Keesokan harinya, hari dimana seleksi tahap kedua dimulai. Sekitar 20 orang lolos ke tahap wawancara. Satu per satu dari mereka dipanggil untuk memasuki ruangan, kemudian tiba nama seorang perempuan dipanggil.
“Ibu Dewi Lasmana, silahkan untuk memasuki ruangan.” ucap perempuan yang bertugas memanggil calon karyawan. Yang dipanggil bangkit dari tempat duduk dan berjalan dengan percaya diri memasuki ruangan.
Dewi membungkukkan badan dengan hormat, sebelum duduk di hadapan para penguji. Disana sudah duduk Satya dengan sekretarisnya, Nata.
“Selamat pagi, Ibu Dewi. Selamat sudah lolos dari ujian tertulis dengan skor tertinggi.” Nata mengawali pembicaraan, sedangkan Satya hanya terdiam memandangi wajah Dewi.
Dia lebih cantik dari yang terlihat di foto, Pandangan Satya terfokus pada bibir tipis milik Dewi yang berwarna merah ranum, mengingatkan Satya pada buah ceri. Dan entah mengapa membuat Satya penasaran, apakah rasanya seenak penampilannya.
Lamunan Satya dihancurkan oleh Nata dengan menyenggol sikunya cukup keras,”Pak, mohon fokus untuk wawancaranya. Jika Bapak hanya melongo, silahkan untuk keluar.” bisik Nata dengan kesal. Satya hanya merespon dengan cengiran.
“Terimakasih, Pak.” jawab Dewi yang membuat fokus Nata kembali ke wawancara.
"Perusahaan kita sedang membutuhkan sekretaris dengan segera. Apakah Ibu bisa beradaptasi dengan cepat?"
"Iya, Pak. Saya bisa beradaptasi dengan cepat. Sebelumnya, saya sudah pernah bekerja sebagai sekretaris."
"Mungkin gaji yang diberikan oleh perusahaan kita, tidak sebesar yang diberikan oleh tempat anda bekerja dahulu. Apa tidak masalah?"
"Iya. Saya tidak masalah, Pak." jawabnya dengan tersenyum.
Senyum Dewi barusan membuat Satya menjadi terpaku sesaat. Satya menggumam bahwa Dewi terlihat lebih cantik ketika sedang tersenyum. Gumaman yang terdengar oleh Nata dan direspon dengan menginjak kaki Satya, sebagai peringatan terakhir.
"Berdasarkan pengalaman bekerja yang Ibu cantumkan disini, tertulis bahwa Ibu sudah bekerja selama 5 tahun sebagai sekretaris pribadi. Apakah ada alasan tertentu, Ibu memilih resign dan bekerja disini?”
“Ah, sebenarnya saya dipecat secara sepihak oleh perusahaan sebelumnya.” Dewi tersenyum canggung, ia yakin pertanyaan ini akan datang padanya.
“Apa yang menyebabkan anda dipecat?”
“Saya terlibat kekerasan, Pak.” ucapnya tanpa ragu yang membuat raut muka Satya dan Nata berubah. Melihat perubahan itu, Dewi mengeluarkan selembar kertas dari tasnya dan memberikan kepada mereka.
Isi kertas tersebut berupa surat tuntutan yang dilayangkan oleh Dewi karena mengalami pelecehan seksual oleh atasan sebelumnya. Gugatan tersebut dibalas oleh perusahaannya dengan memberi gugatan yang lain. Dewi digugat melakukan pencemaran nama baik serta kekerasan. Yang menyebabkan Dewi dipecat secara sepihak oleh perusahaan sebelumnya.
Satya yang melihat surat gugatan tersebut, entah mengapa merasa marah. Padahal ia belum tahu apakah Dewi berbohong atau tidak, dirinya juga belum mengenali Dewi dengan baik. Fakta bahwa perasaannya kali ini serasa dimainkan membuat Satya kesal. Dia adalah orang yang sangat logis, setidaknya sebelum Dewi datang.
“Mengapa anda bisa terlibat kekerasan, Bu?” tanya Nata lebih lanjut.
“Saya hanya sekadar melakukan self - defense. Mantan atasan saya dengan sengaja meraba kemudian meremas paha saya ketika sedang rapat. Saya yang saat itu sedang fokus ke arah rapat, reflek menampar atasan saya sendiri. Dan kejadian tersebut disaksikan semua orang di ruangan.”
Dewi menghela nafas, kemudian melanjutkan perkataannya,”Segera setelah saya pulang bekerja, saya melayangkan tuntutan atas tindakan pelecehan seksual ketika bekerja. Dan sesuai yang saya duga, perusahaan mengajukan tuntutan balik atas pencemaran nama baik dan kekerasan yang sudah saya lakukan. Hasil dari persidangan sudah ditentukan, saya kalah. Dan sebagai hasilnya saya dikeluarkan secara sepihak dari perusahaan”
“Baik Ibu Dewi. Secara keseluruhan, kualifikasi Ibu memenuhi standar yang kami butuhkan saat ini. Karena itu mohon ditunggu kabar selanjutnya dari kami. Terimakasih atas waktunya.” Nata mengakhiri sesi wawancaranya, karena rasa penasarannya sudah terbayar.
