Seminggu berlalu …
Terasa cepat namun banyak hal yang terlewatkan, katakan seperti itu. Liera melewati hari dengan pertimbangan tanpa sebuah arti, memikirkannya dalam setiap detik yang terlewatkan dan bertanya apakah semua ini sebuah keputusan nyata? Atau ini hanya ilusi yang tergambar dalam benaknya.
Bagaimana, pernikahan ini diputuskan dan akan segera terlaksanakan dalam hitungan hari, awalnya hanya sebuah ucapan lalu berubah menjadi sebuah tanggung jawab, dimana Liera benar-benar mengatakan jika dia siap menikah diusia muda, bahkan seragam putih abu-abu masih dia kenakan.
Bukan sang ibu atau sang kakak, namun tuntutan pihak lain membuat Liera terus terseret dalam perjodohan, seandainya Liera tahu jika semua akan seperti ini mungkin sejak awal dia ingin mengenal sosok calon suaminya.
Liera menjadi gadis kuat setelah mengerti jika dirinya berkorban semua akan menjadi lebih baik, padahal dalam pikiran dan juga hatinya, begitu banyak sekali pertanyaan tentang arti sebuah pernikahan, mungkinkah akan terasa berbeda? Atau Liera hanya batu loncatan dalam tujuan lain.
Beberapa terakhir Merry dan Tuan Grew, membuat beberapa pertemuan antara Liera dan Julian, tujuannya untuk membuat Liera dan Julian saling mengenal, bisa jadi mendekatkan keduanya dan memahami sifat masing-masing.
Tapi itu tidak seperti yang mereka pikirkan!
Liera memang bertemu dengan pria itu, tapi setiap kali Liera pergi bersama, selalu Julian mengatakan jika dia bukan pihak yang akan bersifat lembut padanya, bahkan Julian sudah menegaskan jika Liera tidak akan pernah memiliki hak untuk mengetahui keberadaannya, dan Julian mengatakan jika dia akan menceraikan ketika dia mendapatkan apa yang dia dapatkan dari Liera.
Liera hanya diam, jika dia mengatakan itu pada sang Ibu, dia yakin mungkin tidak ada kata setuju pada ucapan sang Ibu maupun Keira.
Belum memulai hubungan saja, Liera harus membuat benteng kuat untuk setiap luka yang akan diterima.
Hari minggu, hari libur yang bisa Liera habiskan untuk menonton TV atau pergi bersama Ibunya, tapi minggu kali ini berbeda, dia akan pergi ke butik gaun pengantin. Hal yang selalu menjadi impian setiap wanita untuk memilih gaun yang ingin dia pakai di hari bahagianya? Hari bahagia? Itu tidak berlaku untuk Liera.
“kapan Julian akan menjemput?” tanya Merry, wanita itu sedang mengoleskan selai di roti bakar, setelah dirawat tiga hari dan memulihkan kondisi tubuhnya selama beberapa hari, kini Merry sudah sembuh total dan bisa menjalani aktivitasnya seperti biasanya.
Liera yang baru menggigit ujung roti dibuat tersedak, dia tidak tahu kapan Julian akan datang karena Liera berbohong jika dirinya memiliki kontak Julian dan terus berbohong untuk beberapa hal lainnya.
“Kakak—Julian mungkin akan sampai dalam 20 menit,” ucap Liera, karena Julian usianya begitu jauh dari Liera, jadi Merry menyuruh Liera untuk memanggilnya ‘Kakak’ sama seperti dia memanggil Keira.
“Dia sudah menghubungimu?” tanya Merry lagi.
Liera mengangguk, dia bukanlah orang yang mudah berbohong tapi setelah memutuskan untuk menerima perjodohan itu, Liera begitu pandai menutupi segalanya apalagi perasaannya saat ini.
Tak sampai 15 menit berbicara dengan Sang Ibu, suara mobil yang sudah Liera hafal mulai memasuki area halaman rumahnya, dia menghela nafas dan segalanya menjadi lebih berat ketika Liera harus segera menemuinya.
“Mom, aku pergi” ucap Liera, dia mengambil tas dan segera meninggalkan dapur untuk segera membuka pintu.
Diluar sudah ada Julian dengan jas hitam dan dasi silver, dan lagi ketika Liera menatap wajah itu, hanya ada wajah datar tanpa ada senyum palsu yang biasa ditunjukan di depan ayahnya maupun Ibu Liera.
