Liera dengan duduk dengan cemas di antara teman lainnya, mendengarkan kepala sekolah yang sedang menyampaikan pidatonya dan membuka resmi acara ‘Graduation Day’.
Sesekali melirik ke arah Julian yang duduk di antara para orang tua, Liera senang bisa melihat pria itu duduk di sana dengan hadiah yang dirinya belikan, walau warnanya begitu mencolok tapi tidak sedikitpun Julian tidak merasa risih, sebaliknya dia duduk bangga di sana, Liera langsung tertunduk malu saat pria itu menyadari dirinya yang diam-diam menatapnya.
Asyla menoleh dan memperhatikan tingkah Liera yang sekarang begitu berbeda, dia tahu jika sahabatnya ini pasti sudah mulai menyukai suami, beruntung sekali.
“Hei! kau tidak berada di rumahmu Liera, jadi sabarlah sedikit,” Ucap Asyla, dia menyadarkan temannya untuk berhenti tersenyum seperti itu, dia hanya takut jika Liera tidak mendengar namanya dipanggil.
“Asyla!” Ucap Liera dengan malu, dia hanya sedang mengusir rasa gugupnya dan kebetulan tatapan Julian langsung membuat dirinya tidak bisa berhenti tersenyum, hanya itu saja apakah dirinya terlalu mudah di tebak.
“Kau menyukai bukan? ayo katakan, apa kalian sudah berencana untuk melakukan?” Tanya Asyla, dia pernah mendengar percakapan Julian dengan dokter Jake jika pria itu memiliki rencana untuk membawa Liera pergi honeymoon setelah hari kelulusannya, Asyla akui jika cara pria itu sungguh romantis dan tidak bisa di bohongi jika dirinya iri.
“Asyla! apa yang kamu bicarakan! tidak ada rencana apapun!” Ucap Liera, dia sudah memikirkan hal itu jauh hari dan tentu saja dirinya dirinya gugup, memberikan seluruh hidupnya pada Julian, tapi di sisi lain Liera juga tidak bisa berhenti berpikir jika kebersamaan mereka akan semakin singkat dan berpisah, kenapa rasa tidak menyenangkan jika harus berpisah.
“Kau akan terkejut nanti!” Ucap Asyla, dia tidak akan membocorkan apapun, dia hanya akan meninggalkan rasa penasaran pada temannya.
“Chris Liera Art, silahkan untuk naik ke atas untuk menyerahkan surat kelulusanmu,” Ucap sang mc yang memanggil untuk naik ke atas dan melakukan segala kegiatan untuk kelulusannya.
“Liera!! aku yakin kamu bisa!!” Ucap Julian di tengah para orang tua dan berisikan suara tepuk tangan yang menggema di dalam aula itu.
Liera menghela nafas saat meninggalkan kursinya, dia berjalan di antara banyaknya orang yang memberikan tepuk tangan, dan teriakan seseorang membuatnya sedikit mengurangi rasa tegang dalam dirinya, Liera tersenyum padanya dan kembali melangkah ke atas.
Liera langsung disambut oleh jabatan tangan dari wali kelasnya, guru pembimbing materi dan dari sang kepala yang merupakan teman ibunya, Liera menerima topi yang di pakaikan di kepalanya dan menerima dokumen, lalu waktu untuk menyampaikan sedikit pidato.
“Untuk Ibu dan kakak Keira yang saat ini tidak bisa menemaniku, terima kasih untuk seluruh kebersamaan yang tidak pernah aku lupa, dukungan kalian, kasih sayang dan cinta akan selalu aku ingat, dan juga untuk seseorang yang sudah membantuku yakin, terima kasih.” Ucap Liera, selama menyampaikan pidato singkat itu dirinya hanya terus menatap ke arah Julian, pria itu mencuri perhatiannya dari banyaknya orang di sana, Liera ingin sekali mengatakan hubungan mereka tapi pernikahan kontrak selalu menegur dirinya.
Setelah itu tanpa mengatakan hal lain Liera meninggalkan panggung dan kembali duduk di antara temannya yang sudah lebih dahulu di panggil, dia mengeluarkan ponselnya karena terasa ada pesan masuk dan melihat pesan dari Julian.
«Aku akan menunggumu di mobil, keluarlah jika kamu sudah selesai, ada hadiah kecil untukmu»
Liera langsung merasa degup jantung berpacu lebih cepat, hadiah kecil katanya, entah kenapa Liera tidak sabar menunggu untuk bagian membuka kadonya, Liera kembali melihat ke acara dimana Asyla sedang menyampaikan pidatonya, gadis itu selalu menjadi hal populer di sekolah dan lihatlah banyak sekali memberikan dirinya bunga saat turun dari panggung, Liera tidak iri pada temannya rasanya bunga dari Julian sudah lebih dari cukup untuknya.