“Terimakasih kembali, Pak. Saya izin pamit terlebih dahulu.” Dewi pun segera beranjak pergi keluar dari ruangan.
“Bagaimana menurutmu, Bos?” tanya Nata penasaran, karena sedari tadi si bos tidak berbicara sama – sekali. Padahal sebelumnya dia bilang, ingin ikut mewawancarai calon karyawan.
“Hmm.. biasanya aku akan langsung menolak karyawan yang dipecat karena memiliki masalah dengan perusahaan sebelumnya. Pengecualian untuk ini, tolong cek kebenaran masalahnya.” jawabnya dengan santai.
“Bos, anda sehat kan? Tidak demam? Mau saya panggilkan dokter?”
“Hentikan, aku baik – baik saja.” Satya memutar bola matanya kesal
“Tidak seperti biasanya. Apa ada alasan tertentu?”
“Tidak ada. Hanya berdasarkan insting saja, kalau dia adalah karyawan yang kompeten.” jawab Satya yang tidak memuaskan rasa penasaran Nata.
“Jangan – jangan anda jatuh cinta pada pandangan pertama?” Nata tidak hentinya memborbardir Satya dengan pertanyaan, yang lama – kelamaan membuat Satya kesal.
“Tidak mungkin. Jangan bertanya lagi, kamu membuatku pusing.”
“Ah, jadi benar, anda jatuh cinta dengannya. Bos kita memang sudah dewasa, sudah bisa jatuh cinta dengan perempuan.” ucapnya dengan terharu, sambil berpura – pura mengusap air mata. Alhasil, membuat Satya menjadi marah.
“Hentikan! Aku akan pergi, lanjutkan tugasmu mewawancarai sampai akhir.” Satya beranjak dari kursi dengan wajah bersungut – sungut.
“Bos kita sudah besar, dia sudah bisa jatuh cinta pada pandangan pertama.” ejeknya kembali.
Yang kemudian mendapatkan lemparan bolpoin dari Satya. Setelah melemparnya, Satya menggumamkan kata – kata seperti umpatan, lalu beranjak pergi dari ruangan.
Nata menyeringai senang, sudah seperti prestasi tersendiri jika membuat Satya yang biasanya tenang, menjadi marah.
Nata segera menyelesaikan sesi wawancara, setelah Dewi Lasmana tadi, tidak ada calon sekretaris yang menarik. Semuanya hampir sama, tidak ada yang sesuai harapan Nata. Tidak ada yang bisa dilakukan selain mengecek ulang background Dewi Lasmana, jika mau mendapat sekretaris seperti yang diharapkan.
Setelah berbagai masalah yang terjadi, tiba akhirnya Nadrika Group meluncurkan produk mereka. Hari ini adalah hari perdana peluncuran produk, tampak sebagian besar dari karyawan memasang wajah cemas, terutama Dewi. Nama baik serta karirnya bergantung pada keberhasilan proyek yang ia pimpin. Kabar baik pun berhembus ke perusahaan mereka, produk yang diluncurkan sukses besar. Ketenarannya bahkan melebihi produk tiruan milik Perusahaan X. Ucapan Satya terbukti benar, mengenai sebaik apa pun produk tiruan, tidak akan menyamai yang asli. Pemesanan terus melonjak per jam nya, mengalahkan produk tiruan tersebut. Hasil kerja keras para karyawan tidak berakhir sia - sia, mereka akhirnya bisa bernafas lega. Meskipun begitu, masih ada orang yang membenci Dewi dan berharap ia dikeluarkan dari perusahaan. Masih ada orang yang membicarakannya di belakang, tetapi tidak sebanyak dahulu. "Bukankah ini mencurigakan? Dia melakukan semua ini semata - mata untuk men
Dewi yang di dampingi oleh Andini mengadakan pertemuan mendadak dengan para pemimpin divisi dan bagian. Terlihat dengan jelas wajah mereka yang berlipat kesal, karena yang memimpin saat ini adalah orang yang digosipkan."Kenapa kamu memanggil kami? Kami sibuk dengan banyak pekerjaan, tidak sempat untuk meladeni omongan pengkhianat." teriak salah satu dari mereka dengan nada tinggi.Andini yang melihat hal tersebut mengepalkan tangannya, yang kemudian ditenangkan oleh Dewi dengan senyuman."Saya mengetahui bahwa banyak yang percaya kalau saya yang membocorkan proyek terbaru kepada perusahaan saya yang lama. Saya ingin menegaskan bahwa hal tersebut tidaklah benar. Karena masalah ini menyangkut nama saya, saya yang akan menyelesaikannya." ucapnya dengan tenang."Omong kosong! Memangnya apa yang kamu bisa lakukan!" Laki - laki tersebut berteriak kembali."Saya-""Kami tidak percaya kepadamu." potongnya yang direspon oleh anggukan kebanyakan oran
