“Aku mencintai kamu, Nesa. Sangat mencintai kamu. Aku masih menginginkan kamu untuk menjadi istriku. Menjadi ibu bagi anak-anakku. Tapi mengapa keadaan jadi begini rumit? Aku pikir Papaku hanya mengoceh karena mabok. Aku tidak menyangka Ibumu juga mengatakan hal yang sama.” Raga menatap Nesa dengan mata sarat dengan kesedihan. “Aku tidak percaya kita adik kakak. Sedikitpun aku tidak percaya. Tidak mungkin kamu adikku. Rasanya ini terlalu mengada-ada. Kita harus buktikan mereka salah, Nes.” Nesa tampak terkejut. “Maksud Mas, Pak Pram juga bilang kita adik kakak?” Manik mata Nesa membulat dengan mulut nyaris ternganga karena tak menyangka Raga mengatakan hal itu. Raga memandang gadis yang sangat ia cintai itu dengan wajah sendu. Rasanya terlalu berat untuk menceritakan lebih banyak apa yang dikatakan Pram padanya. “Papaku tidak b
Seketika Raga merasakan darahnya menggelegak. Meskipun Aril mengaku sepupu Nesa, tapi sikap dan tingkah lakunya sama sekali tidak menunjukkan respek padanya dan Nesa. Entah mengapa, Raga merasa ada yang salah dengan hubungan keduanya. Namun ia masih berusaha berpikir positif. Gadisnya bukan gadis nakal, dan ia bahkan hingga enam bulan belum mapu meluluhkan hati dan membawanya bersenang-senang.“Nesa tak mungkin melakukan hal yang konyol bersama Aril,” Ia menepiskan pikiran buruk yang sesaat berkelabat dalam pikirannya.“Kamu kerja di mana?’ Aril bertanya pada Raga dengan tatapan seperti meremehkan.“Perusahaan tekstil,” Raga menjawab singkat.“Owh. Di perusahaan garmen ya?” Aril menatap Raga sinis. “Banyak perempuan cantik kan itu kerja di perusahan garmen. Gadis-gadis kampung,” ucapnya dengan nada pen
“Kamu tidak punya pilihan!”Suara itu seketika menggema dalam benak Nesa. Seringai Aril saat mendapatinya tengah berada dalam pelukan Om Beno, Papa Aril.Kala itu ia baru kelas dua SMA. Tante Ria dan Andin sedang pulang kampung. Ayah Tante Ria sedang sakit. Keluarga meminta Tante Ria pulang mengurus sang ayah. Namun Om Beno dan Aril tidak ikut pulang. Ia hanya berdua di rumah dengan Om Beno. Aril yang berusia tiga tahun di atas Andin tengah kuliah. Ia memilih kost di dekat kampus, sehingga jarang pulang.Namun hari itu, tiba-tiba saja Aril telah berada di rumah tanpa sepengetahuan Om Beno dan Nesa. Dan Aril mendapati sang ayah tengah tidur memeluk Nesa di kamarnya.Aril melotot dengan mulut ternganga. Nesa gemetar ketakutan, dan Om Beno buru-buru membereskan pakaiannya yang sudah tidak karuan.“Kalian manusia biadab,” Aril men
Kehidupan tak pernah ramah pada mereka yang lemah.Nesa merasakan hatinya sakit tiada terperi menerima perlakuan Om Beno. Laki-laki yang dia kira selama ini menyayangi dan menjadi pengganti ayah yang tak pernah ia kenal, ternyata hanya menginginkan tubuh mudanya. Perlakuan dan sikap sayang selama ini hanya topeng yang menutupi niat yang sebenarnya.Ia merasakan kebencian yang teramat sangat pada Susan, yang mengirimnya tinggal dengan keluarga Om Beno.“Orang dewasa hanya manusia egois yang selalu memikirkan kepentingan sendiri.”Ia benci Susan. Ia benci Om Beno, dan ia benci pada diri sendiri yang begitu lemah tak bisa melakukan perlawanan saat diperlakukan semena-mena.Mendadak, bayangan ketika tinggal bersama Susan, menyeruak di dalam benaknya. Seketika air mata membanjiri pipinya. Nesa kecil dulu pun harus berjuang se
