Dalam perjalanan kembali ke Paviliun, Dave memikirkan cara untuk memulai cerita tentang semalam. Bagaimana agar kesalahpahaman di antara majikan dan pelayannya bisa selesai tanpa ada masalah.
“June, apa semalam aku bertemu denganmu di depan pintu masuk rumah?”
June yang mendegar pertanyaan itu sontak kaget dan bibirnya tersekat. ingin lari tapi tak bisa. dia seperti dijebak untuk segera menjawab pertanyaan Dave. karena saat itu juga Dave berhenti di tengah jalan, tak melangkah lagi padahal pintu belakang rumah sudah terlihat. Dave menuntut jawaban June saat itu juga.
“Apa maksud pertanyaan tuan? ten-tentu saja kita bertemu semalam sebelum tuan berangkat ke perjamuan makan malam” June menjawab dengan hati-hati dan gagap membuat Dave yakin kalau itu memang June. Dave punya feeling yang kuat dalam banyak hal, tak mudah menyembunyikan hal seperti itu padanya.
“Kau tak perlu takut June. aku hanya ingin memastikan kalau itu memang kau. Aku ingin minta maaf karena aku tau itu tak pantas di lakukan oleh diriku sebagai majikan. Kau mungkin sedikit wasapada denganku sekarang. tapi aku jamin, hal seperti itu tak akan terulang lagi.” Timpal Dave yang berusaha menyingkirkan segala kekhawatiran June.
Dave memang sangat pintar menenangkan hati wanita. June yang mendengar ucapannya sedikit merasa lega dan mulai percaya dengan perkataan Dave.
“Baik tuan. saya akan jujur. memang semalam Tuan Dave sedang mabuk dan saya mengerti kenapa tuan bisa melakukan hal itu. syukurlah ini sudah clear sayapun bisa tidur nyenyak” tanpa sadar June mengucapkan kalimat terakhir yang aneh
“tidur nyenyak? apakah kau tidak bisa tidur karena itu? hahahaaa.. maaf aku menertawakanmu.. hahahaa”
Dave tertawa terbahak mendengar ucapan June.
“tuan mohon untuk tidak mengejek saya. dan apakah tuan sadar pulang sendiri tadi malam?”June memastikan Dave tidak mengingat kalau dirinyalah yang menyetir pulang semalam. Kalau tidak bakalan banyak Pertanyaan aneh lagi yang akan muncul dari Dave.
“ya, sepertinya begitu. aku sudah lama sekali tidak mabuk. tapi baru semalam sepertinya mabuk tak mempengaruhi kemampuanku mengemudi” ucap Dave bangga yang di balas tawa June dalam hati karena June menganggap Dave ceroboh tak menyadari semua itu.
“Hatchiiii” Dave bersin
“Tuan ayo cepat kembali dan minum air hangat. sepertinya anda yang akan kena flu bukan saya”
Merekapun bergegas kembali ke paviliun. Syukur itu sudah jam tidur semua penghuni rumah. tak ada yang tau kejadian malam itu. hanya mereka berdua kembali yang tau.
Keesokan paginya, benar saja. Dave terkena flu dan dia mulai demam. Dia menyuruh Micky yang adalah teman sekaligus dokter pribadinya untuk datang berkunjung memeriksanya.
“Dave, tak biasanya kau begini. kau sangat memelihara kesehatan tubuh yang berhargamu ini. kenapa sekarang bisa terkena flu?” tanya Micky sambil sedikit mengejek Dave.
“Sudah diamlah dan cepat berikan aku obat”
“oke tuan muda Dave”
June melihat ada dokter yang datang dan dia menganggap penyakit Dave serius. Dia khawatir itu karena apa yang sudah dia lakukan semalam menjadi penyebab semua ini. untung saja kakinya terkilir tidak parah jadi hanya di oles salep dan di pijat sebentar oleh Bi Ani maka kakinya bisa berjalan dengan normal lagi, tapi Tuan Muda Dave terbaring di tempat tidur karena dirinya.
“Baiklah Dave, aku pergi dulu. pastikan kau makan teratur dan minum obat tepat waktu. Apakah aku perlu memanggilkan pelayanmu untuk mengatur sarapanmu di kamar?” Tanya Micky sambil membuka pintu untuk keluar
“Ok. Kau panggilah pelayan bernama June. suruh dia kemari”
“Ok siap”
Micky pun menyuruh June pergi melihat ke kamar sambil menerangkan kalau Tuan Mudanya itu harus makan teratur dan minum obat tepat waktu dan lain sebagainya. June dengan perasaan was-was akhirnya pergi ke kamar Dave.
