Keesokan harinya. Tepatnya waktu menunjukan pukul lima pagi hari.
Julian bangun lebih awal, karena dia sudah terlalu banyak tidur selama di rumah sakit, pria itu menjauhkan tubuh Liera yang berada di dekatnya, mematikan suara alarm dari ponselnya. pria itu terduduk dan meregangkan tubuhnya sebelum memulai aktivitas dari ini, perasaan dan tubuhnya pulih dengan cepat, dia tidak merasa sakit atau lemas, sepenuhnya merasa baik dan seperti biasanya.
Pria itu tidak berjalan untuk membuka Jendela seperti hal biasa dirinya lakukan, dia tidak mau mengusik tidur dari little wifenya, sebaliknya Julian membuka koper yang hanya mereka letakkan di sudut ruangan dan lupa untuk membukanya, Julian membuka koper milik Liera karena mungkin saja ada pakaian yang gadis itu akan kenakan hari ini.
Seperti suami lainnya, Julian menyiapkan kebutuhan Leira dan meletakkan di sofa, dia hampir lupa tentang hadiahnya, pria itu mengambil ponselnya dan menerima pesan jika Yuri sudah mengirim hadiah yang dirinya inginkan, pria itu mengambil handuk kimono miliknya lalu bergegas keluar dari kamar mereka, Julin benar-benar seperti suami idaman dan tidak seperti yang dirinya kira, jika Julian akan dingin dan tidak peduli.
Pintu terbuka dan di depan sana sudah ada buket bunga dan sebuah kota yang cukup besar, di bungkus dengan warna pink dan biru, warna yang sebenarnya tidak masuk bagi Julian, pria itu tidak membawa semua benda itu ke dalam rumah tapi pria itu berjalan menuju garasi, membuka pintu dan berjalan mendekati mobil miliknya.
Julian menyimpan semua benda itu di dalam bagasi mobilnya, karena tidak akan namanya hadiah jika Liera nanti melihatnya, Julian bermaksud untuk memberikan pada Liera setelah gadis itu selesai dengan segala rangkaian acara wisudanya, lalu ketika mereka akan pulang bersama barulah Julian akan memberikan hadiah itu, dia hanya ingin Leira membuka hadiah itu di hadapannya dan hanya mereka berdua yang bisa melihatnya.
“Baiklah, ini sudah selesai, hanya tinggal menyiapkan sarapan untuk Leira lalu membangunkannya,” Ucap Julian, pria itu kembali melangkah ke rumahnya setelah menutup garasi miliknya, pria itu tidak tahu apa yang membuatnya sampai begitu melakukan semua ini sendiri, rasa cinta sudah berada di level platinum, intinya lebih terdalam ketika seorang pria sedang jatuh cinta.
Semenjak menikah Julian malah lebih sering menyentuh dapur daripada pekerjaannya, aneh. mungkin suatu hari dirinya harus mengganti posisi di mana Julian yang menjaga anaknya dan Leira yang bekerja, Julian menghela nafas saat dirinya membayangkan hal itu bisa terjadi nanti, pasti menyenangkan saat dirinya di repotkam oleh suara tangisan bayi daripada teriakan asistennya.
“Aku semakin tidak sabaran jika terus berpikir seperti itu!” Ucap Julian lagi, dia menepis keras tentang masa itu, rasanya masih terlalu samar dan antara tidak yakin terjadi, karena semua kembali pada Liera, bagaimana keinginan dirinya di masa depan, karena gadis itu masih memiliki impian yang harus dirinya kejar dan bukan waktunya untuk mengurus sebuah bayi.
Daripada memikirkan hal itu terus, Julian memfokuskan dirinya untuk tujuan awal, membuat sarapan untuk dirinya dan Liera, dirinya langsung bergerak saat terlintas sebuah menu makan pagi yang tidak terlalu berat untuk di makan pagi hari, pria itu langsung membuka kulkas dan mengeluarkan bahan yang sudah di tentu olehnya, tangannya mulai mencuci bersih seluruh bahan lalu memotongnya secara bergantian, dia ingin membuat omelet yang sedikit ditambahkan keju.
Hingga sekitar dua puluh menit lebih pria itu menyelesaikan memasaknya, dengan hati-hati menyiapkan bahannya dalam piring lalu di beri hiasan sedikit, pria itu tersenyum puas dengan hasil kerja kerasnya, dia menatap jam yang sudah akan menunjukan pukul enam pagi, Julian langsung bergegas untuk naik ke atas.
Dia membuka pintu kamar dan terkejut melihat gadis itu yang sudah terduduk di ranjang sambil mengusap kedua matanya, sambil menutup mulutnya yang masih menguap, dengan sayu-sayu Leira melihat Julian yang berjalan mendekati dirinya, gadis itu memutuskan untuk memberikan senyuman pada pria itu.
