Compartilhar

Chapter 3

last update Última atualização: 2025-12-08 03:39:18

Jendela kaca setinggi langit-langit membentang memenuhi satu sisi ruang kerja. Dari jendela yang membentang itu, pelabuhan utama kota terlihat seutuhnya. Dari atas situ, terlihat kesibukan pekerja serta peralatan peralatan berat dari Romano engineering corp.

Kontainer satu persatu ditarik seperti bidak catur, pekerja berhelm tampak serupa titik-titik putih, serta percikan api las berkedip seperti kunang-kunang.

Seorang pria dengan setelan hitam melekat sangat pas pada tubuh tinggi ramping. Mata biru itu menyapu pemandangan dari atas tower Romano, satu tangannya menggenggam mug berisi kopi.

Pria itu, Leonard Romano CEO of Romano Engineering Corp.

“Pak,” Robert, sekretaris pribadi Leonard membuka suara, “Para eksekutif masih mempertanyakan keputusan anda untuk melakukan pernikahan politik dengan Blackwood Corporation.”

Leonard dengan tenang meminum kopinya.

“Saya yang nikah kenapa mereka yang nolak?”

Mendengar itu Robert berkata jujur.

“Mereka ingin mendorong putri mereka untuk menjadi pasangan anda”

Leonard Mendengus.

“Benar-benar tidak sopan.”

Nyatanya, Leonard sering kali dipaksa untuk didekatkan oleh beberapa wanita, dari yang bersikap tarik ulur sampai yang bold.

Tapi Leonard tak menyukai mereka semua.

Pria itu lalu mengangkat dagu untuk menunjuk kerumunan yang ada di luar.

“Perhatikan ke luar.”

Robert dengan nurut melirik.

“Kita mengerjakan kerangka laut. Lambung kapal. Offshore platforms.”

Leonard mulai satu persatu menyebutkan rentetan proyek yang sedang mereka lakukan di dalam Romano Engineering Corp, suaranya tenang seperti aliran arus laut yang ada di bawah.

“Blackwood Corporation memproduksi alloy structural serta heavy machinery kita dan tanpa mereka-”

Tak.

Leonard meletakkan mug-nya di atas meja kerjanya yang dilapisi kaca

“-setengah kapal itu tidak akan bisa dirakit.”

Di luar, crane mengangkat panel baja raksasa perlahan ke rangka kapal. Cahaya mentari memantul dari metal. Robert melihat sekelilingnya untuk pertama kali dengan sudut pandang baru.

Robert terlihat ragu sebelum bertanya lagi.

“... Apa harus Blackwood Corp? Anda kan bisa saja mencari supplier lain?"

Leonard tidak menoleh.

“Entahlah... tapi mengingat Blackwood Corp berhasil menguasai pasar supplier, sepertinya patut dicoba.”

Leonard akhirnya menoleh ke arah Robert.

“Who knows... Maybe one of them could be my wife."

“Apa anda punya kriteria tertentu pak? Anda sendiri yang bilang ingin memilih sendiri pengantin anda”

“Kriteria… tidak banyak”

“Mengingat anda, tidak banyak itu bisa beberapa halaman file P*F”

Leonard memberikan tatapan tajam pada Robert.

“Kau semakin kurang ajar.

“Saya hanya jujur”

Leonard menyisir rambut pirangnya dan sedikit menggeser posisi berdirinya membuat cahaya pagi menyentuh wajah tampan-nya, menegaskan kontur tulang pipinya yang tinggi, serta mata biru indah yang tak berkedip saat sedang memikirkan kelebihan dan kekurangan segala hal.

“Maybe someone stable? Someone with a brain at least.”

“Pak, semua manusia itu memang punya otak.”

“Diam! kau tahu maksudku.”

Robert tersenyum.

"Yah... semoga anda cepat ketemu jodoh anda segera kakek anda menelpon lagi hari ini memastikan anda tidak akan kabur."

"..."

"..."

"...Keluar."

Lalu lintas kota di malam hari mengalir dari bawah kaca mobil hitam milik Leonard.

Pria itu duduk di kursi belakang, jas abu gelap rapi tertata tanpa kerut. Tablet di pangkuannya menunjukkan data dan informasi partner dinnernya malam ini. Mata biru itu membacanya sekilas lalu menutupnya

Hari ini, yang ia tak ingin hanya menilai kontrak semata, melainkan kandidat calon istrinya, orang yang mungkin saja akan menghabiskan sisa hidupnya disampingnya.

Robert menyetir di kursi depan.

“Reservation is ready, Sir. The Blackwood representative is already seated.”

“Rosette.”

Robert Mengangguk.

