Share

Garis Dua 2

enapa rasanya seperti ini? Padahal dari keempat anakku perasaan bahagia selalu muncul. Aku bermonolog sendiri. 

"Dok, bagaimana saya bisa hamil? Padahal sekarang saya masih memakai KB. Lalu apa yang harus saya lakukan? Apakah tidak mempengaruhi janin saya Dok?" pertanyaan yang kulontarkan secara bersamaan karena rasa khawatir yang kurasakan. 

"Iya Bu, kita harus melepaskan KB yang ibu gunakan secepatnya. Pelepasan KB ini untuk menjaga kondisi janin, karena bila KB tetap terpasang dapat menyebabkan keguguran, chorioamnionitis, dan prematuritas. Alhamdulillah usia kandungan belum mencapai empat belas minggu jadi insyaAllah dengan pelepasan ini bisa mencegah hal yang kurang baik." terang dr.Hindun panjang lebar. 

"Chorioamnionitis itu apa dok?"

"chorioamnionitis adalah infeksi yang terjadi pada air ketuban ibu."

"Apabila saya tidak melepasnya apakah tidak apa-apa?"

"Wanita hamil yang masih dalam pengaruh alat kontrasepsi ini memiliki resiko ibu, seperti yang sudah saya jelaskan. Apabila menggunakan alat kontrasepsi suntik, maka bisa hilang dengan sendirinya untuk pengaruh obatnya. Hal ini karena dapat dipengaruhi oleh hormon dalam tubuh ibu."

"Namun untuk alat yang terpasang memang sebaiknya segera dikeluarkan, karena dapat mempengaruhi sistem tubuh. Alat terpasang ini juga termasuk benda asing, sehingga dikhawatirkan justru berdampak kurang baik."

"Lalu kapan saya bisa melepasnya dok?" tanyaku. 

"Besok kita observasi dulu ya Bu, jika kondisi aman bisa langsung kita lakukan pelepasan KBnya."

"Tapi apa tidak membahayakan janin dan ibu Dok?" tanya Mas Adam. 

"InsyaAllah ini yang terbaik Pak, karena semakin kita ulur waktu pelepasan KB justru membahayakan ibu dan janin."

"Baik dok, tolong lakukan yang terbaik untuk istri dan calon bayi kami," ucap Mas Adam. 

"InsyaAllah ya Pak, besok kita langsung cek dan semoga tidak ada kendala apapun. Pelepasan KB ini seperti umumnya hanya saja kita harus menentukan lokasi alat KB dan USG transvagina untuk menentukan letak posisi sekaligus penilaian usia kehamilan pada trimester pertama ini agar lebih akurat," terang dokter Hindun. 

"Terima kasih dok." ucap kami berbarengan. 

"Iya Bu, Pak dan ini saya resepkan obat mual dan vitamin dulu ya karena besok akan kita lakukan tindakan. Semoga ibu dan janin sehat selalu." ucapnya dengan ramah. 

"Baik dok, kami permisi. Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam warohmatullohi wabarokatuh."

Kami pun keluar dan melangkah keluar klinik. Menyusuri lorong yang ramai dengan hilir mudik pasien atau petugas kesehatan. Namun, lalu lalang orang yang datang bertolak belakang dengan hati yang terasa sepi. 

Kami berjalan beriringan, tetapi tanpa kata. Berada pada pikiran masing-masing yang tidak tahu rimbanya. Pandanganku kosong sampai tangan kekarnya menyentuhku lembut. Menuntunku untuk duduk di kursi tunggu khusus apotik untuk menebus vitamin yang diberikan. 

"Alhamdulillah Dik, kita masih diberi kesempatan untuk menjaga amanah lagi," ucap Mas Ahmad dengan antusias saat kami sedang duduk menunggu vitamin. 

Rasanya masih enggan untuk berbicara, sehingga hanya anggukkan dan senyum tipis yang kuberikan untuk suamiku. 

"Apa masih mual atau pusing de?" tanyanya lagi. 

Aku hanya menggeleng tanpa ada mengeluarkan suara. Mas Adam masih belum menyerah untuk membuatku bersuara. Namun, berkali-kali pertanyaan yang diajukan hanya kutanggapi dengan anggukan, gelengan kepala, dan senyum tipis untuk meresponnya. 

Kami berjalan dalam diam menuju tempat parkir. Mas Adam memintaku untuk menunggu di luar, sedangkan dia mengambil  motor. Menunggunya di bawah pohon yang cukup rindang ada sebuah bangku kosong yang memanjang. Duduk bersandar tanpa melepas pandangan pada sebuah kolam kecil yang jernih. Terlihat beberapa ekor ikan yang bergerombol. 

