu adalah bagian tubuhnya sendiri.

“Tidak mungkin!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mr. Wolfy and His Siren Mate (INDONESIA)   ENDING (EXTRA PART)

    Beberapa tahun kemudian ... “Apakah kau percaya itu, Max? Kau lihatlah putra-putri kita. Mereka kini berusia delapan belas tahun dan—oh! Apakah kau dulu juga mengalami ini? Usia berapa kau berubah menjadi dewasa?” tanya Ivory saat sadar bahwa si kembar, Isaac dan Mackenzie telah berubah menjadi berusia delapan belas tahun di usia mereka yang kelima. Max tertawa mendengar komentar polos Ivory. Ia lantas meraih wanita itu dalam dekapannya dan mengecup bibirnya sekilas. “Di usia tiga tahun aku berubah menjadi delapan belas tahun dan menjalani pelatihan dari kakek Jeremiah untuk menerima jabatan darinya sebagai seorang alpha Alsenic pack. Apakah kau tidak mengalami itu?” “Apakah aku kelihatan seperti manusia ajaib seperti kalian?” tanya Ivory yang dijawab gelak tawa oleh Max. “Baiklah, artinya usia kita terpaut sangat jauh. Kau seharusnya lebih tua dibanding diriku. Benar begitu, kan?” Ivory mengangguk, kemudian menoleh lagi pada Isaac dan Mackenzie yang telah menghabiskan sarapan mere

  • Mr. Wolfy and His Siren Mate (INDONESIA)   130.

    Seth tersungkur tanpa daya di atas tanah, pandangan mata sayunya pandangi langit malam di mana bulan purnama tengah benderang menyinari dunia. Seth bisa mendengar lolongan serigala yang memuja Amethyst. Sebagai tanda syukur kemenangan mereka. Hawa panas menggelegak. Keheningan mencekam ini, Seth mati rasa, tidak bisa merasakan tubuhnya lagi. ‘Dad. Katakan padaku. Kalau aku adalah seorang putra dan keturunanmu yang baik.’ Wajah sang ayah yang tersenyum manis berkelebatan di benak Seth saat mendiang menyerunya penuh kasih sayang. Seth masih ingat kenangan itu dengan jelas. Linea berlarian menerjang kubangan-kubangan api yang meratakan tanah, sembari menahan rasa sakit di perutnya yang terasa sangat mengejang, demi apa pun. Melihat Seth menghadapi kematian, membuatnya Linea terseok-seok. Dia menyambar tubuh Seth yang tidak berdaya; merenggang nyawa. “Seth, astaga. Aku mohon, jangan tinggalkan aku. Bagaimana dengan anak-anakku. Dia membutuhkanmu. Jangan pergi, Seth. Kau harus melihat

  • Mr. Wolfy and His Siren Mate (INDONESIA)   129.

    TAANG!!! Anak panahnya meleset ke arah lain ketika Seth mematahkannya dengan sambaran petir. Terlepas dari tepat sasaran atau tidaknya, Ronan tak peduli. “Lihat aku di sini, Rogue tolol!” ejek Ronan tersenyum miring, dia sengaja benar memancing emosi Seth yang mudah sekali tersulut. “Dasar bodoh! Siapa pun tidak ada yang dapat mengalahkan aku!” amuk Seth terus luncurkan semua serangannya secara brutal. “Kau, Omega tidak berguna! Jangan halangi aku!” DUARR!!! Ronan berlari menghindar ketika serangkaian ledakan api meletus hebat di belakangnya. Melompat dengan langkah kaki panjang, bergerak gesit, cekatan serta lincah. Bermanuver—tak sulit menghindari serangan Seth yang lambat-laun mulai melambat. “Ada apa denganmu? Mengapa kau lamban sekali? Kau bahkan tidak bisa menggoresku sedikit saja!” Ronan terpingkal geli. Sekali lagi, dia melesatkan dua pasang anak panah. “DIAM KAU! Percuma! Serangan panahmu ini tidak akan bisa melumpuhkan aku!” DUARR!!! Ronan melompat tinggi di atas ud

  • Mr. Wolfy and His Siren Mate (INDONESIA)   128.

