Pikiran rumit mengganggu suasana hati Liera, ada tanda tanya besar saat dia melihat seorang wanita dengan dua anak yang mendatangi Villa mereka, dan bahkan Julian tidak memberikan kabar apapun, pria itu hilang ditelan bumi.
Belum lagi kesalahpahaman Liera tentang kejadian beberapa hari yang lalu, membuat dirinya berspekulasi jika Julian mungkin saja memiliki wanita lain, salah satu racun yang diajarkan oleh mina sahabatnya.
Dia masih mengenakan seragam sekolah saat melewati ruang tamu, dia ragu untuk mendekati wanita itu, apalagi mengajukan pertanyaan. Bisa saja disini hanya Liera yang berlalu sebagai orang asing.
“kau sudah kembali.” ucap Yuri, wanita itu sibuk membantu kedua anaknya yang sedang mengerjakan tugas sekolah, mereka sangat lucu dan menggemaskan.
Liera menghentikan langkahnya saat akan menaiki anak tangga, dia tidak tahu harus mengatakan apa tapi Liera merasa wanita itu sedang membangun hubungan dengannya. “Ya, aku harus menyelesaikan tugasku”
“kau ingin makan malam?”
Liera menggeleng, dia memasang wajah cuek pada wanita itu, seakan membangun batasan jika dia tidak tertarik padanya. Dengan cepat melangkah masuk kedalam kamarnya dan mengeluarkan ponselnya.
Dia mencoba menghubungi Julian beberapa kali, namun yang dia dapatkan hanya sebuah panggilan tak terjawab, padahal pria itu tidak mengabaikan panggilannya dan selalu berkata jika ada sesuatu jangan sungkan untuk menghubunginya, tapi sekarang dia bahkan berbohong.
“aku tidak peduli!” Liera menyerah, dia membuang ponsel pemberian Julian ke sembarang arah, menjatuhkan tubuhnya diranjang dan sambil menahan amarahnya.
Yuri mendatangi kamar Julian, setelah suami menjemput anak mereka barulah Yuri akan menjelaskan semuanya, bisa Yuti pastikan jika gadis itu salah paham dengan kehadiran, belum lagi dirinya membawa anaknya kesini.
Dia membuka pintu kamar yang tidak tertutup, terlihat Liera yang sedang mengerjakan tugasnya di meja belajarnya, entah kenapa Yuri mengerti bagaimana khawatirnya Julian saat memikirkan gadis itu, dia memang harus dijaga dan selalu menjadi penenang untuk Julian.
“aku membuatkan makan malam, apakah kau tidak lapar?” tanya Yuri, wanita itu berdiri diambang pintu masuk, dia berbicara seperti Liera adalah adiknya.
“aku tidak lapar.” ucap Liera datar, dia tidak menolak apalagi menghargai kehadiran wanita itu.
“bolehkan aku meminta waktu lima menit? Kita bisa berbicara diluar.” ucap Yuri lagi.
Liera terdiam, dia melepaskan pulpen dan segera mengarah ke wanita itu, “hanya lima menit.”
Yuri mengangguk, dia tersenyum sebelum meninggalkan kamar gadis itu, menuntunnya untuk mengikuti tempat yang baik untuk mengobrol, dan pilihan adalah meja makan.
Karena biasanya wanita akan akrab dengan hal yang mereka sukai entah itu makan manis atau sesuatu barang yang suatu kesukaan mereka.
Liera duduk manis di meja makan, dia menerima sup ayam kalbu buatan wanita itu yang memiliki aroma yang sangat menggoda selera makannya.
Sebelum memulai Yuri menghela nafas dahulu, “mungkin kamu salah paham dengan kehadiranku disini, jika bukan perintah Tuan Julian mungkin aku akan lebih memilih menghabiskan waktu dengan suamiku. Aku adalah sekretaris Tuan Julian, aku sudah bekerja dengannya selama 5 tahun, namaku Yuri.”
Liera merasa bersalah, dia menunduk sedikit pandangannya, pemikiran terlalu sempit dan terlalu terburu-buru, mungkin sekarang Liera harus berhenti bertanya apapun tentang kehidupannya pada Asyla. “maaf”
“tidak perlu, di kantor mereka sering seperti itu denganku, itu hal wajar. mengingat Julian begitu denganku, bahkan sudah menganggapku seperti kakaknya”
“apa Julian tidak akan pulang hari ini?” Tanya Liera, dia ingin tahu apa alasan wanita itu berada disini, mungkinkah terjadi sesuatu pada Julian? Atau pria itu kembali sibuk menjalani bisnis di luar negeri seperti beberapa hari yang lalu.
