"Nonton yuk? "Aku memutar bola mataku jengah. Satya tiba-tiba sudah duduk disampingku."Bisa lo agak jauh dikit enggak? "Tanyaku sinis dan kembali memainkan handphoneku."Kenapa? Takut ya kalo gue bikin lo nyaman lagi? "Tanyanya dengan senyum tengil tak lepas dari wajahnya."Jijik tau gak. Sana sih pergi. "Usirku gusar dan beranjak kembali ke kamar.Satya menahan tanganku."Li, kita harus bicara. Gue gak nyaman sama sikap kekanakan lo ini. "Ucapan Satya menyulut emosiku."Kekanakan? Udah sabar banget ya gue 2 tahun setia sama lo disaat lo selingkuh sana-sini. Udah deh Sat gue udah males ngomongin masalah itu. "Semburku atas ucapannya.Aku menarik tanganku dan kembali ke kamar.Tau gini mending tadi gak usah pake acara main hp di sofa depan kamar.Aku duduk di ranjang kamarku dengan nafas yang memburu. Berusaha mengendalikan emosiku yang tiba-tiba naik. Segampang itu Satya mengatakan aku kekanakan setelah 2 tahun aku bersabar dengan semua tingkah lakunya?Tok tokConnecting door mili
Suara tangisan bayi membuyarkan tidurku. Aku terbangun dan tersadar kalau hari ini aku ada di rumah papa.Flashback on."Jadi kakak sekarang udah gak mau lagi ya ke rumah papa? Kok udah sebulan enggak kesini. Enggak kangen sama papa? "Aku menggigit bibir bawahku. Bingung harus menjawab apa ke papa. Tidak mungkin kan aku menjawab kalau aku nyaman dengan keluarga baru?"Ehm Aulia sibuk aja papa. Papa juga gak pernah ke restoran nengokin aku. "Ya, jurus andalanku dalam menghadapi papa adalah playing victim, selalu."Papa baru aja sampai rumah kak abis dari luar kota. Kakak kalau ada waktu ke rumah ya. Mami juga kangen sama kakak katanya. "Terdengar erangan suara mami, sepertinya mami baru bangun."Siapa pi? "Tanyanya serak. Aku sudah hafal jadwal bangun mami dan sore ini dia pasti baru bangun setelah tidur siang dengan Selena. Dan mungkin papa juga."Aulia sayang. "Jawab papa dan meloudspeaker panggilan kami."Aku dong, kakak Selena yang paling cantik. "Seruku berniat menyapa mami."I
Aku masuk ke rumah dengan suasana hati tak nyaman. Aku memutuskan untuk tidak membalas pesan Mas Abi yang dia kirimkan 30 menit yang lalu."Lo mau langsung keatas? Gue mau bikin kopi. "Ujar Satya sebleum dia berjalan ke dapur."Iya. "Jawabku singkat dan langsung menaiki anak tangga untuk ke lantai dua.Kamar Mas Abi yang ada di tengah tertutup. Setidaknya aku masih aman dan bisa tidak bertemu Mas Abi."Cantik. "Aku tertegun. Tanganku tak jadi membuka kenop pintu kamarku. Aku menoleh dan mendapati Mas Abi sudah ada di depan kamarnya."Ehm mas, belum tidur? "Tanyaku basa-basi. Mas Abi menggeleng."Belum, abis dari mana? "Tanya Mas Abi balik."Abis ngopi mas sama temen. "Jawabku tentu saja berbohong.Pertama aku makan mie dan teh hangat bersama Satya. Kedua Satya bukan temanku."Oh gitu, kirain kemana tumben banget keluar malem. Yaudah istirahat gih, mas juga mau istirahat. "Ujar Mas Abi sembari tersenyum. Dia lalu kembali masuk kamarnya.Belum sempat aku masuk kamar suara langkah kaki
Aulia melempar ponselnya ke pintu. Ponsel itu hancur tak bersisa. Aulia benar-benar marah. 2 tahun dia menjalin kasih dengan Abisatya dan laki-laki itu bukannya melamarnya malah selingkuh dengan perempuan tak jelas darimana.Dan cukup! Malam ini dia akan memutuskan hubungannya.Aulia mengganti pakaiannya dan keluar kamar.Hening.Dirumah sebesar ini dia hanya tinggal dengan mamanya. Kedua orangtuanya sudah bercerai beberapa tahun yang lalu. Papanya, Nick Aileen sudah menikah dengan Mami Sofia, lima tahun yang lalu. Melahirkan adik untuk Aulia yang bernama Selena."Bi aku pergi dulu. Mama mana? "Tanya Aulia dan mengambil kunci mobilnya."Ibu baru berangkat non, katanya mau makan malam. "Jawab bi Nina, pembantu yang sudah mengabdi lama pada keluarga itu.Bi Nina lah yang sering menemani Aulia di rumah karena semenjak bercerai mamanya menjadi seorang yang gila kerja."Yaudah aku berangkat. Bibi gausa tungguin aku balik ya. Bye bi. "Pamit Aulia dan keluar rumah. Dia mengendarai mobilnya k
Aulia POV"Jadi nanti malem aku harus ketemu sama om Fabian? "Tanyaku sekali lagi. Mama mengangguk. Aku minum kopi didepanku. Sudah tiga hari aku kembali ke rumah dan mencoba berdamai seperti saran dari papa."Iya, dia punya anak seumuran sama kamu. Tua dia dikit kayaknya. "Ujar mama dan memerhatikan perubahan mimik mukaku. Aku menghela nafas. "Oh. Dia juga dateng nanti? "Tanyaku pasrah. Mama mengangguk. Aku melanjutkan sarapanku. "Namanya Abimana kalo gak salah. "Ujar mama membuatku semakin kesal. AKu tidak peduli mas, sma sekali tidak peduli!Aku menghabiskan rotiku dengan cepat. Mama juga ikut menghabiskan sarapannya. "Yaudah aku berangkat dulu ma. "Pamitku dan beranjak keluar rumah.Lama-lama dirumah memuakkan. ...Fabian siapa tadi nama calon mama? Bodohnya aku tak bertanya lebih lanjut. Aih tapi apa peduliku? Mungkin papa benar, sudah waktunya mama memiliki dunia baru dan pasangan baru. Masalah janji itu... bukankah memang sudah biasa janji diingkari?Aku tersenyum miris.