“Seperti kamu menerima bunga begitu banyak,” Ucap Liera saat Asyla sudah kembali duduk di sampingnya, gadis itu sampai kebingungan harus di apakan bunga sebanyak itu.
“Bunga-bunga ini sungguh merepotkan!”
*******
Liera keluar dari gedung sekolah selesai menyelesaikan sesi foto dan juga lemparan topi, kenangan yang tidak akan pernah dirinya lupakan dan hari ini adalah terakhir kali Liera akan mengunjungi sekolah ini dengan seragam, setelahnya hanya pakaian kuliah dan hanya akan menjadi alumni, memikirkan itu membuat Liera tidak berhenti merinding dan bangga, dia berhasil melewati segalanya di sekolah ini dan akan menemukan perguruan yang lebih tinggi.
“Terima Kasih untuk segalanya,” Ucap Liera, dia menoleh ke arah gedung yang tidak akan pernah pergi, dirinya jadi teringat awal-awal dirinya melangkah ke sana dengan hanya sang Ibu yang menemaninya, awal dimana Liera begitu sulit menyesuaikan teman sebangkunya lalu ketika dirinya harus terbiasa pulang lebih lama, semua kenangan itu akan selalu menjadi memori yang tidak pernah dirinya lupakan.
Liera kembali melangkah setelah lama menatap gedung sekolah, dia menuju tempat dimana Julian memarkirkan mobilnya, cukup sepi tidak sepadat saat dirinya berangkat tadi, Liera mengetuk pintu kaca mobil Julian.
“Masuklah,” Ucap Julian, dia membukakan pintu untuk Liera, mengambil bunga yang ada di tangan gadis itu, lalu tangan Julian terulur untuk melepaskan kopi yang Liera kenakan, dia mengusap surai gadis itu dan menarik wajahnya, menyatukan kedua bjbir mereka.
Liera sudah tidak terkejut lagi jika pria itu tiba-tiba mencium dirinya, perlahan Liera menutup matanya dan mengikuti bagaimana Julian menuntun dirinya, ciuman kali ini begitu soft untuknya dan Liera mulai menyeimbangi bagaimana Julian bergerak.
Julian menjauhkan tautan bibir mereka, mengusap bibir gadis itu yang sedikit basah karenanya, rasa ingin membawa Liera pada tujuannya begitu kuat tapi lagi-lagi Julian harus menahannya.
Diam-diam pria itu mengeluarkan kado yang sudah dirinya siapkan di kursi belakang, lalu letakan di tangan gadis itu.
Dengan terburu-buru Liera membuka matanya, melihat kotak besar di hadapannya, lalu tatapannya kembali melihat ke arah pria itu, “Bolehkan aku membukanya sekarang?”
Julian hanya mengangguk.
Tangan Liera langsung membuka kota itu, selain dirinya menemukan sebuah ponsel terbaru, dirinya tersenyum lebar saat melihat dua tiket.
“Paris? kita benar-benar akan pergi ke sana? Dan—malam ini kita berangkat?” Tanya Liera, dia tidak salah melihatnya bukan? di dalam tiket itu bertuliskan tanggal hari ini dan pukul 7 malam.
Julian mengecup kening Liera selama lima detik, lalu tersenyum ke arahnya. “Ya, hari ini jika akan terbang ke sana, jadi bukankah sekarang waktunya untuk mengemas?”
“Aku menyukainya, terima kasih untuk hadiah ini,” Ucap Liera, akhir dia bisa mendatangi kota impiannya, kota yang selalu menjadi hal populer dalam pemilihan tempat untuk kisah novel, kini Liera bisa datang ke sana, dia tidak sabar ingin segera melihat menara eiffel itu.
“Sebelum pulang, kamu ingin makan siang dimana?” Tanya julian, dia sudah mulai menyalakan mesin mobilnya, perlahan mulai meninggalkan area parkiran dan langsung meninggalkan sekolah Liera.
“Aku ingin makan masakanmu, lagipula kita juga perlu menyiapkan barang yang akan di bawa bukan? jadi bisakah suamiku mengabulkannya?” Tanya Liera, saat ini dia tidak ingin apapun, semua sudah dirinya dapatkan dan hanya itu yang hanya dia inginkan.
“Baiklah.”