Menikmati sejuknya angin yang berhembus memberikan rasa nyaman. Melegakan sedikit sesak yang sejak tadi bersemayam dalam kalbu. 

Sentuhan lembut dari tangan Mas Adam menyadarkanku untuk kembali ke dunia nyata. Entah sejak kapan dia berada di samping. 

"Sudah enakan belum?" tanyanya. 

"Alhamdulillah Mas," ucapku dengan tersenyum tipis. 

"Kita pulang sekarang ya," ucapnya lagi. 

Aku mengangguk untuk memastikan bahwa sekarang saatnya pulang. Kami keluar dari klinik. Mas Adam mengendarai motor dengan pelan, tetapi tidak menuju jalan pulang. 

"Kita mau kemana Mas?" tanyaku yang mulai sadar bahwa arah motor bersebrangan dengan jalan pulang.

"Nanti juga adik tahu," jawabnya yang masih konsentrasi melihat jalan. 

Sudah lama memang kami tidak pernah keluar berdua semenjak kelahiran Isa. Kasihan ibu bila harus menjaga keempat anak kami. Meskipun yang tiga sudah bisa bermain sendiri, tetapi tidak tega kami menitipkan pada ibu yang sudah semakin tua. 

Mas Adam kemudian berhenti di sebuah warung soto. Warung ini berbeda dari warung pada umumnya. Nuansa asri terasa saat memandangnya. Terletak di tengah kota, tetapi desain warung ini dibuat dengan menampilkan taman ikan di tengahnya. Bunga warna-warni yang menghiasi taman sungguh menarik hati. 

"Ayo Dik, Mas lapar," ucapnya dengan mengulum senyum dan menggandeng tanganku dengan mesra. 

Sungguh manis perlakuannya padaku meski usia pernikahan kami tidak baru. Rasanya hatiku berbunga-bunga. Kami menuju ke tempat yang dekat dengan taman. Duduk lesehan sambil menikmati indahnya taman bunga yang di tata warung soto pak Soleh ini semakin memanjakan pelanggan saja. 

Bunga-bunga tertata rapi mengelilingi sebuah kolam kecil yang terdapat ikan mas di dalamnya. Ada air mancur kecil yang terbuat dari kerajinan bambu menambah nuansa pedesaan yang kental. Dentingan yang mengalun memberikan ciri khas tersendiri. 

Mas Adam pergi sejenak untuk memesan soto untuk kami. Aku masih menikmati taman yang indah. Rasa damai menjalar memberikan rasa unik di pagi ini. Warung ini tidak besar, tetapi terlihat lalu lalang pengunjung. 

"Sedari tadi kenapa diam saja Dik?" tanyanya setelah kembali ke tempat duduk kami. 

"Entahlah mas, mendengar kehamilan ini aku merasa sedih bercampur bahagia." ucapku. 

"Dik, anak adalah titipan Allah. Jangan ragu akan ketetapan yang Allah berikan untuk kita. Bismillah yakin bahwa kita akan mampu menjaga mereka," ucapnya lembut. 

"Ta.. tapi Mas, saat aku mengandung Isa saja banyak orang yang berbicara miring tentang kita. Apalagi bila mereka tahu tentang kehamilan ini." ucapku kemudian. 

"Astagfirullah Dik, jangan seperti itu. Yakin atas kuasa Allah dan jangan banyak mendengar omongan orang. Mereka akan selalu mencari keburukan kita. Lebih baik kita banyak-banyak berdoa dan mengingat Allah." nasehatnya kemudian. 

Pesanan kami telah datang dua mangkok soto, dan dua jeruk hangat telah tersaji. Aroma soto yang menusuk hidung sungguh menggugah selera. Potongan daging ayam yang pas untuk sekali santap. Selain pesanan kami juga di suguhkan beberapa gorengan, seperti tahu, tempe, mendoan, tahu isi, dan perkedel. Beberapa macam sate, yaitu sate daging, usus, telor puyuh, kerang juga menjadi pelengkap di meja. 

"Ayo di makan Dik," ucap Mas Adam sambil menuangkan sambal dan memeras sedikit jeruk ke dalam mangkoknya. Kesukaannya bertolak belakang denganku yang menikmati soto tanpa campuran lain. 

"Iya Mas," balasku dengan menyuap soto yang masih mengepul panas. Kuah yang pas dengan bumbu yang diracik sedemikian rupa sehingga mampu memanjakan lidah. Rasa yang sungguh menggugah selera. Tanpa banyak bicara ternyata tidak terasa sudah kutandaskan semangkok soto dengan sate kerang dan tempe goreng. 

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status