Setelah dari ruang kerja Dave, June segera ke dapur dan menceritakan semuanya ke Bi Ani. Dia hanya mau memastikan semuanya baik saja.
“Bi Ani, apakah Tuan Muda Dave akan memecatku walau dia berkata seperti itu?”
“Tidak non, Tuan Muda adalah orang dengan pendirian dan prinsip. apa yang sudah dia katakan, tidak akan pernah di langgarnya”
June lega mendengarnya,itu berarti dia masih bisa mempertahankan pekerjaan ini. Hari pertama bekerja-pun berlalu dengan baik hingga jam pulang. besok akan ada peperangan baru lagi dan June sudah mempersiapkan segalanya. Dia mengingat apa saja yang sudah dilakukan para ART-nya di rumahnya sendiri. bagaimana mereka di beri perintah dan bagaimana mereka menjalankannya. bagaimana dia bisa menyukai seorang pelayan yang berkerja dengan ulet, begitupun harapannya kedepan bahwa Tuan Muda Dave bisa menghargai setiap pekerjaannya, walau dia kembali mengingat momen pertama dia melihat Tuan Mudanya yang tampan dengan aroma parfum yang memikatnya.
Pagi – pagi sekali June sudah bangun, berusaha sebelum Bi Ani bangun dia sudah siap. Karena hari ini mereka berangkat begitu pagi, Bi Ani dan June belum sempat sarapan. June berinisiatif meminjam dapur pada kepala pelayan dengan susah payah karena dia mau buat nasi goreng. Sesuai dengan resep ayahnya, June sangat pandai membuat ini. Dia membuat 2 porsi untuk dia dan Bi Ani.
Nasi gorengpun hampir selesai dan ternyata Tuan Muda nya sudah bangun, dengan kebiasaan langsung ke dapur mengambil air di kulkas dan duduk sebentar di teras belakang dapur. Dave mencium aroma dari masakan June, dia menginginkannya. Dipikirnya koki yang memasak, dan dia terkejut melihat June yang sedang menata nasi goreng di piring.
“apa yang terjadi disini? dan kenapa kau memasak di dapur?dimana koki yang biasa memasak?”
Dihujani pertanyaan bertubi-tubi dan sedikit terkejut dengan kehadiran Dave, June hanya mematung dan terdiam. dari belakang Dave June bisa melihat Koki dan Bi Ani berlari kecil karena Dave berjalan terlalu cepat jadi tak bisa terkejar.
“maaf tuan ini salah saya” ujar si Koki
“saya tidak butuh permintaan maaf, saya hanya ingin penjelasan”
June pun bersuara “ Maaf tuan muda, saya hanya mau buat sarapan sedikit nasi goreng untuk saya dan Bi Ani karena pagi ini kami tidak sempat sarapan di rumah”
“apakah kalian masih pulang kerumah sendiri? dan tidak tinggal disini?
“iya tuan, karena kami bukan pelayan tetap. kami hanya di ikat kontrak 6 bulan untuk bekerja disini.jika kami bekerja lebih baik kontraknya juga di perpanjang lagi” sambung Bi Ani.
“saya mengerti, kalau begitu mulai besok walaupun kalian masih di ikat kontrak. saya akan mengevaluasi apa kalian sudah bisa menjadi pelayan dengan status karyawan tetap disini. Dan bisakah saya memakan nasi goreng buatanmu ini? Saya sudah lapar mencium baunya”
“tentu saja tuan, silahkan karena saya membuat porsi lebih” June menjawab dengan penuh kehati-hatian
“baiklah tolong di atur di meja makan ya”
June menata nasi goreng untuk Tuan Muda-nya dan Bi Ani secara terpisah karena ruang makan mereka tentu saja berbeda. Saat June dan Bi Ani masih sementara makan, Dave datang dengan wajah cerianya tersenyum melihat ke arah June seolah mengintimidasi namun June tak paham senyuman.
“namamu June kan? Mulai besok kamu ada kerja tambahan selain pekerjaan utamamu untuk membersihkan ruang kerja dan belajarku. setiap pagi di jam seperti ini kamu harus membuatkan nasi goreng sebagai menu sarapanku. tentu saja nanti gajimu akan di tambah dan jam kerjamu akan di kurangi pada sore hari.”