“tunggu apalagi? Cepatlah,” ucap Julian, dia benar-benar menunjukkan sifat dinginnya pada gadis yang akan menikah dengannya, padahal tidak satu hal yang gadis itu lakukan tapi dia selalu salah dimata Julian dan akan terus seperti itu, mungkin tapi berbeda cerita jika Julian akan jatuh cinta padanya.
Liera tersenyum murung, pria itu bahkan tidak mau membukakan pintu untuk dirinya. Liera masuk dan segera memakai sabuk pengaman saat mobil meninggalkan area rumahnya.
Di Dalam mobil keadaan hening sudah menjadi bagian kemanapun kita pergi, jadi wajar saja jika perjalanan begitu membosankan dan cepat sampai tujuan.
Mereka berhenti pada butik milik salah satu keluarga Julian, mengingat pernikahan ini akan terjadi di minggu depan, jadi banyak sekali hal yang baru dipersiapkan, termasuk perjanjian yang Julian tulis bersama Liera secara diam-diam.
Liera berjalan mengikuti langkah Julian di belakang, butik yang begitu besar sampai memiliki tiga lantai. Dimana lantai atas dikhususkan untuk pelanggan VIP butik ini, dari depan saja terlihat jelas betapa mahal di setiap gaun pengantin yang dipajang, bagi Liera ini adalah yang berlebihan, karena pernikahan ini tidak istimewa yang menjadi harapan setiap wanita.
“Julian? Ini benar kau? Akhirnya kamu akan datang kesini untuk memesan pakaian untukmu sendiri,” ucap seorang wanita paruh baya, dia memeluk Julian dengan hangat seperti cucu tersayangnya.
“perkenalkan ini calon istriku.” Julian menarik tubuh Liera, dia menyuruh gadis itu untuk memperkenalkan dirinya dan bersifat jika dia seorang pria yang begitu menyayangi calon istrinya.
“aku Leira, senang bertemu dengan Nyonya.” ucap Liera, dia membungkuk dengan hormat di hadapan wanita paruh baya itu, dan jangan lupa memasang wajah bahagia.
“kamu cantik sekali, Julian memiliki selera yang bagus, oh lihatlah betapa bagusnya kulitmu.” respon yang baik diberikan wanita itu, dia langsung menyukai Liera tanpa bertanya apapun. “aku tunjukkan gaun terbaik di butik ini.”
Liera tersenyum manis ketika wanita tua itu menuntunnya untuk menuju sebuah ruangan, dia sedikit membuang nafas karena bisa lepas dari lengan Julian yang melingkar di pinggangnya, walau sudah sebisa mungkin mencoba tetap saja terasa asing dan aneh jika Julian yang melakukannya.
Ketika pintu ruangan dibuka, banyak sekali gaun berwarna putih hampir mengisi setiap sudut ruangan, perasaan Lieta bercampur aduk antara bahagia dan juga sedih, bahagia karena bisa memilih gaun yang ingin dia kenakan dan sedih karena itu bukan gaun yang pertama dan terakhir yang dia kenakan, karena mungkin saja Liera bisa menikah lagi atau tidak.
“cantik.” Liera tanpa sadar mengatakan itu saat tatapannya tertuju pada salah satu gaun didepan jendela, gaun yang begitu sederhana tapi memiliki kesan yang mewah, benar-benar hanya gaun itu yang ingin Liera lihat dan ingin dia pakai.
“gaun itu, memang banyak yang menyukainya tapi setelah mereka mencoba tidak ada yang pernah berhasil.”
Liera yang mendengar itu menatap ke arah wanita tua itu, dia tidak percaya dengan kata itu bagaimana gaun bisa menghancurkan sebuah hubungan. “aku tidak mengerti”
“dulu ada seorang ibu datang dengan putrinya, mereka begitu menyukai gaun ini dan sang putrinya memakainya penuh dengan senang, namun setelah melepaskan dia menerima kabar jika calon suaminya meninggal dalam perjalanan kesini.”
“Liera, kamu bisa memilih gaun lainkan?” ucap Julian, dia benar-benar berbeda dengan Julian yang Liera temui saat di depan rumahnya, dia begitu lembut dengan kepura-puraan yang sudah disepakati.
“Baiklah.” Liera mengalihkan pandangannya untuk melihat gaun lain, tidak ada yang begitu menarik seperti gaun tadi, Liera juga tidak mengerti dia ingin sekali mengenakannya dan bahkan Liera ingin menyentuhnya jika diizinkan.
Akhirnya Liera menyerahkan itu pada Julian untuk memilih gaun pengantin, dia tidak ada minat untuk memilih gaun lain, sampai saat dia mengenakan gaun pengantin yang dikenakan pada Julian, walau Liera sedikit gugup.
