FLASHBACK"Sayang."Laki-laki tampan itu menoleh, dengan langkah cepat Anastasia mendekatinya lalu memeluknya dari belakang."Tunangan aku kok wangi banget, habis mandi ya?" Tanya Anastasia menghirup dalam kaos oblong putih yang dipakai laki-laki yang sudah bersamanya bertahun-tahun.Aroma favoritnya,"Kamu baru pulang? Gimana kuliahnya, kamu harus lulus tahun ini, emangnya kamu gak mau ikut Aku ke Landon buat nerusin kuliah Aku." Sahut laki-laki yang tak lain adalah Nathan, dia berbalik mengubah posisi memeluk gadisnya.Menghelus lembut rambut panjang gadis yang sangat berarti untuknya,"Iya, aku sudah berusaha keras kok, aku pasti Lulus tahun ini." sahut Anastasia dengan semangat,Nathan tersenyum, menghusap hidungnya dengan hidung Anastasia. "Jadi cuti dulu ya dari blog dan desain kamu. Om Nugroho gak akan bilang yes kalau kamu belum lulus.""Daddy pasti bilang yes buat aku, kamu gak perlu khawatir." sahut Anastasia, dia lebih mengenal Ayah-nya lebih daripada yang lain. Dia tau, ji
ANASTASIA POVRock bar, Ayana Resort, Bali.Aku masih menatap Eder yang dengan santainya duduk celingak-celinguk memperhatikan sekitar, aku masih tidak bisa percaya beberapa saat yang lalu dia menarikku pergi dari acara makan malam keluarga.Setiap kali mengingat hal itu jantungku masih berdegup kencang hingga sekarang.iPhone-ku kembali berbunyi, entah sudah keberapa kali Mbak Rini menghubungiku."Gak mau diangkat aja?" tanya Eder dengan santai sambil mengetuk-ngetuk meja dengan jamarinya, menikmati alunan DJ yang diputar. Seakan tidak ada beban.Apa-apaan itu?Apa dia tidak merasa bersalah?Liat dia baru saja membuat masalah tapi dia bisa sesantai ini dan pura-pura tidak terjadi apa-apa."Kamu sadar gak sih, kita habis ngapain."Aku benar-benar ingin memukul wajah sok bodohnya itu, pelanga-pelengo benar-benar tidak menyadari perbuatannya, "Memangnya apa?""Oh god.. Mr Eder, are you kidding me?" Aku berdiri dari tempat dudukku, sebal bukan main dengan tingkahnya."Ayo pulang!" sahutk
ANASTASIA POVAku membuka pintu mobil lalu menutupnya kembali dengan keras, mencoba untuk melampiaskan rasa kesal. Aku marah, dan merasa sangat bodoh, sekaligus malu.Mengepal tanganku erat. Aku ingin memukul sesuatu, mencabik apapun hingga tidak tersisa.Mencoba mengatakan pada dunia kalau aku tidak merasa baik-baik saja.Sulit merasa untuk baik-baik saja."Anastasia!" panggil seseorang yang ku tahu siapa,Aku mendengus, nafasku tidak teratur karena emosi yang tak terbendung. Aku hanya berdiri mematung beberapa langkah didepan villa tanpa berniat berbalik melihatnya.Beberapa lampu sudah padam menandakan bahwa pesta makan malam sudah selesai, hanya ada beberapa pekerja yang terlihat merapikan tatanan meja yang ada.Eder sialan!Tanpa sadar aku memakinya.Seseorang menarikku tanganku, merengkuhku erat.Dia adalah orang yang baru saja kumaki, aku tidak menyadari dia berjalan mendekatiku tadi.Aku berusaha mendorongnya tapi dia malah memelukku semakin erat. Berangsur-angsur amarah itu m
EDER POVHari H, hari pernikahan yang ditentukan.Entah kenapa aku menghela nafas, merasa perasaan berat yang aneh menyeruak di dada.Aku membenarkan dasi kupu-kupuku. Tuxedo bridesmaid, aku tidak pernah berfikir akan memakai perlengkapan seperti ini, tidak pernah berfikir bahwa aku akan menjadi pengiring pengantin seseorang mengingat aku tidak punya cukup teman baik untuk hal seperti ini, tapi ternyata takdir berkata lain.Aku menjadi bridesmaid Ibu kusendiri.Aku tersenyum kecut menyadari fakta tersebut, Mom memang belum tua untuk menikah lagi, tapi Apa itu diperbolehkan? Bukan, itu bukan pertanyaan yang tepat, Apa tidak terdengar lucu wanita berusia hampir setengah abad untuk menikah lagi? Bagiku itu terdengar seperti bualan.Well, sejak dulu Mom memang tidak pernah merasa bahagia, aku masih ingat bagaimana mereka bertengkar, menyalahkan dan mengatakan jika hidup bersama adalah sebuah kesalahan besar dan membuat Mom tidak bahagia.Entah itu benar karena tidak bahagia? Atau menuntut