Kedua sedang duduk di kursi menunggu giliran untuk penerbangan ke paris akan segera di lakukan, jam sudah menunjukkan pukul enam begitu mereka sampai di bandara untuk menghindari kemacetan saat jam pulang kerja, mereka berangkat lebih awal.Dan kedua memilih untuk mampir salah satu restoran untuk sekalian makan malam.Ini pertama kali mereka secara resmi pergi keluar di malam hari, bahkan mereka tidak pernah makan malam di luar seperti pasangan lain, melakukan dinner. Atau mengunjungi tempat di malam hari seperti berkencan, ini rasanya berbeda dan membuat Leira tahu bagaimana bisa merasakan apa itu namanya dinner dengan seseorang dan kehidupan pasangan lainnya.Cukup menyenangkan untuk Leira.Padahal hampir semua orang dewasa berkata jika mereka ingin terus menjadi anak kecil saja, tidak ingin merasakan bagaimana beratnya menjadi orang dewasa, tapi Liera tidak salah. Semua orang dewasa pernah memikirkan hal itu dan ketika dewasa semua pemikiran itu sangatlah berbanding terbalik, tida
Perjalanan yang cukup melelahkan, memakan waktu yang hampir memotong setengah hari.Perjalanan yang panjang karena bukan hanya sekali pernerbangan, beberapa kali mereka harus transit dan karena pernerbangan malam hari, cuaca tidak bisa di prediksi, di berita mengatakan jika cuaca akan baik hingga pagi.Tapi siang yang akan menyangka jika di ketinggian sana, awan hitam menghantam pesawat yang Leira dan Julian naiki, hingga membuat seluruh penumpang panik hingga akhirnya memilih lepas landas di tempat bukan tujuannya.Bagaimana dengan Leira?Gadis itu tidak bisa tidur dengan tenang, dia bahkan terus memeluk erat tubuh Julian, padahal pria itu sudah mengatakan banyak hal jika mereka akan baik-bak saja, apalagi ketika pesawat landas dengan tidak mulus, saat itu Leira langsung memeluk kencang dan membuat seluruh penumpang maupun pramugari mencoba membantu menenangkan Leira.Tapi dari semua hal yang terjadi tidak sedikitpun membuat Julian kesal, sebaliknya dia tahu jika rasa khawatir yang L
Waktu sudah menunjukan pukul tiga sore.Ya, setelah perjalanan panjang mereka. Leira langsung tertidur pulas begitu keduanya sampai di kamar hotel, gadis itu tertidur melepaskan seluruh cardigan, menyisakan tanktop dan celana pendek saja.Menganggap segalanya begitu santai untuknya, seperti Leira berada dirumah, dirinya lupa tujuan mereka ke paris ini. It's Honeymoon!Dan Julian? Pria itu nasibnya begitu malang, ketika membuka pintu kamar mereka, Julian hanya bisa menelan air liurnya dengan berat, bukankah tadi Julian sudah membahas sebelumnya? Dia pria dewasa dan memiliki gairah, apakah Leira tidak memahami hal itu?Melihat Leira yang tertidur dengan pakaian seperti itu dan mengabaikan kopernya yang masih utuh tidak tersentuh, sedangkan Julian sudah mengeluarkan seluruh pakaian miliknya, jika bukan karena Julian yang harus memahami Leira yang sedang kelelahan, mungkin saat ini juga Julian bisa menjadi agresif pada Leira.Hanya terdengar sebuah helaan nafas dari Julian, lalu pria itu
Warning 21+ bab mengandung adegan dewasa. Bijaklah dalam membaca.Leira hanya menatap bagaimana Julian yang berada di ataa tubuhnya, keringat di wajahnya dan juga segala sesuatu yang ada dalam dirinya, entah kenapa terlihat sangat tampan, saat ketika Julian begitu hati-hati dalam membantu Leira ketika mereka berciuman, dan ketika tatapan mereka saling bertemu, membuat degup jantung berdebar kencang, Leira bahkan sampai lupa jika dirinya harus bernafas.Leira meneguk air liurnya dengan susah payah, gugup beecampur dengan canggung Leira rasakan, tubuhnya gemetar tanpa bisa bergerak sedikitpun, apa yang harus dirinya lakukan? Haruskah dirinya diam saja atau bagaimana?Leira terlalu bingung untuk melakukan apa, karena tidak tahu apapun untuk memulai.Leira terlalu larut dalam pikirannya hingga tidak sadar jika Julian sudah merangkak ke atas tubuhnya, Leifa kembali menelan air liurnya dengan gugup, tidak tahu jika tubuh Julian begitu seksi, tangan ingin menyentuh perut kotak pria itu."Kena