Saat tatapannya bertemu dengan Julian dan dirinya hanya ada berdua di ruangan itu, perasaan itu kembali membuat Liera takut melangkah jauh, padahal itu hanya perasaan yang tidak penting tapi kenapa akhir-akhir begitu sulit menepisnya. “Bagaimana?”
Julian memang menunjukkan wajah datarnya tapi matanya tidak pernah berbohong jika gaun yang dia pilih terlihat begitu indah dikenakan oleh Liera, dia bahkan tidak mengharapkan itu terjadi.
“bagus, kita pilih itu.” Julian segera meninggalkan ruangan itu, dia tidak sanggup melihat wajah Liera, ingin rasanya dia mengatakan jika wajah polos dan sifat lembutnya membuat Julian tidak ingin menyakitinya apalagi menyeretnya dalam pernikahan paksa ini.
Liera tersenyum, rasanya itu lebih ditujukan sebagai pujian, tapi hanya Liera yang menganggapnya seperti itu, dia mengangkat gaun itu untuk berdiri didepan cermin besar, Liera tidak tahu jika selera Julian ternyata begitu sederhana dan terkesan dia lebih suka dengan hal yang tertutup, sama seperti gaun yang Liera kenakan, tidak ada cela untuk mengekspos indah tubuhnya.
Mungkin Julian tipikal pria yang posesif dalam hal mengakui miliknya.
‘apa yang aku pikirkan!’ Liera segera mengakhiri halu yang tidak akan terjadi, dia ingin segera kembali pulang, tapi dia juga begitu penasaran dengan jas yang akan Julian kenakan.
Beberapa menit Liera keluar setelah berganti pakaian, dirinya dibuat terkejut dengan Julian yang sedang menatap dirinya di depan cermin dengan jas putih dengan dasi kupu-kupu.
Liera begitu terpaku disana, dia tidak bisa melangkah melihat Juliam disana dengan pakaiannya saat ini, kenapa begitu tampan saat Julian mengenakannya, belum lagi wajahnya yang begitu berkharisma dan dewasa, membuat Liera yakin jika diluaran sana banyak sekali wanita yang menginginkan dirinya.
“kamu sudah selesai? Kalau sudah kita bisa memilih cincin.” ucap Julian, dia berjalan dengan jas yang dia kenakan.
Membuat Liera seakan merasa dijemput oleh pangeran berjas putih, Liera tidak bisa mengatakan apapun dan lebih memilih untuk menganggukkan pertanyaan itu.
Hitam dan putih, dua warna yang memiliki arti tersendiri.Keduanya merupakan warna dasar, warna yang jika dicampurkan dengan warna lain tidak akan bisa kembali menjadi putih atau hitam, kedua warna itu juga suatu lambang dari sifat seseorang sesuai pandangan orang lain.Tapi kali ini menurut Liera warna hitam dan putih adalah perbedaan dirinya dengan kehidupannya saat ini, banyak sekali hal yang tidak bisa dirinya mengerti dalam waktu cepat dan hal asing yang terasa sulit diterima.Salah satu contohnya, ketika sang Ibu bertanya apakah dirinya siapa menjadi sebuah tumpuan untuk kehidupan barunya?Jangan-kan untuk menjadi tumpuan, Liera terkadang juga masih butuh tumpuan sang Ibu, lalu kini dia yang harus menjadi tump
Hari itu tiba, dari dimana aku melihat diriku dengan segala hal yang berhubungan dengan pernikahan, menatap diri pada cermin rias dengan seribu pertanyaan.Untuk apa semua ini?Bertanya apakah ini begitu penting untuk kehidupan dimana Liera hanya gadis biasa, yang hanya memikirkan belajar dengan baik, masuk ke dalam perguruan tinggi sesuai harapan, dan berbagi cerita dengan orang terdekat.Tapi? Seakan takdir berkata ‘kau berbeda dengan yang lain’ seakan Liera memang harus menghadapi takdir yang tidak bisa diharapkan dan tidak sedikitpun terlintas dalam pikirannya.Menikah?Dirinya rias dengan penuh kehati-hati, padahal acara ini
Pesta berakhir, Villa dengan lantai dua yang begitu luas untuk ditinggali oleh dua orang, terasa begitu sunyi dan benar-benar hilang suasana, berbeda dengan tadi pagi.Rasanya Liera dikirim ke dalam kastil tidak berpenghuni, dia bahkan tidak bisa menelusuri rumah ini karena begitu menyeramkan jika dilihat pada malam hari, sebagian lantai bawah sudah gelap dan hanya beberapa kamar di lantai dua dibiarkan menyala.Liera masih menunggu Julian keluar dari bathroom, jika diberi kesempatan Liera ingin meminta kamar lain untuk berpisah dengannya, tapi permintaan sang Ibu membuat Liera resah.Bahkan kata ‘malam pertama’ berputar terus dalam pik
