Seperti biasa, Yasmin menghabiskan malam minggunya di rumah sendirian. Bundanya sudah pergi sejak 2 jam yang lalu tanpa pamit, tanpa menyiapkan makan malam. Terlihat terburu-buru bahkan Yasmin tidak sempat menanyakan soal bundanya yang tergesa-gesa saat memasuki rumah sakit sore kemarin.Yasmin menumpukkan kepalanya di atas meja makan. Kosong, tidak ada satu pun yang bisa dinikmati. Lalu menghela napas kasar dan kemudian berjalan menuju kulkas untuk memeriksa bahan makanan apa yang tersisa dan bisa ia masak. Perutnya sangat lapar sekali, tadi siang ia tidak sempat makan siang.Namun, ia harus menelan kepahitan dan membiarkan perutnya tetap lapar. Kulkas yang biasanya berisi bahan makanan dan buah-buahan kini kosong tanpa ada yang bisa diolah. Hanya air mineral dalam botol.Yasmin menjerit dalam hati. Bundanya melupakan kewajibannya pada keluarga kecil. Bagaimana bisa melupakan Yasmin? Melupakan anak gadis yang masih butuh perhatian dan perawatan.Pada akhirnya air mata Yasmin jatuh. M
Raja pulang ke rumah sekitar jam 12 malam. Ia masuk begitu saja dengan mengandalkan kunci cadangan. Saat melewati ruang tamu yang sengaja lampunya tidak ia nyalakan, suara desahan terdengar di telinganya. Raja mengernyitkan kening lantaran suara desahan perempuan begitu memburu bersamaan dengan suara-suara serak seorang lelaki.Raja membelok langkahnya, mengikuti arah datangnya suara itu. Kamar sang papa adalah tujuannya. Raja merasa suara itu adalah milik kekasih papanya dan juga papanya sendiri. Saat mendekat pada kamar sang papa, suara itu semakin menjadi-jadi. Raja memberanikan diri membuka pintu kamar setelah menarik napas. Tangannya memutar kenop pintu secara perlahan agar tidak menghasilkan bunyi.Pintu terbuka selebar jengkal, Raja mengintip ke dalam kamar. Betapa kaget dirinya saat menyaksikan pakaian berserakan di lantai dan juga menyaksikan pergulatan dua manusia beda jenis kelamin di atas ranjang.Itu adalah papanya dan juga calon mama tirinya.Raja memejam mata. Kembali
Pagi minggu yang mendung seolah menyadari perasaan Yasmin yang bersedih. Matahari terlalu malu-malu muncul di balik awan kelabu. Tidak ada yang bisa menghentikan apa pun untuk kembali ke semula, sebab Tuhan sudah menjadikan takdirnya seperti itu.Yasmin berkutak di dapur. Tepat jam 6 pagi tadi ia menyempatkan belanja beberapa bahan masakan di super market terdekat agar pagi ini ia tidak kelaparan lagi. Memilih memasak mi goreng dan omelet untuk menemani dirinya dan sang bunda. Sedangkan susu hangat untuk ia minum dan teh manis panas untuk Viola.Tidak butuh waktu lama, sarapan telah tersaji di atas meja makan. Yasmin menatap dengan senyum hasil karyanya, meskipun rasanya tidak menjanjikan apa pun. Setidaknya tidak kelaparan, bukan?Niat hati ingin membangunkan Velia, tapi bundanya sudah bangun dan sedang mendekat pada ruang makan. Menarik kursi tanpa bersuara, bahkan mencicipi mi goreng dan omelet dalam diam juga.Yasmin duduk di depan sang bunda, menyendok mi ke dalam mulutnya. Netra
“Kenapa ke sini?” tanya Raja. Sengaja menghentikan gerakan yang sedang melakukan push-up.Keringat bercucuran dari rambut hitam pekat, mengalir hingga wajahnya. Raja menyeka dengan punggung tangannya, dan aksinya itu tidak luput dari pandangan Yasmin. Cewek itu fokus tanpa berkedip bahkan menelan ludahnya saat melihat tubuh Raja yang terpampang nyata di depannya. Raja hanya memakai celana pendek berbahan kos tanpa atasan sama sekali.Otot lengan dan perutnya tampak menggiurkan untuk Yasmin. Satu hal yang membuat Yasmin bangga adalah, tubuh Raja tidak kalah dengan tubuh Revin, gebetan baru Devina.Rasanya Yasmin ingin berteriak sekarang juga karena terlalu bahagia melihat pemandangan indah ciptaan Tuhan.“Hei, gue nanya sama lo.” Raja menoyor kepala Yasmin sehingga menyadarkan cewek itu dari pikiran kotornya.Yasmin mengerucut bibirnya beberapa senti. Raja sudah mulai berani menunjukkan kekerasan padanya dan selalu saja berhasil menangkap dirinya yang sedang melamun.Bukankah, ia sanga
