Semua orang berdiri sedikit menjauh dari ranjang Julian, menunggu pria itu yang sedang melakukan pemeriksaan untuk memastikan jika dirinya baik-baik saja setelah tidur selama tiga hari, Dokter dan para susternya juga sudah mengganti perbannya, jika Julian kondisi baik hari ini pun pria itu sudah bisa pulang.
Julian sesekali melirik ke arah Leira, padahal dokter sedang mengajukan banyak pertanyaan pada nya, tapi pria hanya terkadang menjawab 'ya/tidak' hanya dua kalimat itu, setelahnya matanya terus melirik ke arah Leira, berharap gadis itu juga menatap kembali dirinya, tapi sepertinya kejadian tadi membuat gadis itu malu dan urung untuk menatap pria itu.
“Semua pemeriksaan mengatakan jika pasien Julian baik-baik saja, dia bisa pulang hari dan aku akan memberikan resep obat jika sewaktu-waktu kepalanya terasa sangat,” Ucap sang Dokter, dia mengucapkan kalimat itu kepada adik pria itu, dan mendapatkan anggukan paham dari Sean.
Semua yang tadi berkumpul di dalam ruangan itu satu persatu meninggalkan ruangan, kini tersisakan Sean, Julian dan Liera di dalam, gadis itu masih duduk di sofa. dia ingin sekali langsung mendekati Julian tapi urung dirinya lakukan saat Sean mendekati kakaknya.
“Senang mendengarmu sudah baikkan kakak,” Ucap Sean, pria itu sudah tidak mengenakan pakaian pasien lagi karena dokter Jake mengatakan jika dia sudah sembuh total, hanya butuh waktu untuk memulihkan secara alami ingatannya.
Julian terlihat terkejut saat dirinya baru menyadari jika Sean sedikit berbeda, bahkan nada bicaranya terdengar seperti pria dewasa, dan pakaian? terlihat sekali jika itu bukan lagi anak yang berusia 17 tahun, seperti berpakaian seusianya Sean tanpa sangat dewasa.
“Apa yang telah terjadi?” Tanya Julian dengan bingung, selama dirinya tertidur banyak hal apa yang sudah dirinya lewatkan, bahkan melihat Liera dan Sean yang tanpa biasa saja, mengundang banyak pertanyaan pada dirinya.
“Kau pasti terkejut bukan? Kakak, aku sudah sepenuhnya kembali, aku bukan lagi anak kecil yang terus meminta, aku sudah kembali pada Sean, diriku yang seharusnya,” Ucap Sean, dia membicarakan kebenaran itu dengan bahagia, kenyataan itulah yang sudah dirinya dapatkan, sekarang waktunya untuk membantu sang kakak dan mengurangi sedikit beban hidupnya.
Julian tersenyum bahagia, dia menarik Sean untuk memeluknya penuh dengan kebanggaan, akhir ada kesempatan dimana Julian tidak perlu lagi merasa bersalah dan membenci dirinya sendiri, dan pada akhirnya Julian bisa membawa Leira untuk mengunjungi kota impiannya, rasanya Julian ingin langsung mengajak gadis itu menikmati bulan madunya.
Honeymoon? Julian langsung memikirkan hal yang sudah lama dirinya sangat-sangat inginkan, memiliki Leira seutuhnya, membayangkan itu sudah membuatnya lupa jika dia masih berada di rumah sakit.
“Aku bangga padamu Sean, kau bisa melewati trauma mu dengan keberanian yang luar biasa,” Ucap Julian setelah dia melepaskan adiknya, dia menatap ke arah Leira yang sedang duduk di sofa dan memainkan jarinya, kenapa gadis itu hanya duduk di sana? apakah karena ada Sean di sini?
“Aku akan menyiapkan keperluanmu diluar, kakak ingin sesuatu? atau membeli sesuatu?” Tanya Sean, dirinya paham jika kehadirannya membuat suasana sedikit canggung, dia tahu jika Liera ingin sekali berbicara dengan Julian tapi terus tertahan saat dirinya masih di sini.
“Tidak, aku tidak membutuhkan apapun,” Ucap Julian, dirinya terus memperhatikan Leira, gadis itu. kenapa cepat sekali dewasa? padahal sudah dikatakan jika Julian tidak siap jika Liera terburu-buru dewasa.
“Baiklah, aku akan kembali nanti.”
Julian hanya mengangguk ucapan Sean, membiarkan sang adik pergi meninggalkan ruangan.
Ruangan semakin sunyi setelah Sean menutup pintu itu.