Hanya berlalunya satu hari kemarin, keesokkan harinya adalah sebuah lembaran baru dimana Liera bukan lagi gadis manja, statusnya hari ini adalah seorang istri, ketika dia membuka mata dan melihat sebuah punggung pria adalah hal yang akan seterusnya dia lihat, mungkin untuk beberapa waktu. Tidak ada lagi teriakan sang Ibu yang menyuruhnya untuk bangun dari tidur nyenyaknya dan belum sekarang dia menjadi gadis mandiri.Mengibaskan selimut dan mengambil peralatan mandinya, Liera melangkah penuh hati-hati tanpa ingin membangunkan sang suami yang tertidur, pria itu bahkan tidak memakai pakaian atasannya saat tidur, suatu hal asing bagio Liera untuk terbiasa.Jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi, ini pertama kalinya Liera bangun lebi
Disebuah universitas besar di pusat kota, hanya orang-orang yang memiliki kecerdasan dan prestasi yang mampu masuk ke Universitas itu. Siapa yang tidak tahu 'Universitas London' tempat dimana semua siswa SMA ingin mengejar impiannya dan membanggakan orangtuanya, bukan hanya itu Universitas ini memiliki beasiswa yang bisa membiaya siswa sampai S3 jika masuk dalam seleksinya siswa terbaik. Dan tentu saja ada asrama untuk siswa yang tinggal jauh diluar kota ini dengan fasilitas lengkap.Dan ini merupakan salah satu Universitas yang ingin Liera pilih.“Kau datang terlambat?” tanya salah satu teman bangkunya, dia menatap kearah pria yang memakai kemeja kotak.“Seperti biasa aku mengikut
Beberapa hari berlalu.Dua hari Julian mendadak pergi untuk urusan pekerja di luar negeri, aneh tapi Liera sedikit merasa kehilangan, biasanya dirinya akan mendengarkan suara yang terkadang terdengar lembut dan juga kasar. Mungkin karena efek sudah terbiasa jadi Liera tidak terlalu membebani hal yang Julian lakukan.Hari terlewat lima hari, tapi rasanya sudah sebulan dia berada disini, selama dua hari itu juga Liera melewatkan banyak hal tanpa Julian. bangun, menyiapkan sarapan, pergi ke sekolah sendiri, belum lagi ketika pelajaran tambahan, Liera bahkan bisa hanya makan malam saja.Seperti hari ini dia masih sulit mengumpulkan niat untuk mengisi tenaganya, Liera ingin sekali mengh
Pukul 3 sore.Liera dan Julian dalam perjalanan menuju sungai di pinggiran kota London, lokasi ini cukup menyenangkan untuk sekedar menikmati udara sore dan melepaskan penatnya hari.Banyak sekali warga yang senang pergi kesana dan menjadi salah satu tempat rekomendasi untuk para turis yang berkunjung, sebenarnya rencana ini tidak pernah sepintas dalam pikiran Julian, dia juga tidak pernah akan mengabaikan pekerjaannya hari ini.Dia melakukannya atas keinginan hatinya, karena belum pernah ada kenangan yang terbuat, apalagi mereka baru menikah segalanya terasa indah jika dilakukan bersama, Julian merasakan itu dan entah kenapa dia ingin sekali bersama L
Liera merangkul lengan Julian dengan kegugupan dan ketegangan, langkahnya saat melewati red carpet membuat ketegangan semakin tinggi melihat ada begitu banyak orang, walau memang tidak ada media atau apapun berhubungan dengan publik, Liera takut akan mengacaukan segalanya.Ini pertama kalinya dirinya melangkah masuk ke acara yang sebenarnya sangat penting hampir yang datang kesini adalah mereka yang sudah terbiasa termasuk Julian, dia bahkan sampai menolak untuk datang kesini saat berbicara dengan sang ayah mertua, katalah seperti itu.Acara ini di lakukan di balkon rumah Tuan Grew, dibuat sedemikian indah seperti ballroom, belum lagi setiap akan melangkah ke dalam banyak sekali para pelayan yang menyambut kedatangannya dengan baik, padahal ini sebuah acara ya