My benningKini Leira sedang duduk dimana Julian sedang membuat sesuatu dengan bahan makanan dan juga alat masak, ada kesenangan tersendiri bisa melihat pria itu berdiri di sana, rasanya pesonanya jauh lebih tampan daripada ketika Julian akan berangkat bekerja, entahlah mungkin karena Leira tumbuh besar tanpa sosok sang ayah, jadi dirinya lebih menganggap Julian adalah sosok pengganti ayahnya.Sejak menikah hingga saat ini, Julian menjadi hal yang selalu Leira butuhkan, pria itu bisa menjadi sosok ayah untuknya tapi juga bisa jadi sosok suami yang baik, Julian adalah suami yang menjadi idaman kaum hawa, seharusnya jika dikatakan Leira beruntung, itulah kenyataan Leira yang lebih beruntung mendapatkan Julian tapi ada rasa pahit juga dimana Julian bukan suami resminya, hanya suami kontrak.'Bisakah, aku berharap bisa terus melihatnya setiap pagi seperti ini? Apakah aku bisa hamil nantinya?' Leira memikirkan hal itu saat mereka telah menjadi satu dalam gelapnya malam, Julian memberikan
Sore hari.Julian menggandeng tangan Leira tanpa rasa malu di depan para pengunjung yang juga menikmati sore di kota paris, cuaca cerah mendukung segalanya, udara sejuk dan langit yang sudah mulai berubah warnanya menjadi lebih orange, warna sempurna untuk menara yang begitu tinggi di hadapan mereka.Kota romantis adalah paris, jadi itulah yang menjadi destinasi kota ini? Ketika kaki Leira sudah berhasil berdiri disini, rasanya luar biasa mengagumkan dari yang di bayangkan, euforia yang terasa begitu langsung mengenang di dalam hatinya, jauh-jauh dalam hal yang tidak bisa di katakan, jadi ini adakah kata yang bisa menggantikan kata indah, Liera akan terus menggunakannya.Dan kebahagian lainnya, adalah ketika dirinya tidak takut jika tangannya bertautan dengan tangan Julian, tidak ada yang akan melarangnya dan hanya dirinya dengan Julian, Leira merasa inilah momen terbaik selama dirinya menikah dengan Julian.Leira tersenyum menatap bagai
Hingga sekitar tiga puluh menit Julian dan Leira menunggu. Kini waktu giliran mereka untuk berdiri di depan kamera, setelah keduanya memilih pakaian yang disediakan disana, keduanuanyetap memutuskan untuk memilih konsep pernikahan, karena sejak awal Julian sudah mengingatkan konsep itu, walau cukup menguras dompetnya.Karena selain pakaian yang di sewakan, foto akan langsung jadi dan dibuat seindah mungkin dalam rangkai bingkai yang tidak biasa.Julian memilih layanan dengan kualitas HD, jadi foto dan konsep di buat sebaik mungkin dan seakan real mereka sedang melakukan pernikahan mereka, tidak hanya itu Julian juga memilih sampai di foto lebih dari lima.Leira sudah berdiri di samping pria itu dengan buket bunga di tangannya, untuk pertama kalinya mereka memilih untuk berpose pernikahan pada umumnya, yaitu kedua pasangan yang seakan melemparkan buket bunga ke arah para undangan, Julian juga ikut menggenggam buket bunganya."Oke, satu, dua tiga! N
Matahari kembali menyapa para penghuni bumi dengan cahaya yang memiliki sejuta manfaat.Cahaya itu menembus cela gorden, lalu cahaya sampai mengenai wajah kedua orang yang tertidur di ranjang, keduanya kompak membuka kedua matanya dan tidak sengaja saling bertatapan, Julian menunjukan senyumannya.Pria itu menarik Leira lebih dekat lagi, hanya dengan di balutkan selimut saja kedua saling memeluk satu sama lain, Leira menyandarkan kepalanya di lengan Julian, jujur rasanya masih begitu mengantuk untuk Leira tapi hari sudah terlalu siang juga, dirinya di buat lelah oleh jalan-jalan sore mereka dan pergulatan malam bersama Julian."Kamu ingin melanjutkan tidurnya?" Tanya Julian pria itu sampai mengangkat kepalanya untuk melihat apa yang sang istrinya lakukan, dia malah bersandar dan kembali menutup matanya."Hm, tidak aku hanya akan memejamkan mataku selama lima menit saja," Ucap Leira, dia sedang berjuang untuk membangunkan dirinya dari rasa kantuk, tapi tubuhnya benar-benar lelah dan