“Apa kau hanya akan diam di sana?” Tanya Julian, dia pikir setelah Sean pergi, gadis itu akan langung lari ke arahnya dan mengatakan banyak hal yang membuat hatinya senang.
Leira menoleh, dengan sedikit gugup gadis itu melangkah mendekati pria yang sedang tersenyum ke arahnya sambil bersandar di penyangga ranjang, ketika gadis itu sudah dekat dengannya Julian langsung menarik tubuhnya hingga setengah badan Leira ada di atas ranjang.
“Kau terlihat gugup? kenapa? Kamu tidak senang aku akam pulang?” Tanya Julian, walau posisi itu bisa membuat degup jantung berpacu kencang, tapi melihat Liera sedekat ini cukup menantang dirinya, Leira semakin cantik setiap harinya.
Leira bersusah payah untuk tetap bertahan pada posisi yang menyulitkan dirinya, jarak sedekat ini belum lagi wajah Julian begitu membuat tidak bisa bernafas, dia ingin sekali beranjak dari posisi itu tapi cekalan di tubuhnya hanya bsia membuat Liera semakin dekat dengannya.
Menggunakan kedua tangannya untuk menahan saat Julian hendak mencium dirinya, bukannya Liera tidak mau hanya mencegah ada yang melihat, “Dokter mengatakan kamu tidak bisa bergerak terlalu berlebihan, kamu mengerti bukan? jadi biarkan aku turun dari ranjang ini.”
“Apakah ada peraturan yang melarang suami mencium istrinya?” Ucap Julian dengan kesal, padahal dirinya begitu merindukan little wife-nya, dia ingin mengecup bibir itu sampai rasa puas itu datang, walau akhirnya Liera harus kehabisan nafas berulang kali.
Leira merasa bersalah, jika mereka sudah kembali mungkin Leira akan membiarkan Julian melakukan hal yang dianya inginkan tapi ini sedang di rumah sakit, Julian juga mengatakan jika di luar mereka tidak boleh terlihat begitu mesra dan haruskan Leira mengatakan perjanjian mereka sebelum?
“Ak—aku hanya malu jika ada yang melihat, lagipula kita bisa melakukannya nanti ketika sampai di rumah,” Ucap Liera dengan suara yang sedikit malu, mengecilnya suara agar tidak ada yang mendengarkan sekali Julian, tertunduk malu di hadapan pria itu.
Julian tersenyum, hal kecil seperti itu saja cukup membuat dirinya merasa ingin mendekap Leira begitu jauh, tidak tahu akan segila apa jika Julian harus melihat Liera mencintai pria lain, haruskah secepatnya Julian mengambil haknya? tapi apakah Liera sudah siap?
“Leira, sekolah sudah selesai bukan? hanya tinggal menunggu hari kelulusan?” Tanya Julian, dia sedikit ragu untuk menanyakan hal itu, tapi dia juga berencana untuk memberikan hadiah liburan untuknya.
“Sekolah? besok—aku akan melakukan wisudaku, aku harap kamu bisa datang,” Ucap Leira, dia hampir lupa jika Julian tidak mengingatkan dirinya, Leira jadi teringat dengan hadiah yang sudah dirinya siapkan untuk Julian, gadis itu langsung pergi mengambil koper miliknya yang ada di sofa.
Lalu kembali lagi ke hadapan Julian, memberikan paper bag pada pria itu, “Aku membelikan ini saat berbelanja dengan kakak Keira, besok? jika kamu tidak bisa datang, tidak masalah untukku,”
Padahal sebelumnya Leira berharap jika Julian bisa mengenakn hadiah itu ke acara wisudanya besok, tapi melihat kondisinya saat ini Leira tidak bisa berharap banyak.
Julian melihat isi di dalam paper bag, dia langsung menyukainya, ternyata Liera tahu selera kesukaannya, gadis itu seperti memang menyimpan perasaan padanya.
“Aku pastikan jika aku akan datang besok, itu acara pentingmu bukan? tentu saja aku harus datang!”