“Julian, pria itu sedang menghadapi masalah tapi dia pintar dalam menyelesaikannya sendiri, jadi kamu hanya harus percaya padanya.” dalam hati Yuri, pria menyebalkan itu harus membayar segalanya dengan baik.
“makanlah, supnya bisa dingin jika terus diabaikan, aku hanya akan menemanimu disini tapi tidak bisa sampai besok, aku seorang ibu yang memiliki anak yang membutuhkanku.”
Liera mengangguk, dia mengambil sendok dan mulai memakannya, dia merasa jika selama ini dirinya belum bisa percaya apapun, bahkan pada Julian. Padahal apapun yang Liera inginkan selalu Julian berikan tanpa bertanya, tapi dirinya malah terus menganggap Julian sebagai orang asing yang hanya meminta bantuan pada dirinya, lalu setelah itu berpisah tanpa tahu akan bertemu lagi.
********
Suasana rumah sakit masih menegangkan, operasi berlangsung begitu lama, belum lagi Julian terus memikirkan besok dirinya harus menghadiri acara pembukaan untuk kerjasama mereka.
Dan apalagi besok Liera akan mulai mengikuti ujian di sekolahnya, seharusnya Julian adalah orang pertama yang membantunya dan memberikan semangat, tapi rasanya akan terus rumit jika Julian mengabaikan kondisi sang adik.
Berdiri selama 2 jam, lalu melewati makan siang dan malam, setidaknya Julian harus mengistirahatkan tubuh sejenak, mengisi tenaga walau hanya meminum segelas air mineral dan sebungkus roti.
Ponselnya terus berdering setiap 15 menit dalam sekali, entah itu panggilan dari sang ayah atau Liera dan mungkin beberapa panggilan dari rekan kerjanya.
Lampu operasi telah berubah menjadi hijau, Julian segera mendekati pintu ruang UGD sebelum dokter menghampirinya, dia sedikit merasa lega namun itu tidak mengurangi rasa takutnya. “bagaimana dok?”
“selamat Tuan, adik anda melewati masa kritisnya, alergi dalam tubuhnya terus memberikan reaksi baik, dan sekarang hanya butuh istirahat sampai 12 jam.” ucap sang dokter.
Dari cela pintu yang terbuka Julian melihat wajah sang adik yang masih menggunakan selang udara, tapi statistik jantungnya bergerak dengan baik, pembuat Julian bisa membuang nafas lega dan bahkan dia ingin sekali meneteskan air mata.
“terimakasih dok.”
Julian duduk di kursi tunggu, dia menyandarkan tubuhnya yang lelah ketika para perawat membawa sanga dik untuk dipindahkan di ruang rawat khusus VIP, Julian sendiri yang mengajukan itu.
Dia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Keira untuk bertanya keadaan Liera. Tapi Julian malah menekan nomor Lisa dan tak sampai lima detik berlalu panggilan itu langsung diangkat oleh gadis itu.
Liera : “Julian?”
Suara Liera seperti angin sejuk di malam hari, membuat Julian sedikit merasa kehangatan dari suara itu.
“kau belum tidur?” Julian berkata dengan nada suara yang sedikit rendah, seakan obrolan ini sudah lama tidak dia lakukan, apalagi Julian seperti merindukan sosok Liera yang sudah lama tidak ditemui.
Liera : “aku sedang belajar, oppa kapan kembali?”
“saat membuka matamu keesokan harinya kau akan melihat wajahku.”
Liera : “apa masalahnya begitu berat?”
“mungkin, tapi sekarang sudah tidak.” jawab Julian, mendengarkan Liera benar-benar obat yang baik untuk kondisinya saat ini.
Liera : “boleh aku mengatakan sesuatu?”
“hm, katakanlah”
Liera : “apapun yang terjadi aku akan mendukungmu, maaf jika aku belum bisa menjadi sosok yang baik untukmu, tapi suatu hari aku ingin bisa sepandang denganmu dan yakin jika aku layak berdiri disampingmu.”
Julian tersenyum, itu hal manis yang belum pernah dia dengar sejak bertemu dengan gadis itu, sepertinya Julian salah telah melukai gadis itu sangat bertemu dengannya dan belum lagi ancaman yang Julian keluarkan saat pertemuan keluarga.
“terimakasih, tidurlah Liera. Sudah cukup belajarnya sampai disini, kau harus menjaga kesehatanmu.”
Liera : “bagaimana dengan oppa? Apakah oppa juga beristirahat dengan baik?”
“hm—sangat baik, aku akan menutup panggilan ini. Selamat malam Liera.”
Julian menutup panggilan itu setelah Liera mengucapkan selamat malam juga, dia harus mengurus Sean untuk selama beberapa hari kedepan entah itu administrasi rawatnya dan juga Julian harus meluangkan waktu untuk terus memantau perkembangan adiknya, tentu juga menyiapkan psikiater untuk membantu adiknya.
Jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari, Julian dalam perjalanan pulang kerumah, dia hanya pulang untuk menepati janji pada Liera, setelah gadis itu berangkat Julian harus kembali ke rumah sakit.
Sesampainya dirumah Julian, pria itu mengganti pakaiannya dan hanya memakai kaos hitam dan celana pendek, dia tidur disamping Julian sambil memeluk tubuh gadis itu.
Julian sangat menyukai aroma tubuh Liera yang sangat membuat jiwa dan pikirannya tenang, hanya butuh lima menit Julian sudah tertidur lelap menyusul Liera yang sudah menyebrang alam mimpi.
Keesokan paginya.
Suara alarm membangunkan Liera yang terusik dengan suaranya, dia mematikan alarm itu dengan susah payah karena takut mengganggu diri Julian, tentu saja dia terkejut ternyata Julian tidak pernah mengingkari janjinya dan sekarang Liera bisa melihat dirinya.
Julian tidur seperti bayi besar, sangat lucu dan betapa menggemaskan dirinya, tidak Liera tidak mengkhawatirkan Julian yang mungkin saja baru tidur mungkin dia sudah mengusap wajah itu.
Liera turun dengan hati-hati, dia menutup jendela agar tidak mengganggu tidur Julian, kemudian dia ingin melakukan sedikit hal yang mungkin terkesan mengganggu Julian. Dia mendekati Julian dan mencium kening pria itu.
Namun? Dia malah dikejutkan dengan han yang menarik dirinya sampai kembali terbaring diranjang.
“jadi ini hal yang kamu lakukan ketika aku tidur?” tanya Julian, pria itu berada diatas tubuh Liera dengan wajah yang sedikit masih mengantuk.
“Tidak, aku—aku hanya—,” Liera malu, dia bahkan tidak sanggup untuk menatap pria itu.
Julian terlalu gemas dan ingin sekali menggigit hidung itu, dengan cepat Julian mencium bibir Liera dan sedikit bermain disana.
“hmph!!” Liera mendorong jauh, dia tidak bisa terlambat jika Julian seperti ini, belum lagi Julian begitu manis. Tanpa Liera sadari jantungnya berdetak sangat cepat sampai membuatnya gugup.
“jika seperti ini aku tidak bisa menahan lagi Liera.” ucap Julian, tidak tahu hal apa yang membuat dirinya tidak bisa berbohong untuk tidak ingin segera memiliki Liera seutuhnya, semakin hari semakin banyak godaan yang harus ditahan.
“aku harus sekolah.”
Julian mengangguk, dia melepaskan Liera karena memang dia juga harus segera pergi ke rumah sakit, dan juga harus ke kantor, dia menjadi pria yang sibuk untuk berpindah-pindah dalam satu hari.
Julian datang ke kantor hanya untuk menerima beberapa dokumen untuk ditandatangani, kemudian pergi kerumah sakit dengan membawa laptop yang berisikan rekaman CCTV di rumahnya, dia akan menyeret siapapun yang telah mencoba untuk membunuh adiknya, dan walaupun itu ayahnya sendiri.Julian tidak akan memberikan toleransi pada siapapun.Dia cukup lega mendengar jika kondisi adiknya berlangsung baik dan bahkan tubuhnya memberikan reaksi yang bagus selama pemeriksaan, adiknya harus terus diperhatikan setiap 5 jam sekali, karena melakukan operasi saat tubuhnya hampir alergi karena obat cukup beresiko. Dan bahkan jika adiknya tidak kuat, mungkin saja dia bisa mengalami koma.Ju
Hari Julian kembali, dia sedikit berat meninggalkan Sean lagi, tapi keputusan dokter tidak bisa pria itu bantah dan apalagi Julian tidak tahu apapun tentang dunia medis, jadi terpaksa harus menunda membawa pulang Sean, dokter baru mengizinkannya karena masih harus melakukan pemeriksaan lainnya.Karena tadi siang Julian sempat konseling dan mengatakan jika sang adik memiliki gangguan mental akibat kecelakaan kurang lebih 7 tahun yang lalu. Dan saat itu juga dokter mengajukan untuk memeriksa kepala Sean dan besok keduanya harus diskusi lagi.Julian menyempatkan untuk menjemput Liera, dia tidak bisa membantu gadis itu padahal hari ini adalah hari dirinya melaksanakan ujian hari pertama, dan tinggal dua bulan lagi gadis itu akan menghadapi kelulusanny
« Cinta terjadi dalam sekejap. Tapi akhirnya bisa berubah tergantung apakah kita ini orang yang bisa menangkap cinta yang mendekat itu dengan gagah, atau orang yang malah menendang cinta itu dengan kaki sendiri. »Kemarin malam Julian mengatakan jika hasil ujian Liera kali ini melebihi apa yang akan diajukan Julian, pria itu akan memberikan sebuah tiket liburan selama 2 minggu ke Paris, tentu saja itu dengan syarat jika Julian ikut dengannya.Kota Paris adalah kota yang sangat ingin Liera kunjungi, dia ingin melihat menara terkenal itu dan mengenal kota yang memiliki julukan ‘romantis’ banyak sekali novel yang pernah dirinya baca tentang kota paris, dan dirinya memutuskan keinginan itu pada Julian.Apalagi setelah ujian dirinya akan bebas dalam segala kegiatan sekolah, membuan
Kebahagian?Sebuah hal yang tidak bisa diukur dengan apapun. Ada yang kebahagiaan berasal dari uang, ada yang terjadi karena hal kecil.Karena manusia tidak bisa mengukur kebahagian orang lain hanya dalam satu pandangan saja, bahkan hal seperti itu bukan lagi hal yang harus diperdebatkan.Beberapa hari kemudian.Sesuai dengan yang sudah disepakati sebelum Julian dan Leira memutuskan untuk memisah kamar mereka, kamar mereka bersebelahan dengan satu pintu penghubung untuk kedua ruangan mereka.