“Morning, my little wife,” Ucap Julian, dia mengecup kening Leira saat menyapa gadis itu, mencangkup wajahnya yang masih setengah mengantuk, lalu tanpa permisi Julian mengecup bibir peach itu berulang kali, karena jujur pria itu sangat gemas dengan Liera, tidak perlu melakukan apapun gadis itu memang sangat menggemaskan baginya.
Liera menahan bibir Julian dengan tangannya, dirinya baru bangun tidur dan ciuman seperti rasa sedikit aneh, dia selama lupa menggosok giginya dan juga membersihkan tubuhnya, “Hentikan, aku belum mandi dan sekarang aku harus—,”
Bola mata Liera berbuka lebar saat dirinya ingat apa yang harusnya terjadi hari ini, kenapa dirinya bisa lupa hari apa ini! dia langsung memutuskan untuk beranjak dari ranjang dan bergegas untuk ke bathroom.
“Leira, tunggu!” Julian menahan pergelangan tangan gadis itu tepat sata Leira meninggalkan ranjang. “Kita sarapan dahulu, lagipula acaramu di mulai jam sembilan bukan? jadi jangan terburu-buru.”
Leira langsung menatap jam yang berada di dinding, lalu gafis menghela nafas lega dan memutuskan untuk mengikuti kemana Julian membawa pergi, sarapan? apakah sekarang Leira harus memasak? dia belum belajar untuk itu, terakhir kali Leira mencoba di hampir menghancurkan dapur.
“Sarapan? bisakah hari ini kamu lagi memasaknya, aku janji lain kali aku yang akan melakukan,” Ucap Leira, jika hari ini dirinya memasak tidak tahu berapa lama Julian akan menunggu dirinya memasak di dapur.
Julian menoleh ke arah belakang, di merangkul tubuh Leira untuk berdampingan berjalan bersamanya, mengusap wajahnya dan hanya tersenyum pada gadis itu, kenapa hari ini gadis itu begitu menggemaskan? apa dia inginkan sesuatu?
Sampai bawah Julian memerintahkan Leira untuk duduk di meja makan, lalu dirinya kembali dapur untuk sarapan yang sudah dirinya buatankan, kemudian kembali ke meja makan dan meletakan sarapan milik Liera dan miliknya, menarik kursi untuk duduk bersama gadis itu.
“Kamu tidak perlu khawatir, suamimu sudah menyiapkan semua ini untuk little wife-nya,” Ucap Julian, dia mengisyaratkan kepada Leira untuk langsung mencoba masakan miliknya.
Liera tersenyum senang, dia mengambil sendok dan langsung memakan omelet buatan Julian, dia terkejut rasanya bahkan lebih enak dari buatan ibunya, gadis itu menunjukan ibu jarinya ke arah Julian dan “Ini sangat lezat dan selalu menjadi yang terbaik, terimakasih sudah membuat sarapan yang lezat ini,”
“Terima kasih juga sudah merawatku selama di rumah sakit, habiskan lalu bersiap untuk ke sekolahmu,” Ucap Julian, senang mendengar pujian dari Liera yang terdengar tulus, gadis tahu caranya meyakini jika memang dia menyukainya.
“Aku ingin sekali menghabiskannya, tapi aku belum menyiapkan pakaian untuk kelulusanmu, aku akan memakainya nanti lagi,” Ucap Leira, sebenarnya dia ingin menghabiskan sekarang tapi dia perlu menyiapkan banyak hal untuk mempersingkat waktu, belum lagi mereka akan melewatkan jalan yang mungkin saja macet, jadi seharusnya Liera melakukan itu sebelum sarapan.
“Duduklah Liera,” Ucap Julian, dia menahan Liera saat akan beranjak dari kursinya, kemana harus terburu-buru sekali, Julian sudah menyiapkan semuanya. “Aku sudah menyiapkan pakaianmu, jadi habiskan saja sarapan, setelah itu aku akan melepaskanmu,”
Liera jadi merasa bersalah, Julian menyiapkan semuanya bahkan saat dirinya benar-benar lupa dan masih terlelap tidur, berapa beruntungnya Leira jika Julian adalah suami sesungguhnya, pria itu tidak pernah sedikitpun memperlihatkan sikap dingin seperti awal-awal mereka bertemu, dia sangat hangat dan begitu peduli pada dirinya, bisa menyimbangi sikapnya yang begitu kekanakan.
Dan jangan lupa bagaimana pria itu begitu mencintai dirinya, sedangkan Liera belum melakukan apapun, memberikan dirinya saja rasanya begitu ragu walau akhirnya akan terjadi.