“Tuan maafkan saya. ini pasti karena kejadian semalam”
“Aku tau kau akan berpikir seperti itu makanya aku memanggilmu kemari. Ini memang di pastikan karena kejadian semalam. untuk itu aku minta kamu yang mengurus semua keperluanku sampai aku pulih. Aku tak ingin mengganggu pelayan lainnya. Jadi kau dapat tambahan kerja. Ok!”
“Baik tuan. Saya akan melakukannya dengan baik”
“Baiklah sekarang kau atur sarapanku. aku hanya mau makan nasi goreng”
“akan segera saya siapkan tuan”
June membuat nasi goreng seperti biasanya. Mengatur sarapan di kamar Dave dan memberikan obat padanya. Dia merasa sangat bertanggung jawab atas Dave yang sakit saat ini. Sementara itu Dave seperti menikmati semua pelayanan yang di lakukan June.
Sore itu saat Dave ada di kamar mandi dia terpeleset karena pusing akibat flu.
“aaargghh” Sedikit umpatan dari Dave membuat June sigap segera membuka pintu kamar mandi dan melihat pemandangan yang pernah dilihatnya saat mengganti baju dave ketika mabuk malam itu.
“kenapa kau membuka pintunya? apa kau sudah puas melihatnya?” Bentak Dave pada June yang mematung karena kembali melihat hal yang aneh baginya.
“ma-maafkan saya tuan.” Ucap June sambil cepat membalikkan badannya. “Apakah saya bisa membantumu berdiri?”
“baiklah tapi tutup matamu ketika akan membantuku berdiri.kepalaku cukup pusing sekarang” ucap Dave dengan nada ragu namun tetap dia ucapkan karena memang memerlukan bantuan June.
“baik tuan” June segera mendekat dengan mata yang tertutup
Dave seketika tersadar. Dia sepertinya pernah melihat pemandangan ini.
“Sebentar June, apakah kejadian ini pernah terjadi?” Ucap Dave sebelum June memegang tangannya untuk membantunya berdiri
“Apa maksud tuan muda? bukankah baru sekarang saya merawat anda yang sakit?” ucap June penuh kewaspadaan karena dia tau di depannya ini adalah singa yang siap menerkamnya kapan saja.
“tidak. Sepertinya malam saat mabuk ada banyak kejadian yang perlu kau ceritakan. sekarang katakan, apa kau yang membantuku berganti pakaian di hari itu?” sambung Dave membuat posisi June terpojok.
“Tuan mungkin sebaiknya sekarang saya memangkil Pak Toni untuk membantu anda berdiri” Ucap June yang seakan segera berjalan berbalik berusaha lari dari kondisi yang terhimpit saat itu. Namun tangan Dave cepat menarik June menuntut jawaban saat itu juga hingga June jatuh menimpa Dave yang hanya memakai handuk yang terjatuh kelantai.
Dave dan June memasuki Toko Sepatu sahabat Dave dengan anggun. June menjadi sosok yang disoroti oleh pengunjung toko sepatu itu, bahkan pemilik toko tersebut juga di buat terpesona dengan penampilan sederhana June yang hanya memakai make up tipis namun terlihat memukau.“Selamat datang Dave” Ujar Clara, salah satu sahabat Dave yang juga pemilik toko sepatu ternama itu. Sambil Clara basa basi mencium pipi kiri dan kanan Dave, Clara pun berbisik “siapa gadis yang menyilaukan mata ini Dave?” dengan senyum tipis menggoda, mata Clara tak melepaskan pandangannya pada June.Dave menyadari sensor mata Clara yang sensitif seperti biasanya. Clara adalah salah satu saksi gagalnya cinta pertamanya, jadi dia menjadi salah satu sahabat yang tahu betul bagaimana cintanya berawal dan kandas. Dave membelai lembut lengan June yang membuat June sontak kaget namun masih tetap memposisikan diri sebagai kekasih palsunya Dave,“June perkenalkan, ini salah satu sahabatku Clara.” hanya dengan kalimat sederha
June yang mendengar semua perkataan Dave berusaha mencerna dengan benar agar tak salah tanggap. “Berpasangan? Identitas palsu? Berpura-pura? Tampil di depan wartawan di kota ini? Apa sebenarnya yang di pikiran bajingan ini?” Pikir June dalam otaknya yang membuat perutnya seperti berputar –putar. Dia tak menyangka Dave sampai sedikit mengancamnya dengan berkata bahwa Operasi Pak Deddy seharusnya dilakukan lebih cepat. Tepatnya di jam 9 pagi ini jika June bersedia melakukan yang dia katakan dan menandatangani kontrak yang sudah Dave buat. “Stop. biarkan aku mencerna perkataanmu sebelumnya” June menyela Dave yang masih bicara tanpa sadar dia tidak memangginya dengan sebutan tuan lagi. Dave terdiam dan terenyuh mendengar June tidak memanggilnya tuan. Dia sepertinya suka dengan kalimat barusan walaupun sebenarnya June telah melanggar janjinya untuk tidak menyela percakapan. Dave tak keberatan sama sekali. June terlihat memang sedang berpikir keras tentang kontrak yang sudah ada di tang