Dengan seragam berwarna dominasi antara putih dan abu-abu, dia melangkah melewati jalanan kota di pagi hari, hanya perlu menyebrang untuk sampai di sekolahnya.Hari ini cerah sesuai dengan suasana hatinya, sampai menggenggam ranselnya, pria itu melangkah ke penyebrangan jalan, di sana tidak terlalu banyak mobil yang melintas. Dan hanya beberapa siswa yang berlawan arah melintas.Pandangan pria itu tertuju pada seorang gadis kecil yang menyebrang dengan orang tuanya, dia cantik dengan dua rambut yang diikat dan seragamnya.Pria itu terlalu fokus hingga dari arah kejauhan mobil dengan kecepatan tinggi melintas dan kecelakaan itu benar-benar terjadi.
Sesuai janji yang Julian katakan, dia akan menceritakan segalanya tentang kehidupan Sean jika Liera berhasil meyakini Asyla untuk mau menjadi seseorang yang mungkin membantu Sean. Dimana Julian akan menceritakan asal muasal terjadinya Kecelakaan itu dan apa yang menyebabkan pria itu kehilangan ingatan dan menjadi seperti itu.Hari ini Julian dan Liera sendiri yang akan menemui Asyla di Cafe tidak jauh dari kantor Julian, pria itu harus kantor untuk mengurus berkas yang tidak bisa ditangani manajernya dan asistennya, dia memang memindahkan semua pekerjaannya di rumah tapi Julian akan sesekali ke kantor untuk melihat perkembangan perusahaan itu.Jadi Liera dan Asyla menunggu cukup lama, kedua gadis itu menunggu kedatangan Julian dengan berbagi cerit
Keesokan harinya.Semua dibuat terpaksa bangun pagi saat Tuan Grew atau Ayah Julian. Mendatangi kediaman Villa Julian, tentu itu membuat Sean memberontak ingin bertemu dengannya, tapi semua kembali tenang saat dokter youngbin menahan Sean.Suasana menjadi tegang di ruang tamu, Julian menunjukkan wajah malas, belum lagi ayahnya memaksa Liera untuk bergabung dalam perbincangan antara ayah dan putranya, padahal tidak ada hubungannya sama sekali.“kau pikir aku tidak tahu? Sejak kapan kau peduli pada adikmu?” ucap Tuan Grew. Pria tua itu langsung kemari setelah perjalanan bisnis, dia
Liera memperhatikan semua itu dari atas, kenapa dia tidak ikut merasakan senang yang terlihat jelas di wajah Julian dan Dokter Jake. Pikirannya terus terpaku pada ucapan ayah Julian dan juga pria itu, apa devini dirinya disini?Liera merasa semakin merasa segalanya menjauh, entah itu Julian atau bahkan dirinya yang sudah mulai berubah. Padahal Liera tidak pernah merasakan perasaannya semacam ini, dan ini benar-benar mengganggu dirinya.Membalik badan dan kemudian sepintas Liera memikirkan hal yang tidak masuk akal, dia berpikir untuk menyerahkan dirinya pada Julian, saat ini juga dan kemudian Liera mencari caranya di internet.Julian menghantar Asyla, dia membukakan pintu untuk gadis itu untuk masuk kedalam mobil, Julian sedikit memikirkan rencana kedepannya untuk kesembuhan Sean secepatnya. Dan meng