Liera dengan duduk dengan cemas di antara teman lainnya, mendengarkan kepala sekolah yang sedang menyampaikan pidatonya dan membuka resmi acara ‘Graduation Day’.Sesekali melirik ke arah Julian yang duduk di antara para orang tua, Liera senang bisa melihat pria itu duduk di sana dengan hadiah yang dirinya belikan, walau warnanya begitu mencolok tapi tidak sedikitpun Julian tidak merasa risih, sebaliknya dia duduk bangga di sana, Liera langsung tertunduk malu saat pria itu menyadari dirinya yang diam-diam menatapnya.Asyla menoleh dan memperhatikan tingkah Liera yang sekarang begitu berbeda, dia tahu jika sahabatnya ini pasti sudah mulai menyukai suami, beruntung sekali.“Hei! kau tidak berada di rumahmu Liera, jadi sabarlah sedikit,” Ucap Asyla, dia menyadarkan temannya untuk berhenti tersenyum seperti itu, dia hanya takut jika Liera tidak mendengar namanya dipanggil.“Asyla!” Ucap Liera dengan malu, dia hanya sedang mengusir rasa gugupnya dan kebetulan tatapan Julian langsung membuat
Kedua sedang duduk di kursi menunggu giliran untuk penerbangan ke paris akan segera di lakukan, jam sudah menunjukkan pukul enam begitu mereka sampai di bandara untuk menghindari kemacetan saat jam pulang kerja, mereka berangkat lebih awal.Dan kedua memilih untuk mampir salah satu restoran untuk sekalian makan malam.Ini pertama kali mereka secara resmi pergi keluar di malam hari, bahkan mereka tidak pernah makan malam di luar seperti pasangan lain, melakukan dinner. Atau mengunjungi tempat di malam hari seperti berkencan, ini rasanya berbeda dan membuat Leira tahu bagaimana bisa merasakan apa itu namanya dinner dengan seseorang dan kehidupan pasangan lainnya.Cukup menyenangkan untuk Leira.Padahal hampir semua orang dewasa berkata jika mereka ingin terus menjadi anak kecil saja, tidak ingin merasakan bagaimana beratnya menjadi orang dewasa, tapi Liera tidak salah. Semua orang dewasa pernah memikirkan hal itu dan ketika dewasa semua pemikiran itu sangatlah berbanding terbalik, tida
Perjalanan yang cukup melelahkan, memakan waktu yang hampir memotong setengah hari.Perjalanan yang panjang karena bukan hanya sekali pernerbangan, beberapa kali mereka harus transit dan karena pernerbangan malam hari, cuaca tidak bisa di prediksi, di berita mengatakan jika cuaca akan baik hingga pagi.Tapi siang yang akan menyangka jika di ketinggian sana, awan hitam menghantam pesawat yang Leira dan Julian naiki, hingga membuat seluruh penumpang panik hingga akhirnya memilih lepas landas di tempat bukan tujuannya.Bagaimana dengan Leira?Gadis itu tidak bisa tidur dengan tenang, dia bahkan terus memeluk erat tubuh Julian, padahal pria itu sudah mengatakan banyak hal jika mereka akan baik-bak saja, apalagi ketika pesawat landas dengan tidak mulus, saat itu Leira langsung memeluk kencang dan membuat seluruh penumpang maupun pramugari mencoba membantu menenangkan Leira.Tapi dari semua hal yang terjadi tidak sedikitpun membuat Julian kesal, sebaliknya dia tahu jika rasa khawatir yang L
Waktu sudah menunjukan pukul tiga sore.Ya, setelah perjalanan panjang mereka. Leira langsung tertidur pulas begitu keduanya sampai di kamar hotel, gadis itu tertidur melepaskan seluruh cardigan, menyisakan tanktop dan celana pendek saja.Menganggap segalanya begitu santai untuknya, seperti Leira berada dirumah, dirinya lupa tujuan mereka ke paris ini. It's Honeymoon!Dan Julian? Pria itu nasibnya begitu malang, ketika membuka pintu kamar mereka, Julian hanya bisa menelan air liurnya dengan berat, bukankah tadi Julian sudah membahas sebelumnya? Dia pria dewasa dan memiliki gairah, apakah Leira tidak memahami hal itu?Melihat Leira yang tertidur dengan pakaian seperti itu dan mengabaikan kopernya yang masih utuh tidak tersentuh, sedangkan Julian sudah mengeluarkan seluruh pakaian miliknya, jika bukan karena Julian yang harus memahami Leira yang sedang kelelahan, mungkin saat ini juga Julian bisa menjadi agresif pada Leira.Hanya terdengar sebuah helaan nafas dari Julian, lalu pria itu