“First candidate.”

Mobil berbelok memasuki zona fine dining. Dari luar, restoran Aurelia bersinar hangat di antara gedung kaca.

Di dalam, Rosette sudah duduk menunggu. Dress putih berpunggung terbuka, anting dan kalung kristal memantul cahaya restoran.

Posturnya sempurna sebuah ciri khas wanita sosialita yang sudah terbiasa tampil.

Begitu melihat pria berambut pirang itu Rosette berdiri cepat.

“Tuan Romano akhirnya bertemu.”

Nada suaranya satu oktaf terlalu manis.

Leonard hanya tersenyum kecil dan mengangguk sopan.

“Nona Blackwood.”

Mereka berdua lalu duduk. Buku menu pun dibuka, dan masing masing memesan makanan.

Rosette langsung bicara.

“Papa bilang kamu suka struktur dan selalu disiplin? aku juga begitu aku selalu tampil maksimal setiap hari.”

Leonard tidak bereaksi.

“Aku selalu dandan rapi bahkan untuk sekedar nongkrong biasa."

“Apa begitu?”

Rosette lanjut lagi.

“Katanya kamu membangun kapal? Keren banget. Sepertinya kita bakal cocok deh."

"Kenapa begitu?"

"Aku suka banget jalan-jalan, kamu kan bikin kapal pasti bisa dapat tiket lebih murah."

Leonard hanya diam sambil meneguk wine-nya, membiarkan Rosette berbicara sambil mengamati gadis itu.

Namun ia mendengus dalam hati.

'Aku cuma bikin kapal bukan bagian travel'

Tak lama kemudian, makanan datang. Rosette tidak begitu menyentuh makanannya. Yang sejujurnya hanya caesar salad, nothing wrong with salad of course.

Yang menjadi masalah adalah gadis di depannya hanya mengaduk aduk makanannya.

“Aku tipe yang nggak keberatan jadi ibu rumah tangga saja.”

Ia tersenyum.

“Biar kamu bisa fokus kerja keras, dan aku ga akan pergi kemana-mana dan ngurus kamu.”

Leonard akhirnya mengangkat mata birunya, menatap langsung Rosette dengan tenang

“Kamu tidak punya rencana pribadi?”

Rosette tampak terkejut.

“…Selain menikah?”

“Ya.”

Sunyi.

Beberapa detik terlalu panjang Rosette tampak terkejut sedangkan Leonard hanya mengamatinya.

“Aku belajar basic business management kok.”

Ucapnya cepat.

“Tapi… kamu sudah punya segalanya skill ku itu pasti sudah tidak diperlukan lagi kan? Aku bisa fokus ngurus rumah."

Kesimpulan yang dapat Leonard ambil dari percakapan ini.

‘Rosette Blackwood hidup hanya menempel pada kekuasaan orang lain, ia tak memiliki keinginan untuk maju.'

Leonard sudah mendapatkan informasi yang ia butuhkan.

Tetapi Rosette tidak berhenti sampai disitu.

Rosette mencondongkan tubuh ke depan sedikit terlalu dekat.

“Dan jujur saja…”

“Aku sudah lama tertarik sama kamu.”

“Bukan cuma karena bisnis.”

Leonard mengamati ekspresinya wajah gadis itu, pupil membesar bukan karena rasa tertarik, tapi antisipasi yang tersembunyi, senyum yang terlatih serta nada suara yang terdengar menggoda.

Leonard sudah setengah memprediksi apa yang diinginkan wanita muda itu…

“Aku yakin… kamu tidak akan kecewa memilihku. Aku yakin bisa memuaskan mu.” ucap Rosette memberikan kode tatapan mata kepada Leonard, sedikit menunduk untuk memamerkan lengkuk nya.

Jemari lentik wanita itu menyentuh lengan pria itu dengan sensual, kelopak mata yang berkilau karena eyeshadow pink itu berkedip pelan.

'That's it.'

Leonard menutup matanya dan berdiri dengan tenang.

“Tuan Romano, apa kamu mau langsung berganti tempat?”

Leonard bisa menolerir banyak hal, tetapi memberikan harga diri seperti itu? di pertemuan pertama mereka?

Call him old fashioned, tetapi satu hal yang Leonard tahu. Ia tidak mau menikahi wanita yang dapat dengan mudah memberikan kehormatannya seperti itu. Leonard yang memiliki prinsip, bahwa segala hal di dunia ini memiliki urutan tidak ingin keputusannya dan kejernihan pikirannya buyar hanya karena ada wanita cantik yang siap menyerahkan tubuhnya.

That type of person doesn’t suit him at all

“Rosette.”