    Markus tanpa pikir panjang kembali, menyelamatkan karibnya. Dia menerobos semua ledakan-ledakan petir yang meletus di kanan-kirinya, berlari cepat demi menyelamatkan Alegria yang kepayahan akibat pendarahan. Markus bergegas menyambar Alegria yang terkapar, melompat cepat—menghindari sambaran petir lainnya yang tiada hentinya berdatangan.“Mengapa kau kembali? Bagaimana dengan pasukanmu?” tanya Alegria lemah dan merasa bersalah. Dia diserang oleh gelombang batuk darah.“Masih tanya juga! Tentu saja menyelamatkanmu! Mustahil, meninggalkanmu mati di sana! Pasukanku yang tersisa mereka berhasil ke tempat aman. Rogue itu memang keparat! Bagaimana bisa dia memiliki kekuatan sihir mengerikan seperti ini!?”Markus, Alegria, Marion, William dan semua pasukan yang tersisa berhasil mencapai zona perimeter aman yang sebelumnya telah disiapkan oleh mereka. Menjauhi medan pertempuran yang mustahil mereka hadapi. Mereka mengubah diri ke wujud manusia.

  • Mr. Wolfy and His Siren Mate (INDONESIA)   127.

    “Menyerahlah saja kau, Seth! Tidak ada jalan keluar atau lari! Sebelum kami semua benar-benar membunuhmu!” kecam Mirielle bersungguh-sungguh dengan ucapannya. “Kau sudah terkepung! Kau harus membayar seluruh kejahatanmu di hadapan Dewi Amethyst!”BZZT!“Kau pikir siapa dirimu?! Karena kau Elder pilihan yang menjembatani Dewi Bulan, kau pikir bisa berbuat segalanya?”Mirielle mencibir setengah meradang. “Tidakkah kau pikirkan semua korban yang telah kau hancurkan hidupnya? Pack yang tidak bersalah atau berdosa! Tidakkah kau memikirkan anak-anak yang kehilangan keluarga mereka? Aku tak paham mengapa kau memilih jalan beracun seperti ini?!”CLASSH!BLARR!“Tidak usah sok memahamiku, Mirielle! Aku tak peduli apa pun! Selama tujuanku tercapai, dendam kematian leluhurku terbalaskan, dan semua kelompok Pack yang kalian agung-agungkan itu hancur selamanya! Justru aku senang menghancurkan kalian semua hingga tidak ada yang ter

  • Mr. Wolfy and His Siren Mate (INDONESIA)   126.

    Mirielle merintih putus asa. “Max! Jawab aku! Mom! Dad! Ronan, please! Anybody hear me?!”“Elle?! Kau di mana?! Kau baik-baik saja?! Bertahanlah, Elle! Aku bersama pasukan The Cardinal, anggota Pack dan keluarga! Sebentar lagi, sampai! Kau tidak terluka ‘kan? Kami semua cemas sebab tak mendengar kabar apa pun darimu.” Max menjawab dari mind-link. “Katakan kalau kau bersama Lyra sekarang?”Helaan napas lega terdengar dari hidung bangir Mirielle. “Aku tidak bersama Lyra, Max. Aku gagal mendapatkannya. Ini semua karena kekuatan sihirku yang belum pulih sepenuhnya! Seth dan Linea memiliki mantra dinding sihir kuat. Padahal, aku nyaris berhasil. Aku mengacau! Aku baik-baik saja! Max, ada situasi genting! Sebelum kau menyaksikannya secara langsung. Aku ingin kau dengarkan ucapanku dulu.”“Tunggu sebentar, Elle! Aku mengendus bau Ivy dekat sini?! Apa itu jeritan istriku?! SEDANG APA DIA? MENGAPA IVY BISA BERSAMA DENGAN SETH?!!”Sensasi berdenyut

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status