Warning 21+ bab mengandung adegan dewasa. Bijaklah dalam membaca.Leira hanya menatap bagaimana Julian yang berada di ataa tubuhnya, keringat di wajahnya dan juga segala sesuatu yang ada dalam dirinya, entah kenapa terlihat sangat tampan, saat ketika Julian begitu hati-hati dalam membantu Leira ketika mereka berciuman, dan ketika tatapan mereka saling bertemu, membuat degup jantung berdebar kencang, Leira bahkan sampai lupa jika dirinya harus bernafas.Leira meneguk air liurnya dengan susah payah, gugup beecampur dengan canggung Leira rasakan, tubuhnya gemetar tanpa bisa bergerak sedikitpun, apa yang harus dirinya lakukan? Haruskah dirinya diam saja atau bagaimana?Leira terlalu bingung untuk melakukan apa, karena tidak tahu apapun untuk memulai.Leira terlalu larut dalam pikirannya hingga tidak sadar jika Julian sudah merangkak ke atas tubuhnya, Leifa kembali menelan air liurnya dengan gugup, tidak tahu jika tubuh Julian begitu seksi, tangan ingin menyentuh perut kotak pria itu."Kena
My benningKini Leira sedang duduk dimana Julian sedang membuat sesuatu dengan bahan makanan dan juga alat masak, ada kesenangan tersendiri bisa melihat pria itu berdiri di sana, rasanya pesonanya jauh lebih tampan daripada ketika Julian akan berangkat bekerja, entahlah mungkin karena Leira tumbuh besar tanpa sosok sang ayah, jadi dirinya lebih menganggap Julian adalah sosok pengganti ayahnya.Sejak menikah hingga saat ini, Julian menjadi hal yang selalu Leira butuhkan, pria itu bisa menjadi sosok ayah untuknya tapi juga bisa jadi sosok suami yang baik, Julian adalah suami yang menjadi idaman kaum hawa, seharusnya jika dikatakan Leira beruntung, itulah kenyataan Leira yang lebih beruntung mendapatkan Julian tapi ada rasa pahit juga dimana Julian bukan suami resminya, hanya suami kontrak.'Bisakah, aku berharap bisa terus melihatnya setiap pagi seperti ini? Apakah aku bisa hamil nantinya?' Leira memikirkan hal itu saat mereka telah menjadi satu dalam gelapnya malam, Julian memberikan
Sore hari.Julian menggandeng tangan Leira tanpa rasa malu di depan para pengunjung yang juga menikmati sore di kota paris, cuaca cerah mendukung segalanya, udara sejuk dan langit yang sudah mulai berubah warnanya menjadi lebih orange, warna sempurna untuk menara yang begitu tinggi di hadapan mereka.Kota romantis adalah paris, jadi itulah yang menjadi destinasi kota ini? Ketika kaki Leira sudah berhasil berdiri disini, rasanya luar biasa mengagumkan dari yang di bayangkan, euforia yang terasa begitu langsung mengenang di dalam hatinya, jauh-jauh dalam hal yang tidak bisa di katakan, jadi ini adakah kata yang bisa menggantikan kata indah, Liera akan terus menggunakannya.Dan kebahagian lainnya, adalah ketika dirinya tidak takut jika tangannya bertautan dengan tangan Julian, tidak ada yang akan melarangnya dan hanya dirinya dengan Julian, Leira merasa inilah momen terbaik selama dirinya menikah dengan Julian.Leira tersenyum menatap bagai
Hingga sekitar tiga puluh menit Julian dan Leira menunggu. Kini waktu giliran mereka untuk berdiri di depan kamera, setelah keduanya memilih pakaian yang disediakan disana, keduanuanyetap memutuskan untuk memilih konsep pernikahan, karena sejak awal Julian sudah mengingatkan konsep itu, walau cukup menguras dompetnya.Karena selain pakaian yang di sewakan, foto akan langsung jadi dan dibuat seindah mungkin dalam rangkai bingkai yang tidak biasa.Julian memilih layanan dengan kualitas HD, jadi foto dan konsep di buat sebaik mungkin dan seakan real mereka sedang melakukan pernikahan mereka, tidak hanya itu Julian juga memilih sampai di foto lebih dari lima.Leira sudah berdiri di samping pria itu dengan buket bunga di tangannya, untuk pertama kalinya mereka memilih untuk berpose pernikahan pada umumnya, yaitu kedua pasangan yang seakan melemparkan buket bunga ke arah para undangan, Julian juga ikut menggenggam buket bunganya."Oke, satu, dua tiga! N