“ba-baik tuan. saya pikir ini berlebihan namun jika ini permintaan tuan muda maka saya akan menjalankannya”
June masih bingung dengan Dave yang menyukai nasi goreng resep ayahnya ini. yang pasti June senang karena ada uang tambahan, itu artinya dia bisa lebih membantu Bi Ani untuk biaya rumah sakit Pak Deddy. Yah hati June sesederhana itu sehingga di masa lalu bisa dengan mudahnya di bodohi oleh Mark. tapi sudahlah June bahkan sudah hampir melupakan kesedihannya itu. June mau menikmati waktu berharganya sekarang, lebih memahami apa arti materi lewat pekerjaannya. Dia mau menjadi pribadi yang lebih tegar.
Hari berlalu dan tidak terasa sudah seminggu June bekerja disitu dan sudah 6 hari dia tinggal di kediaman Dave bersama Bi Ani yang kadang harus menginap di RS karena Pak Deddy yang masih di rawat disana. Yah, walau dengan beberapa kekacauan yang di buatnya, namun Dave selalu saja bisa memaafkannya dengan hanya mengingat rasa nasi goreng yang begitu dia sukai itu. Entah kenapa, Dave begitu mudah di bujuk hanya dengan nasi goreng, sungguh konyol untuk kelas CEO Perusahaan ternama di kota itu bisa mentolerir semua tindakan June yang kadang aneh karena belum terbiasa menjadi pelayan.
Dave memberikan kelonggaran pada semua pelayannya dirumah. Setiap selesai bekerja ada jam malam yang bisa mereka gunakan dan tentu saja ada pembatasan waktu jam pulang hingga jam 12 malam. Aturan itupun dia berlakukan pada dirinya, dia tidak ingin banyak begadang atau melakukan hal yang kurang penting yang tidak berhubungan dengan pekerjaan dan pekerjaan. Iya, pekerjaan hal utama buat Dave sampai dia-pun bisa melupakan hal-hal yang tidak menyenangkan dalam hidupnya. Seperti cinta pertamanya yang kadang rasa sakitnya masih ada jika ada hal-hal yang terjadi yang membuat dia bisa mengingatnya. makanya dia menenggelamkan dirinya dalam pekerjaan yang tidak ada habisnya.
Dave dan June memasuki Toko Sepatu sahabat Dave dengan anggun. June menjadi sosok yang disoroti oleh pengunjung toko sepatu itu, bahkan pemilik toko tersebut juga di buat terpesona dengan penampilan sederhana June yang hanya memakai make up tipis namun terlihat memukau.“Selamat datang Dave” Ujar Clara, salah satu sahabat Dave yang juga pemilik toko sepatu ternama itu. Sambil Clara basa basi mencium pipi kiri dan kanan Dave, Clara pun berbisik “siapa gadis yang menyilaukan mata ini Dave?” dengan senyum tipis menggoda, mata Clara tak melepaskan pandangannya pada June.Dave menyadari sensor mata Clara yang sensitif seperti biasanya. Clara adalah salah satu saksi gagalnya cinta pertamanya, jadi dia menjadi salah satu sahabat yang tahu betul bagaimana cintanya berawal dan kandas. Dave membelai lembut lengan June yang membuat June sontak kaget namun masih tetap memposisikan diri sebagai kekasih palsunya Dave,“June perkenalkan, ini salah satu sahabatku Clara.” hanya dengan kalimat sederha
June yang mendengar semua perkataan Dave berusaha mencerna dengan benar agar tak salah tanggap. “Berpasangan? Identitas palsu? Berpura-pura? Tampil di depan wartawan di kota ini? Apa sebenarnya yang di pikiran bajingan ini?” Pikir June dalam otaknya yang membuat perutnya seperti berputar –putar. Dia tak menyangka Dave sampai sedikit mengancamnya dengan berkata bahwa Operasi Pak Deddy seharusnya dilakukan lebih cepat. Tepatnya di jam 9 pagi ini jika June bersedia melakukan yang dia katakan dan menandatangani kontrak yang sudah Dave buat. “Stop. biarkan aku mencerna perkataanmu sebelumnya” June menyela Dave yang masih bicara tanpa sadar dia tidak memangginya dengan sebutan tuan lagi. Dave terdiam dan terenyuh mendengar June tidak memanggilnya tuan. Dia sepertinya suka dengan kalimat barusan walaupun sebenarnya June telah melanggar janjinya untuk tidak menyela percakapan. Dave tak keberatan sama sekali. June terlihat memang sedang berpikir keras tentang kontrak yang sudah ada di tang