Keesokan harinya suasana kantor menjadi chaos,gosip mengenai Dewi yang menggoda Satya tersebar luas di kalangan para pegawai, terutama perempuan. Kebencian yang ditujukan kepada Dewi semakin membesar, mereka pun diam - diam melakukan petisi untuk mengeluarkan Dewi dari perusahaan.Ketika Dewi datang bekerja, bisik - bisik menemaninya sepanjang hari. Ejekan dan hinaan terus dilontarkan tanpa henti. Dewi yang tidak mengetahui kenapa ia diperlakukan seperti itu mencoba untuk tidak peduli.Baginya itu hanya gosip yang tidak terbukti jelas kebenarannya. Di sini, ia hanya fokus untuk bekerja, tidak ada yang lain. Namun semakin ia mengabaikannya, intensitas bullying menjadi semakin buruk.Puncak kejadian tersebut akhirnya terjadi ketika Dewi sedang berada di kamar mandi dan mendengar diam - diam bahwa para karyawan lain sedang mengumpulkan petisi untuk mengeluarkan dirinya dari perusahaan."Apa yang sedang kalian bicarakan?" Dewi akhirnya
Setelah selesai rapat tadi, tugas Nata dan Dewi bertambah banyak. Mereka berdua bekerja keras agar pekerjaan selesai tepat waktu. “Dewi, minta tolong berikan ini kepada Satya.” ucap Nata sambil menyerahkan beberapa kertas kepada Dewi,”dan minta kertasnya kembali.” lanjutnya tanpa mengalihkan pandangan dari kertas yang dibacanya. “Baik, Pak.” Dewi menerima kertas tersebut lalu segera memasuki ruangan Satya. Di dalam ruangan, Satya tak kalah sibuknya. Tangan kiri memegang telefon, sedangkan tangan kanannya mengetik dengan cepat. Dia sampai kagum sendiri ketika melihat Satya bekerja. Merasa ada yang melihatnya, Satya mengalihkan wajahnya ke depan dan terlihat Dewi sedang memandangi dirinya dengan intens. Dengan reflek tangan kirinya langsung mematikan telefon. “Dewi, ada apa?” “Pak Nata menyuruh saya untuk memberikan ini, Pak.” Dewi menyerahkan lembaran – lembaran kertas kepada Satya. “Hmm.. tunggu sebentar. Saya akan mengeceknya.
Para karyawan dari setiap divisi berkumpul di aula rapat. Sebagian besar dari mereka tidak mengetahui alasan terjadinya rapat mendadak. Bahkan kepala divisi pun tidak tahu, mereka menebak – nebak alasan dilakukannya rapat di tengah kesibukan menyiapkan proyek baru.Kemudian datang Satya dengan didampingi kedua sekretarisnya, Nata dan Dewi. Nata berdiri di samping Satya di depan, sedangkan Dewi memilih duduk berbaur di antara yang lain.Nata segera mempersiapkan file yang akan dimunculkan dalam layar LCD di depan. Dalam waktu sesingkat itu, ia berhasil menyusun presentasi yang cukup baik.“Selamat sore, teman – teman. Mohon maaf, menganggu kesibukan kalian,” Satya menjeda ucapannya dan melihat keseluruh ruangan rapat,”ada kabar buruk mengenai proyek terbaru kita kali ini.”Setelah ucapan Satya selesai, Nata memunculkan berita mengenai perusahaan saingan yang menluncurkan produk baru. Mereka semua langsung terkejut, sekal
Setelah waktu istirahat selesai, para karyawan kembali bekerja. Kemudian Nata pergi memperkenalkan Dewi sebagai sekretaris baru kepada karyawan lain dari setiap divisi. Setelah berkunjung dari satu divisi ke divisi yang lain, mereka berdua tiba di divisi terakhir, yaitu divisi pemasaran. “Selamat siang semuanya. Perkenalkan ini adalah Dewi Lasmana, sekretaris baru yang bekerja di perusahaan kita.” Dewi pun membungkukkan kepalanya sedikit, lalu memandang suasana kantor divisi pemasaran. Mereka semua terlihat memperhatikannya dengan saksama. Dewi pun tersenyum manis, lalu berkata,”Selamat kenal semuanya. Tolong kerjasama untuk ke depannya.” Diantara para karyawan tersebut, Neta memandang Dewi dengan tatapan dingin. Mencoba menyangkal kenyataan bahwa Dewi lebih cantik daripada Dilla. Setelah mereka berdua pergi, Neta tersenyum sinis. “Ck, karyawan baru kok datangnya terlambat.” sindirnya sambil melihat punggung Dewi yang semakin menjauh.