Dave yang mendengar semua cerita June sambil memutar otak cerdasnya itu, dia sebenarnya sudah memiliki alasan kuat untuk bisa mengajak June menjadi pendampingnya nanti di Acara Om Robby. Tapi dia juga harus meminta pendapat mamanya. Dia tidak boleh sembarang memutuskan, kmengingat ini acara pertamanya tampil di depan wartawan.“June, bisakah aku menjawab permintaanmu sampai besok pagi?” jawab Dave atas segala keluh kesah June saat itu.“Baiklah tuan muda Dave. Saya permisi dulu” Ucap June sambil berjalan menuju pintu keluar.“saya berharap tuan Dave memiliki hati mulia untuk membantu saya kali ini.” sambung June sebelum menutup pintu ruang belajar Dave saat itu. June sangat berharap pada kebaikan tuan mudanya ini. Walaupun sebenarnya dia bisa meminta Larry untuk mengirimkan uang padanya, tapi itu artinya harus kembali dulu ke kediamannya dan June masih belum siap untuk pulang.....Kriiing Kriiing.. tele
Hari berganti tanpa terasa sudah 3 bulan, June dan Dave tak se-senggang seperti dulu sejak kejadian itu. Hanya bertemu seperlunya dan melakukan aktifitas seperti biasa seperlunya. Tak ada lagi kejahilan Dave pada June, walau keduanya masih menyimpan memori yang sama di setiap malam yang lewat.Hingga suatu hari,Ibu Dave kembali dari Jepang langsung saja ke paviliun Dave bukan ke rumah utama. Dia merindukan anak laki-laki kesayangannya itu. Ibu Dave memang asli warga Jepang bernama Aiko Masami, makanya Dave punya perawakan mata sedikit sipit.“Daveee, mama pulang” tiba tiba ibunya berteriak di paviliun Dave yang kemudian di potong oleh June“Maaf nyonya, Tuan Muda Dave belum pulang” jawab June.Sontak Ibu Dave kaget melihat June. June yang punya postur tubuh semampai, rambut hitam lebat dan panjang yang di ikat ke atas dengan kulit putih dan lesung pipi yang memikat bahkan untuk Ibu Dave sendiri. sempat terbesit jika berpasangan den
Kondisi saat itu sungguh canggung. keduanya terdiam. June masih dengan keadaan menutup matanya. Dave yang tanpa sadar memandang mata June yang tertutup, hidungnya kemudian bibirnya. Dave menginginkan bibir itu saat itu juga. namun keburu di dorong June untuk berdiri. “Tu-tuan muda Dave. Maafkan saya terjatuh seperti itu. saya akan segera memanggil pak Toni” Ucap June yang segera berlari keluar kamar mandi “ah sayang sekali” Gumam Dave saat itu “Sial sejak kapan aku tidak bermartabat seperti ini? sialan!” kembali dia memaki dirinya sendiri. Pak Toni penjaga Paviliun Dave segera berlari ke kamar Dave untuk membantunya berdiri, namun sesampainya disana Dave sudah bangun dan sementara berganti pakaian. Dave tahu, jika Pak Toni melihat kondisinya seperti tadi maka tidak akan lama baginya untuk melihat drama dari Ibunya yang khawatir berlebihan pada dirinya. Sementara ini hanya flu biasa yang tak perlu di besar-besarkan. Sudah 3 hari berlalu dan Dav
Dalam perjalanan kembali ke Paviliun, Dave memikirkan cara untuk memulai cerita tentang semalam. Bagaimana agar kesalahpahaman di antara majikan dan pelayannya bisa selesai tanpa ada masalah. “June, apa semalam aku bertemu denganmu di depan pintu masuk rumah?” June yang mendegar pertanyaan itu sontak kaget dan bibirnya tersekat. ingin lari tapi tak bisa. dia seperti dijebak untuk segera menjawab pertanyaan Dave. karena saat itu juga Dave berhenti di tengah jalan, tak melangkah lagi padahal pintu belakang rumah sudah terlihat. Dave menuntut jawaban June saat itu juga. “Apa maksud pertanyaan tuan? ten-tentu saja kita bertemu semalam sebelum tuan berangkat ke perjamuan makan malam” June menjawab dengan hati-hati dan gagap membuat Dave yakin kalau itu memang June. Dave punya feeling yang kuat dalam banyak hal, tak mudah menyembunyikan hal seperti itu padanya. “Kau tak perlu takut June. aku hanya ingin memastikan kalau itu memang kau. Aku ingin minta