“Hei! Tolong jaga sikap ya! Tidak peduli apa urusan kalian di masa lalu, saat ini Nesa sudah jadi calon istriku dan aku tidak menerima kehadiran kamu di sini! Silahkan tinggalkan rumah ini!” Raga menatap Aril dengan mata membara.Nesa berusaha melepaskan diri dari Aril. Wajahnya memerah. Matanya menyorot tajam. Hilang rasa takut dan gentarnya menghadapi Aril yang kian kurang ajar.“Nesa minta Mas Aril tinggalkan rumah ini sekarang juga!” Suaranya penuh tekanan. “Jangan sampai urusan ini aku bawa ke ranah hukum. Aku tidak suka Mas Aril datang malam-malam dan memperlakukan aku dengan kurang ajar.”Aril membelalak tidak percaya. “Wow, Nesa yang lembut dan penakut ternyata kini sudah jadi jagon!” Ia menyeringai, tak peduli dengan perkataan Nesa. “Berani mengancam pula. Hebat kamu sekarang!” Ia ingin menyentuh pipi Nesa kembali, namun
Sementara itu, Susan pun tengah bergumul dengan permasalahan rumah tangganya yang rumit. Sikap permusuhan Lee dan perlakuan Bas yang tidak stabil membuat Susan merasa terombang ambing.Lee, anak pertama Bas yang berusia tiga puluh lima tahun, tinggal di rumah Bas sejak dua tahun lalu. Lee bercerai dengan istrinya. Kedua anak laki-lakinya ikut dengan ibu mereka. Lee kembali hidup membujang. Ia memilih tinggal di rumah besar ayahnya dan bekerja di perusahaan Bas. Namun karena usaha mereka kian hari kian menurun, Lee menjadi malas-malasan. Ia lebih banyak menghabiskan waktu di rumah.Susan kerap merasa terganggu dengan keberadaannya. Apalagi Bas sering ke luar kota. Asisten rumah tangga pun kini tak ada yang tinggal di rumah. Mereka hanya datang pagi hingga menjelang siang. Berduaan bersama Lee di rumah membuat Susan merasa tidak nyaman.Apalagi setelah insiden beberapa hari yang lalu. Lee se
Tak terasa, dua tahun sudah Susan menjadi penghuni Mike House. Ia menikmati kemewahan dan petualangan yang didapat di istana megah mereka, tempat ia bebas melakukan apa pun yang ia inginkan, kecuali pergi dari sana.Tinggal di Mike House membuat Susan tak perlu pusing memikirkan uang. Setiap bulan, ia bahkan mengirimi Darsih, sang ibu uang dalam jumlah besar. Ketika Darsih bertanya pekerjaannya, Susan berkata bekerja dengan orang asing.Setiap hari ada saja tamu yang datang ke Mike House. Para gadis menyambut raja-raja itu dengan wajah sumringah. Penampilan menawan dengan senyum ramah tak henti-henti mereka ulaskan. Namun, di antara hari-hari yang sibuk itu, ada satu hari paling disukai oleh seluruh penghuni rumah, khususnya oleh Susan.Gathering Bulanan.Acara itu menghadirkan sensasi tersendiri bagi gadis yang selalu tampil menawan itu. Gathering dihadi
Susan mendorong ayunan dengan pelan. Sepoi angin mempermainkan rambutnya yang hitam tebal. Matanya terpejam, tapi berbagai kenangan seperti terpampang jelas di depan matanya.Sejak usia sepuluh tahun, ia tinggal berdua Darsih, sang Ibu. Ayah Susan meninggal karena kecelakaan. Sebagai anak tunggal, Darsih mencurahkan kasih sayang penuh untuknya. Tapi karena keadaan keuangan mereka yang terbatas, Susan harus bekerja keras untuk bisa tampil layaknya remaja seusia.Sejak SMP ia sudah bekerja. Kala itu Susan membantu Nyonya Sinta, istri Tuan Herman, juragan terkaya di kampungnya. Tugasnya membantu Nyonya Sinta membersihkan kamar dan melayani keperluan pribadi Nyonya Sinta. Sedangkan Darsih, bekerja sebagai pembantu di rumah besar itu.Nyonya Sinta sayang padanya. Ia kerap diajak pergi jalan-jalan saat liburan. Tuan Herman dan Nyonya Sinta tak punya anak perempuan. Kedua anaknya laki-laki dan su