Semua orang berdiri sedikit menjauh dari ranjang Julian, menunggu pria itu yang sedang melakukan pemeriksaan untuk memastikan jika dirinya baik-baik saja setelah tidur selama tiga hari, Dokter dan para susternya juga sudah mengganti perbannya, jika Julian kondisi baik hari ini pun pria itu sudah bisa pulang.Julian sesekali melirik ke arah Leira, padahal dokter sedang mengajukan banyak pertanyaan pada nya, tapi pria hanya terkadang menjawab 'ya/tidak' hanya dua kalimat itu, setelahnya matanya terus melirik ke arah Leira, berharap gadis itu juga menatap kembali dirinya, tapi sepertinya kejadian tadi membuat gadis itu malu dan urung untuk menatap pria itu.“Semua pemeriksaan mengatakan jika pasien Julian baik-baik saja, dia bisa pulang hari dan aku akan memberikan resep obat jika sewaktu-waktu kepalanya terasa sangat,” Ucap sang Dokter, dia mengucapkan kalimat itu kepada adik pria itu, dan mendapatkan anggukan paham dari Sean.Semua yang tadi berkumpul di dalam ruangan itu satu persatu
Akhirnya Julian bisa kembali pulang kerumah mereka bersama Liera, hanya berdua karena Sean memutuskan untuk tidak pulang hari ini, masih ada hal yang dirinya lakukan dengan Dokter Jake di rumah sakit, entahlah itu alasan karena ingin memberikan waktu privasi pada kakaknya atau memang itu benar, yang jelas kini Liera dengan membantu Julian untuk menaiki anak tangga, merangkul tubuh yang lebih besar dari cukup kesulitan untuk Liera.“Bukankah aku sudah mengatakan kamu harus tidur di ruang tamu untuk sementara, jangan memaksakan diri, Julian.” Ucap Liera, dia meletakkan tubuh Julian di atas ranjang miliknya di kamar pria itu, lalu sedikit menjauh meregangkan otot tubuhnya.“Kamu marah?” Tanya Julian, dia memperhatikan Leira yang langsung menutup jendela agar udara malam tidak masuk ke dalam kamarnya, gadis itu jadi super sibuk, seharusnya dia menyiapkan segala persiapan untuk wisudanya, membuat Julian merasa bersalah.Padahal tubuh Julian tidak selemah yang Leira pikirkan, jika Leira min
Keesokan harinya. Tepatnya waktu menunjukan pukul lima pagi hari.Julian bangun lebih awal, karena dia sudah terlalu banyak tidur selama di rumah sakit, pria itu menjauhkan tubuh Liera yang berada di dekatnya, mematikan suara alarm dari ponselnya. pria itu terduduk dan meregangkan tubuhnya sebelum memulai aktivitas dari ini, perasaan dan tubuhnya pulih dengan cepat, dia tidak merasa sakit atau lemas, sepenuhnya merasa baik dan seperti biasanya.Pria itu tidak berjalan untuk membuka Jendela seperti hal biasa dirinya lakukan, dia tidak mau mengusik tidur dari little wifenya, sebaliknya Julian membuka koper yang hanya mereka letakkan di sudut ruangan dan lupa untuk membukanya, Julian membuka koper milik Liera karena mungkin saja ada pakaian yang gadis itu akan kenakan hari ini.Seperti suami lainnya, Julian menyiapkan kebutuhan Leira dan meletakkan di sofa, dia hampir lupa tentang hadiahnya, pria itu mengambil ponselnya dan menerima pesan jika Yuri sudah mengirim hadiah yang dirinya ingi
Liera dengan duduk dengan cemas di antara teman lainnya, mendengarkan kepala sekolah yang sedang menyampaikan pidatonya dan membuka resmi acara ‘Graduation Day’.Sesekali melirik ke arah Julian yang duduk di antara para orang tua, Liera senang bisa melihat pria itu duduk di sana dengan hadiah yang dirinya belikan, walau warnanya begitu mencolok tapi tidak sedikitpun Julian tidak merasa risih, sebaliknya dia duduk bangga di sana, Liera langsung tertunduk malu saat pria itu menyadari dirinya yang diam-diam menatapnya.Asyla menoleh dan memperhatikan tingkah Liera yang sekarang begitu berbeda, dia tahu jika sahabatnya ini pasti sudah mulai menyukai suami, beruntung sekali.“Hei! kau tidak berada di rumahmu Liera, jadi sabarlah sedikit,” Ucap Asyla, dia menyadarkan temannya untuk berhenti tersenyum seperti itu, dia hanya takut jika Liera tidak mendengar namanya dipanggil.“Asyla!” Ucap Liera dengan malu, dia hanya sedang mengusir rasa gugupnya dan kebetulan tatapan Julian langsung membuat