“Ya?” Rosette masih merasa percaya diri dan tidak menyadari nada yang digunakan pria bermata biru itu untuk memanggil namanya.

Leonard tersenyum kecil, sebuah senyuman politik yang tidak ada artinya sama sekali.

“Semoga malam anda menyenangkan”

Ia membayar makan malam tanpa diskusi. Lalu meninggalkan Rosette sendiri di meja dengan wajah yang tampak bingung.

“Apa ternyata tuan Romano itu orang yang pemalu?”

Di luar, Robert menunggu di mobil. Tak lama kemudian pintu mobil terbuka dan Leonard masuk dengan tenang seperti biasanya.

“How did it go, Sir?”

Leonard menatap ke depan, lalu berkata dengan nada simpel,

“Not it”

"Benarkah?"

"Sepertinya kriteriaku lebih susah didapat dari kelihatannya"

Robert terdiam sebelum menyalakan mesin mobil. tak lama, mobil itu akhirnya bergerak menuju jalanan malam di kota. Leonard membuka tabletnya, dan menggeser data profil Rosette menunjukkan wajah lain, seorang gadis berambut ash brown bergelombang dan mata hazel yang terlihat seperti madu di bawah cahaya matahari, wajah itu juga menampakkan tanda lahir kecil tepat di bawah mata kirinya.

Selene Blackwood

“Semoga dinner besok berbeda”

Continue a ler este livro gratuitamente
Escaneie o código para baixar o App

Último capítulo

  • My Blissful Marriage   Chapter 5

    “Sel.”“Selene.”“SELENE!”Panggilan terakhir itu membuat Selene sedikit tersentak.“Hah! Selene akhirnya menatap Fiona yang sedari tadi sudah memanggilnya beberapa kali semenjak dosen sudah keluar kelas. Saat ini kelas yang tadinya dipenuhi mahasiswa cuma tertinggal Selene, Fiona dan beberapa anak yang terlihat ingin melanjutkan tugas kelompok.“Are you okay? Kamu dari tadi kelihatan banyak pikiran”Selene menghela nafas sejenak. Memang benar, sejak makan malam semalam pikiran Selene langsung kemana-mana. Memang benar makan malam itu awalnya ditujukan untuk Leonard Romano agar bisa menemukan calon istrinya. Tapi tetap saja, Selene tidak menyangka di antara dirinya dan Rosetta, dirinya lah yang akan dipilih. Selene menggelengkan kepalanya untuk menjernihkan pikiran lalu menatap Fiona yang sedari tadi hanya terdiam menatap Selene dengan tatapan aneh.“Sel, what’s wrong?”‘What’s wrong? A lot!’Itu yang dipikirkan Selene tapi sekali lagi gadis itu hanya menghela nafas. “Ayo pergi du

  • My Blissful Marriage   Chapter 4

    “Fyuhhh katanya 30 menit malah lanjut hampir sejam-an”“Kau telat sih!”“Lah? Orang Prof. Adrian yang buat janji dadakan!”“Jangan berantem di depan sini…” Ucap Selene sambil menatap tiga teman setim-nya Pintu ruang dosen tertutup pelan di belakang Selene. Koridor kampus sudah sepi. “Kita ke resto ramen yang di simpang tiga depan yuk?” Ajak Fiona.“Boleh” kali ini Hana nyeletuk, dan Alex mengangguk.“Maaf guys… aku skip dulu ya? Aku ada janji” Jawab Selene dengan sedikit rasa bersalah.Untung saja teman temannya ini mengerti.“Kalau acaranya bagi-bagi warisan, aku minta jatah ya?” Celetuk Fiona dengan nada bercanda.Selene hanya terkekeh sambil melambaikan tangannya ke arah tim karya ilmiahnya, karena pamit terlebih dahulu karena ada janji penting. Gadis itu masih memegang catatan revisi saat langkahnya berhenti mendadak. Karena refleks melihat jam tangan.18:41.Makan malam Romano dijadwalkan jam 19:00. Dari kampus ke restoran saja sudah 20 menit dan itupun jika normal traffic, kal