Dave yang mendengar semua cerita June sambil memutar otak cerdasnya itu, dia sebenarnya sudah memiliki alasan kuat untuk bisa mengajak June menjadi pendampingnya nanti di Acara Om Robby. Tapi dia juga harus meminta pendapat mamanya. Dia tidak boleh sembarang memutuskan, kmengingat ini acara pertamanya tampil di depan wartawan.“June, bisakah aku menjawab permintaanmu sampai besok pagi?” jawab Dave atas segala keluh kesah June saat itu.“Baiklah tuan muda Dave. Saya permisi dulu” Ucap June sambil berjalan menuju pintu keluar.“saya berharap tuan Dave memiliki hati mulia untuk membantu saya kali ini.” sambung June sebelum menutup pintu ruang belajar Dave saat itu. June sangat berharap pada kebaikan tuan mudanya ini. Walaupun sebenarnya dia bisa meminta Larry untuk mengirimkan uang padanya, tapi itu artinya harus kembali dulu ke kediamannya dan June masih belum siap untuk pulang.....Kriiing Kriiing.. tele
Hari berganti tanpa terasa sudah 3 bulan, June dan Dave tak se-senggang seperti dulu sejak kejadian itu. Hanya bertemu seperlunya dan melakukan aktifitas seperti biasa seperlunya. Tak ada lagi kejahilan Dave pada June, walau keduanya masih menyimpan memori yang sama di setiap malam yang lewat.Hingga suatu hari,Ibu Dave kembali dari Jepang langsung saja ke paviliun Dave bukan ke rumah utama. Dia merindukan anak laki-laki kesayangannya itu. Ibu Dave memang asli warga Jepang bernama Aiko Masami, makanya Dave punya perawakan mata sedikit sipit.“Daveee, mama pulang” tiba tiba ibunya berteriak di paviliun Dave yang kemudian di potong oleh June“Maaf nyonya, Tuan Muda Dave belum pulang” jawab June.Sontak Ibu Dave kaget melihat June. June yang punya postur tubuh semampai, rambut hitam lebat dan panjang yang di ikat ke atas dengan kulit putih dan lesung pipi yang memikat bahkan untuk Ibu Dave sendiri. sempat terbesit jika berpasangan den
Kondisi saat itu sungguh canggung. keduanya terdiam. June masih dengan keadaan menutup matanya. Dave yang tanpa sadar memandang mata June yang tertutup, hidungnya kemudian bibirnya. Dave menginginkan bibir itu saat itu juga. namun keburu di dorong June untuk berdiri. “Tu-tuan muda Dave. Maafkan saya terjatuh seperti itu. saya akan segera memanggil pak Toni” Ucap June yang segera berlari keluar kamar mandi “ah sayang sekali” Gumam Dave saat itu “Sial sejak kapan aku tidak bermartabat seperti ini? sialan!” kembali dia memaki dirinya sendiri. Pak Toni penjaga Paviliun Dave segera berlari ke kamar Dave untuk membantunya berdiri, namun sesampainya disana Dave sudah bangun dan sementara berganti pakaian. Dave tahu, jika Pak Toni melihat kondisinya seperti tadi maka tidak akan lama baginya untuk melihat drama dari Ibunya yang khawatir berlebihan pada dirinya. Sementara ini hanya flu biasa yang tak perlu di besar-besarkan. Sudah 3 hari berlalu dan Dav
Dalam perjalanan kembali ke Paviliun, Dave memikirkan cara untuk memulai cerita tentang semalam. Bagaimana agar kesalahpahaman di antara majikan dan pelayannya bisa selesai tanpa ada masalah. “June, apa semalam aku bertemu denganmu di depan pintu masuk rumah?” June yang mendegar pertanyaan itu sontak kaget dan bibirnya tersekat. ingin lari tapi tak bisa. dia seperti dijebak untuk segera menjawab pertanyaan Dave. karena saat itu juga Dave berhenti di tengah jalan, tak melangkah lagi padahal pintu belakang rumah sudah terlihat. Dave menuntut jawaban June saat itu juga. “Apa maksud pertanyaan tuan? ten-tentu saja kita bertemu semalam sebelum tuan berangkat ke perjamuan makan malam” June menjawab dengan hati-hati dan gagap membuat Dave yakin kalau itu memang June. Dave punya feeling yang kuat dalam banyak hal, tak mudah menyembunyikan hal seperti itu padanya. “Kau tak perlu takut June. aku hanya ingin memastikan kalau itu memang kau. Aku ingin minta