REVERIE POV"Ana."Aku berbalik begitupun Eder yang berjalan beriringan denganku,NathanNathan berdiri beberapa meter didepanku, matanya menatap tajam diriku dan Eder bergantian."Kamu mau kemana?" tanyanya, berjalan mendekatiku dan Eder yang masih mematung tanpa menyahut, "Kamu mau pergi kemana? Memangnya acara pemberkatan sudah selesai?" tanyanya lagi, ada nada ketus diakhir kalimat membuatku mengernyit tak mengerti.Nathan marah?Apa yang membuatnya kesal?Aku melirik Eder yang menatap Nathan dingin, seakan tak berniat untuk menjawab pertanyaan yang Nathan berikan.Aku berdaham singkat, mencoba memecahkan keheningan, "Ini aku mau cari minum sama Eder." jawabku agak ragu.Nathan kembali menatapku, sengit, "Kamu kira aku bodoh." tanpa aba-aba dia meraih tanganku, menariknya sedikit kencang, membuatku mau tidak mau berdiri disampingnya.Tangan Nathan mencengkram tanganku erat, "Daddy kamu masih ada di Chapel dan kamu mau kelayaban entah kemana, kurang perginya?"Aku menatapnya tida
REVERIE POV"Ana."Aku berbalik begitupun Eder yang berjalan beriringan denganku,NathanNathan berdiri beberapa meter didepanku, matanya menatap tajam diriku dan Eder bergantian."Kamu mau kemana?" tanyanya, berjalan mendekatiku dan Eder yang masih mematung tanpa menyahut, "Kamu mau pergi kemana? Memangnya acara pemberkatan sudah selesai?" tanyanya lagi, ada nada ketus diakhir kalimat membuatku mengernyit tak mengerti.Nathan marah?Apa yang membuatnya kesal?Aku melirik Eder yang menatap Nathan dingin, seakan tak berniat untuk menjawab pertanyaan yang Nathan berikan.Aku berdaham singkat, mencoba memecahkan keheningan, "Ini aku mau cari minum sama Eder." jawabku agak ragu.Nathan kembali menatapku, sengit, "Kamu kira aku bodoh." tanpa aba-aba dia meraih tanganku, menariknya sedikit kencang, membuatku mau tidak mau berdiri disampingnya.Tangan Nathan mencengkram tanganku erat, "Daddy kamu masih ada di Chapel dan kamu mau kelayaban entah kemana, kurang perginya?"Aku menatapnya tida
EDER POVAku sama sekali tidak menikmati pesta ini, terlalu ramai, tidak ada yang kukenal, dan tidak ada yang bisa diajak bicara.Jangan tanya dimana Earl? Aku tidak melihatnya selain di Chapel pagi tadi.Lalu dimana Anastasia?Gadis yang biasa cerewet dan antusias untuk memperkenalkan aku dengan kerabat-kerabatnya.Mataku langsung memandang lurus kedepan, melihat gadis yang tampak asyik sendiri bercanda dengan anak kecil yang tak lain adalah keponak-keponakkannya.Aku mendengus lucu tanpa sadar,Apa dia tidak menyadari umurnya? Kenapa dia lebih memilih untuk berkumpul dengan anak-anak? Sepupu sebayanya cukup banyak dan dia memilih untuk berada disana.Aku sedikit terkejut saat pandangku bertemu dengan Arcila, ya gadis kecil itu juga ada disana. Aku tersenyum sekenanya, lalu melambaikan tangan padanya.Menyebalkan, Anastasia seolah tahu kontak mataku dengan Arcila, dia memegang tangan Arcila saat menyadari gadis kecil itu ingin membalas lambaian tanganku.Terlihat tidak suka, dengan
EDER POVAku melirik kotak bludru yang masih tergeletak diatas kasur tak berdaya, persis disampingku.Earl tidak berniat membantu memberikan kotak itu pada Mom. Ya, Earl sudah pergi beberapa menit yang lalu setelah dia mengetahui fakta yang mungkin akan membungkamnya seumur hidup.Menyedihkan, tapi apa boleh buat, pada akhirnya seburuk apapun itu dia akan mengetahuinya.Ya, dia harus mengetahuinya.Aku memejamkan mataku, mengingat kembali wajah pucat Earl saat mengetahui fakta yang mungkin tidak pernah terbayangkan sebelumnya.Sebenarnya, aku tidak mau membuat Earl mengetahui semuanya. Secara tidak langsung itu menyakitinya tapi apa boleh buat, kondisiku masih tidak begitu stabil untuk apapun alasan yang membuatku harus menyembunyikan keadaan yang sebenarnya..Pembicaraan mengenai keluarga terlebih orang tua, membuatku merasa buruk dengan alasan yang jelas.Perbedaan kasih sayang dan perlakuan.Itu semua sumber rasa sakit setiap manusiakan?Dibeda-bedakan untuk setiap hal,Pembicaraan