Hidup Yasmin berjalan sesuai arus yang terjadi. Meskipun bundanya menghabiskan waktu diluar kota, tapi Yasmin memilih untuk diam dan berpura-pura tidak peduli. Orang tua Devina memberinya perhatian dan kasih sayang, walau tetap saja ia merasa ada yang kosong.“Kalau lo terus melamun, yang ada ini kantin terbakar.” Devina meletakkan teh botol ke depan Yasmin dengan sedikit entakkan hingga menghasilkan bunyi.Ya, Devina sengaja melakukannya agar Yasmin tersadar dari berbagai lamunannya.Yasmin mengerucut bibirnya lantaran kesal karena Devina yang baru datang mengganggu dan membuat terkejut.“Lo sebangsa dengan Maimunah, ya? Ngeselin?” Nada suara Yasmin sedikit meninggi dan itu berhasil membuat Maimunah yang tidak jauh dari mereka melotot intens.“Sialan lo. Lo bikin Harimau betina ngamuk, anjay.” Devina berbisik pada Yasmin, setelah itu menunduk, berpura-pura tidak ikut campur dengan apa yang barusan Yasmin lakukan.Yasmin menggigit bibirnya dan mengacak rambutnya frustrasi. Berurusan
Giovano menggeram marah. Ia menatap lurus ke depan di mana Yasmin sedang tertawa bersama Raja. Rasa cemburu menguasai dirinya hingga rasanya ingin mendatangi keduanya dan menghajar Raja habis-habisan.Cemburu? Tentu saja!Giovano masih mencintai Yasmin, meskipun ia memutuskan hubungan mereka pada saat masih sayang-sayangnya. Sebenarnya Giovano tidak ingin melakukannya, hanya saja, demi menang taruhan ia rela melakukan itu.“Sial!” maki Giovano sembari menghadiahi tinjunya di tembok sekolah. Ia akan mencari cara untuk memisahkan Yasmin dan Raja. Jika dengan cara berpura-pura babak belur tidak mempan maka ia harus melakukan cara lain.Adu domba!Ide brilian terlintas di otak Giovano. Memanfaatkan Devina mungkin berhasil.Dengan cepat, Giovano berlalu dari sana. Memutuskan mencari Devina untuk melakukan kebohongan dan adu domba. Namun, sudah mengelilingi area sekolah, ia tidak menemukan sosok Devina, justru ia menemukan Ila, cewek yang pernah ia lihat menolong Raja saat ia dan teman-tem
Yasmin menghentikan langkahnya saat menyadari siapa yang ada di ruang makan bersama Amara dan Hamdan. Yasmin menoleh ke belakang di mana Devina sedang berjalan menuju ruang makan. Namun, saat Devina hampir melewatinya, Yasmin menahan tangan Devina agar berhenti.“Ada apa?” tanya Devina menaikkan alisnya.“Lo pasti kaget kalau tahu siapa tamu yang diundang nyokap sama bokap lo.” Yasmin mengulum senyum.Ia sangat yakin kalau sahabatnya kaget jika tahu tamu yang duduk di sebelah ayahnya Devina saat ini.“Siapa, sih? Udah, ah. Gue lapar. Gua gak mau peduli siapa pun tamunya. Yang penting gue makan sampai kenyang.” Devina berucap cukup kuat hingga membuat semua mata tertuju padanya.Yasmin menyenggol lengan Devina, berharap sahabatnya itu melihat ke arah ruang tamu di mana lelaki tampan sedang duduk.“Lo kenapa nyenggol lengan gue, ha?” tanya Devina. Ia masih belum menyadari apa pun.Yasmin menepuk jidatnya. “Lihat dulu di sana, seseorang yang duduk di samping bokap lo itu sungguh memesona
Hal yang pertama Yasmin liat saat tiba di rumah, tepatnya di ruang tamu adalah jas lelaki dan juga tas ransel di atas sofa. Yasmin mengerutkan kening, berpikir sejenak siapa tamu yang datang ke rumahnya. Apa bundanya sudah pulang? Atau ada maling yang menyelinap masuk?Yasmin terus bergerak dan kini tujuannya adalah dapur. Di sana, seorang lelaki membelakanginya dan sibuk mencuci entah apa, Yasmin tidak bisa melihat dengan jelas.Siapa? Pikir Yasmin. Apa kekasih bundanya?“Yasmin.”Sentuhan di pundak Yasmin secara tiba-tiba berhasil membuat si cantik itu tersentak kaget.“Bunda!” pekiknya. “Kapan Bunda pulang?” tanya Yasmin.Viola tersenyum. “Beberapa jam yang lalu.”Yasmin mengangguk. Dia tidak begitu tertarik meskipun begitu banyak hal yang ingin ia tanyakan kepada Viola.“Ah, iya. Bunda mengajak seseorang ke sini.” Senyum Viola semakin mengembang. Bahkan pipinya memerah. “Calon papa tiri kamu.”Yasmin sudah menduga. Helaan napas terdengar. “Bunda serius ingin menikah lagi?”Viola