Kedua sedang duduk di kursi menunggu giliran untuk penerbangan ke paris akan segera di lakukan, jam sudah menunjukkan pukul enam begitu mereka sampai di bandara untuk menghindari kemacetan saat jam pulang kerja, mereka berangkat lebih awal.Dan kedua memilih untuk mampir salah satu restoran untuk sekalian makan malam.Ini pertama kali mereka secara resmi pergi keluar di malam hari, bahkan mereka tidak pernah makan malam di luar seperti pasangan lain, melakukan dinner. Atau mengunjungi tempat di malam hari seperti berkencan, ini rasanya berbeda dan membuat Leira tahu bagaimana bisa merasakan apa itu namanya dinner dengan seseorang dan kehidupan pasangan lainnya.Cukup menyenangkan untuk Leira.Padahal hampir semua orang dewasa berkata jika mereka ingin terus menjadi anak kecil saja, tidak ingin merasakan bagaimana beratnya menjadi orang dewasa, tapi Liera tidak salah. Semua orang dewasa pernah memikirkan hal itu dan ketika dewasa semua pemikiran itu sangatlah berbanding terbalik, tida
Perjalanan yang cukup melelahkan, memakan waktu yang hampir memotong setengah hari.Perjalanan yang panjang karena bukan hanya sekali pernerbangan, beberapa kali mereka harus transit dan karena pernerbangan malam hari, cuaca tidak bisa di prediksi, di berita mengatakan jika cuaca akan baik hingga pagi.Tapi siang yang akan menyangka jika di ketinggian sana, awan hitam menghantam pesawat yang Leira dan Julian naiki, hingga membuat seluruh penumpang panik hingga akhirnya memilih lepas landas di tempat bukan tujuannya.Bagaimana dengan Leira?Gadis itu tidak bisa tidur dengan tenang, dia bahkan terus memeluk erat tubuh Julian, padahal pria itu sudah mengatakan banyak hal jika mereka akan baik-bak saja, apalagi ketika pesawat landas dengan tidak mulus, saat itu Leira langsung memeluk kencang dan membuat seluruh penumpang maupun pramugari mencoba membantu menenangkan Leira.Tapi dari semua hal yang terjadi tidak sedikitpun membuat Julian kesal, sebaliknya dia tahu jika rasa khawatir yang L
Waktu sudah menunjukan pukul tiga sore.Ya, setelah perjalanan panjang mereka. Leira langsung tertidur pulas begitu keduanya sampai di kamar hotel, gadis itu tertidur melepaskan seluruh cardigan, menyisakan tanktop dan celana pendek saja.Menganggap segalanya begitu santai untuknya, seperti Leira berada dirumah, dirinya lupa tujuan mereka ke paris ini. It's Honeymoon!Dan Julian? Pria itu nasibnya begitu malang, ketika membuka pintu kamar mereka, Julian hanya bisa menelan air liurnya dengan berat, bukankah tadi Julian sudah membahas sebelumnya? Dia pria dewasa dan memiliki gairah, apakah Leira tidak memahami hal itu?Melihat Leira yang tertidur dengan pakaian seperti itu dan mengabaikan kopernya yang masih utuh tidak tersentuh, sedangkan Julian sudah mengeluarkan seluruh pakaian miliknya, jika bukan karena Julian yang harus memahami Leira yang sedang kelelahan, mungkin saat ini juga Julian bisa menjadi agresif pada Leira.Hanya terdengar sebuah helaan nafas dari Julian, lalu pria itu
Warning 21+ bab mengandung adegan dewasa. Bijaklah dalam membaca.Leira hanya menatap bagaimana Julian yang berada di ataa tubuhnya, keringat di wajahnya dan juga segala sesuatu yang ada dalam dirinya, entah kenapa terlihat sangat tampan, saat ketika Julian begitu hati-hati dalam membantu Leira ketika mereka berciuman, dan ketika tatapan mereka saling bertemu, membuat degup jantung berdebar kencang, Leira bahkan sampai lupa jika dirinya harus bernafas.Leira meneguk air liurnya dengan susah payah, gugup beecampur dengan canggung Leira rasakan, tubuhnya gemetar tanpa bisa bergerak sedikitpun, apa yang harus dirinya lakukan? Haruskah dirinya diam saja atau bagaimana?Leira terlalu bingung untuk melakukan apa, karena tidak tahu apapun untuk memulai.Leira terlalu larut dalam pikirannya hingga tidak sadar jika Julian sudah merangkak ke atas tubuhnya, Leifa kembali menelan air liurnya dengan gugup, tidak tahu jika tubuh Julian begitu seksi, tangan ingin menyentuh perut kotak pria itu."Kena