"Sayang ini baju kamu. Coba deh dipake. Kalo ada apa-apa mama bisa ke penjahitnya lagi. "Ujar mama begitu aku sampai rumah.Belum juga aku istirahat mama sudah memberondongku dengan baju. Sepertinya mama sangat antusias untuk menikah dengan mantan calon besannya ini."Ntar dulu ya ma. Aku capek banget. Hari ini kepala koki gak dateng. Aku jadi ke dapur. "Jawabku malas. Mama menghela nafas. "Aulia mama tau kamu tidak setuju mama menikah. Tapi tolong jangan kekanakan. "Tandas mama membuat amarahku naik. Bukan itu sejujurnya. Aku hanya capek. Kenapa mama berspekulasi sampai kesana?Aku tak menghiraukan mama dan berlalu ke kamar."Aulia dengerin mama! "Aku menutup pintu dengan keras. Kuhempaskan tubuhku di ranjang. Kenapa mama harus menuduhku seperti itu disaat aku sudah mulai rela mama menikah lagi? Dan kenapa harus menikah sekarang disaat suasana hatiku tak baik-baik saja? Kenapa harus dengan Om Fabian?Baiklah jika mama menuduhku seperti itu, lebih baik aku mengikuti tuduhan mama k
"Pak saya sudah di rumah sakit, anak bapak ada diruangan mana ya? "Tanyaku pada Pak Dimas, kepala koki di restoranku. "Oh baik pak. Saya kesana. "Ucapku dan beranjak dari lobby rumah sakit. Sore ini aku menepati janji menjenguk anak Pak Dimas yang sudah satu minggu terbaring sakit. Sayangnya aku sendiri kesini. Bianca tak bisa menemaniku.Aku menekan tombol di lift. Lantai 3.Ting!Aku keluar dari lift. "Aulia. "Panggil seorang laki-laki yang membuatku menoleh.Mas Abimana.Lagi?!"Hai. Ngapain disini mas? "Tanyaku basa-basi. "Aku kerja disini Li. "Jawab Mas Abimana. Aku menatapnya badannya yang berbalut jas putih. Oh jadi Mas Abimana itu seorang dokter. "Dokter Abi. "Panggil seorang suster. "Dipanggil profesor Wina di ruangannya. "Ujarnya saat sudah didepanku dan Mas Abimana. "Ya terimakasih. Li, aku pergi dulu. "Pamit Mas Abimana dan kubalas dengan anggukan.Aku kembali meneruskan langkahku ke ruangan anak Pak Dimas. Mas Abi, kenapa kita ketemu terus?tapi kurasa lebih baik
Aulia benar-benar pulang. Apalagi ketika papanya juga meminta dia untuk menemui mamanya terlebih dahulu."Bu ditunggu sama orang dibawah. "Kata Bianca pada Aulia yang sedang menyelesaikan pekerjaan di dapur. "Siapa Bi? "Tanya Aulia tanpa menoleh. Dia masih asyik mengecek persediaan daging di ruang penyimpanan. Sementara itu Bianca berdiri didepan pintu ruangan penyimpanan. "Yang tadi makan siang sama ibu. "Jawab Bianca. Pergerakan Aulia terhenti. Dia menengok jam di tangannya. Jam 9 malam. "Suruh tunggu Bi. Kamu siap-siap pulang juga. "Instruksi Aulia dan mempercepat pekerjaannya.Abimana sudah menunggu didepan. Aulia kembali ke ruangannya untuk mengambil tas baru ke bawah. Abimana sudah duduk di kursi kosong karena restoran sudah tutup sejak satu jam yang lalu. "Maaf mas aku ada kerjaan dan gak buka hp. Jadi gak tau mas nelfon berkali-kali. "Ucap Aulia saat dia sudah ada didepan Abimana. "Iya gak papa. Udah siap pulang? "Tanya Abimana. Aulia mengangguk. Aulia sudah meningg