  • My Blissful Marriage   Chapter 3

    Jendela kaca setinggi langit-langit membentang memenuhi satu sisi ruang kerja. Dari jendela yang membentang itu, pelabuhan utama kota terlihat seutuhnya. Dari atas situ, terlihat kesibukan pekerja serta peralatan peralatan berat dari Romano engineering corp.Kontainer satu persatu ditarik seperti bidak catur, pekerja berhelm tampak serupa titik-titik putih, serta percikan api las berkedip seperti kunang-kunang.Seorang pria dengan setelan hitam melekat sangat pas pada tubuh tinggi ramping. Mata biru itu menyapu pemandangan dari atas tower Romano, satu tangannya menggenggam mug berisi kopi.Pria itu, Leonard Romano CEO of Romano Engineering Corp.“Pak,” Robert, sekretaris pribadi Leonard membuka suara, “Para eksekutif masih mempertanyakan keputusan anda untuk melakukan pernikahan politik dengan Blackwood Corporation.”Leonard dengan tenang meminum kopinya.“Saya yang nikah kenapa mereka yang nolak?” Mendengar itu Robert berkata jujur.“Mereka ingin mendorong putri mereka untuk menjadi

  • My Blissful Marriage   Chapter 2

    Selene terdiam sejenak di depan beberapa potret yang terpampang di tembok kediaman keluarga Cromwell saat memasuki rumah mewah tersebut.Ada banyak potret di situ, dan hampir di setiap potret terdapat wajah Oliver Cromwell, kepala keluarga Cromwell dan CEO Cromwell corp saat ini.Selene berjalan menyusuri lorong tersebut dan melirik sebuah potret baru seorang wanita dengan riasan dan perhiasan yang terkesan mewah.Rietta Cromwell, Istri kedua Oliver.Disebelah potret itu terdapat potret seorang laki-laki berambut hitam, Ronan Cromwell. Anak pertama Rietta. Dibawahnya terdapat potret keluarga yang membuat Selene mendengus. karena potret itu hanya terdapat Oliver, Rietta, Ronan dan juga Rosetta, Adik tiri Selene.Adik tiri yang baru saja memungut sampah miliknya. Yah memang sama-sama sampah sih jadi cocok.Selene kembali berjalan dengan lebih cepat, tak sudi melihat potret keluar bahagia itu. seluruh tembok galeri itu dipenuhi oleh potret mereka.Namun dari sudut matanya, Selene melihat

  • My Blissful Marriage   Chapter 1

    "Ayo kita putus."Selene terpaku, ponsel dengan case berwarna lilac masih menempel di telinga, suara kafe berdengung samar di sekitarnya.Kalimat itu datang tanpa peringatan, membuat nafas Selene tercekat."Semua tentang kamu, kamu, kamu! Aku capek dengernya!"Lanjut suara di seberang, yang sampai pagi tadi masih ia sebut pacar."Terus terang... kamu gak nganggap aku pacar kan?"Detik itu, Selene terpaku, mata hazel-nya memanas dan pandangannya sedikit mengabur. Padahal lima menit sebelumnya, gadis itu masih tersenyum dengan penuh kebahagiaan.Gadis itu baru saja menerima email bahwa karya ilmiahnya terpilih untuk ajang kompetisi nasional, suatu hal yang ia kejar berbulan-bulan tanpa tidur yang cukup."Apa... maksudmu?"Padahal ia hanya ingin berbagi berita baik dengan orang yang seharusnya menjadi sandaran dan orang terdekatnya, Matteo Hickins, pacar yang sudah setahun lebih bersamanya.Sayang, dunia nyata tak seindah bayangannya."Kamu bahkan nggak sadar kalau kamu itu egois" ujar pr

  • My Blissful Marriage   Prologue

    Saat awal bertemu dulu, Selene mengira ia akan menikahi pria yang berbahaya dan harus diwaspadai. Pria dengan rambut pirang dan bermata biru itu terkenal dingin, to the point dan tidak suka basa-basi.. Orang-orang mengenal Leonard Romano sebagai pria yang hidup sesuai dengan nama yang diberikan padanya sejak lahir. Leonard, yang memiliki arti singa, dan juga simbol kekuatan, keberanian, dan kepemimpinan. Tidak salah... Tapi apakah kalian tahu jika singa itu masih satu keluarga dengan kucing? . . . Malam itu, dari dalam sebuah penthouse luas yang bernuansa monochrome seorang wanita berambut ash brown bergelombang sedang duduk santai di atas sofa berwarna abu-abu. Pendingin udara berdengung lembut, bercampur dengan aroma kopi yang baru saja diseduh gadis itu. Selene Romano dengan santai mengotak atik tablet yang berada di tangannya, sibuk menyelesaikan laporan penelitian yang belum ia selesaikan. Beberapa menit berlalu sampai pria yang katanya “berbahaya” itu muncul dari ar

Mais capítulos
Explore e leia bons romances gratuitamente
Acesso gratuito a um vasto número de bons romances no app GoodNovel. Baixe os livros que você gosta e leia em qualquer lugar e a qualquer hora.
Leia livros gratuitamente no app
ESCANEIE O CÓDIGO PARA LER NO APP
DMCA.com Protection Status