Atlanta bangun dalam posisi tengkurap. Ternyata luka di punggungnya terasa jauh lebih perih saat terkena air sabun. Dalam hati Atlanta menyesal karena seharusnya ia membuat Jonathan terluka lebih parah darinya.
Setelah bangun, Atlanta menggunakan bath robe kemudian duduk melamun di pinggir ranjang. Terlalu banyak hal di benaknya saat ini.
“Sayang?” Atlanta tak bisa menemukan Dylan di kamar hotel setelah Atlanta memeriksa semua ruangan yang ada.
Satu setel pakaian di atas meja makan enarik perhatian Atlanta, beserta sebuah kertas kecil di sampingnya.
“Aku pergi ke restoran bawah untuk membeli makanan kesukaanmu. Menu sarapan pesan antar hotel bukan menu kesukaanmu, jadi aku memutuskan untuk membelinya lagi.” Atlanta membaca pesan singkat yang Dylan tinggalkan untuknya.
Atlanta berdecak pelan. “Kenapa dia mau repot-repot karena aku tidak suka makanan itu?”
Atlanta segera mengganti pakaiannya menjadi pa
Dylan membuka pintu, mendapati Atlanta tengah berdiri menghadap jendela besar dan buru-buru menyimpan ponselnya.“Sayang, kau sudah kembali?” sambut Atlanta dengan seulas senyuman.Dylan menunjuk pintu di belakangnya menggunakan ibu jari. Raut wajahnya datar, tak membalas senyuman Atlanta.“Sayang, apa semalam kau terkena serpihan kaca di dekat restoran?”“Apa?” Atlanta tercengang, terkejut Dylan bisa mengetahui hal itu.Atlanta menghampiri Dylan. “Apakah sesuatu terjadi di dekat restoran?” tanyanya, pura-pura tak mengetahui hal itu.Dylan meletakkan makanan yang sudah ia beli di atas meja makan. “Toilet lantai bawah dekat restoran kacanya pecah. Lukamu hanya bisa di sebabkan oleh benda tajam.”Atlanta ber-oh ria pelan. “Karena itu kau mengira pecahnya kaca di toilet berhubungan dengan lukaku?” suara Atlanta masih tenang dan pelan.Dylan memegang lengan Atl
Dylan mengetuk-ngetuk jemari di atas meja makan hotel. Memikirkan kembali reaksi Atlanta yang sangat aneh. Atlanta bisa mengubah reaksi manisnya menjadi asam dalam waktu sekejap.“Apa Atlanta bipolar? Ah tidak, emosinya tidak seburuk itu.”Menatap makanan yang tidak sempat Atlanta sentuh, Dylan memilih membuang makanan tersebut. Suasana hatinya sedang tak baik sejak ia kembali bertengkar dengan Atlanta.“Aku baru tahu jika Atlanta bisa semarah itu. Aku sampai mengira kepribadian sinis dan dinginnya sudah hilang semenjak menikah. Ah, benar. Manusia mana yang bisa berubah dalam semalam? Kau bodoh Dylan, seharusnya kau tidak perlu menyinggungnya lagi. Tapi aku tidak bisa menahan rasa penasaranku.”“Lupakan, aku akan memasan lagi untuk Atlanta ketika sudah di rumah.”Dylan mengambil kunci mobil dan memutuskan untuk segera pulang. Takut Atlanta sudah menunggunya di apartemen.***Kegiatan Atlanta hari in
Atlanta membuka pintu kulkas, mengambil sereal kesukaannya. Kali ini Atlanta memakannya dengan susu.“Sayang, kemarilah.” Dylan menepuk sofa, menyuruh Atlanta segera duduk di sampingnya.Tanpa membantah Atlanta membawa makanan kesukaannya dan di letakkan di meja ruang tengah sebelum duduk di sebelah Dylan. Atlanta menuangkan sereal ke mangkuk susu.“Kau belum kenyang? Aku lihat tadi kau makan lebih banyak dari Valeria,” komentar Dylan.Tentu saja Atlanta masih merasa kelaparan karena seharian ini Atlanta tidak sempat makan saking sibuknya bekerja.“Aku hanya ingin mengemil. Tenang saja, aku tidak akan menjadi gendut,” balas Atlanta.Dylan mencubit pipi Atlanta gemas. “Aku tidak pernah khawatir kau gendut atau tidak. Aku hanya khawatir kau akan muntah karena terlalu kenyang.”“Tenanglah, tidak akan. Aku tahu batasanku.”Atlanta mulai melahap sereal. Selagi Atlanta makan
Dylan dan timnya mendapatkan tugas untuk mengawasi pesta mewah yang sedang di gelar di salah satu hotel mewah. Mereka mencurigai adanya spionase industri di pesta semewah ini.Zunaira di tugaskan di lapangan dan berbaur dengan para tamu undangan karena ia satu-satunya wanita yang ada di timnya. Hari ini Zunaira tampil anggun.Sementara Dylan, Orion dan yang lainnya berjaga di luar dan balik layar. Dylan bisa memantau semuanya melalui CCTV di ruang teknis khusus CCTV.“Titik B, clear,” ujar Atlanta.“Titik D, clear,” sahut Valeria dari sudut sana.“Zunaira gaun tosca pendek, ada di titik C,” kata Atlanta.Mata elang Oliver bisa menemukan keberadaan Zunaira dengan cepat. Masih memiliki dendam yang belum terselesaikan, Oliver memutuskan untuk menawarkan diri.“Zunaira? Biar aku yang bereskan.”“Dapatkan ponsel Zunaira, dia memotret aku dan Lay barusan,” perintah Atlanta.
CHAPTER 62 Sudah empat hari Atlanta duduk di depan komputer untuk menyelesaikan pekerjaan. Rasanya jari-jari Atlanta ingin patah saat ini juga. Atlanta mendesah pelan karena akhirnya tugas bagiannya sudah selesai. Atlanta adalah sebuah pilar Hilton. Posisi Atlanta menggantikan hackers hebat yang sudah pensiun delapan tahun yang lalu.Atlanta berjalan lemas dan menghempaskan tubuhnya ke sofa. Atlanta sudah kehabisan tenaga hanya untuk pergi untuk mengambil makanan layak. Mengambil ponsel, Atlanta di kejutkan dengan tiga buah panggilan tak terjawab dari Dylan. Seketika rasa kantuk Atlanta yang sudah di tahan berhari-hari lenyap seketika.“Dylan? Tumben sekali dia menelepon.”Tak ingin kembali ada salah paham, Atlanta menghubungi Dylan kembali. Kali ini tak perlu menunggu lama Dylan mengangkat panggilannya.“Sayang, maaf aku baru menyalakan ponselku.”
Hari ini Dylan pulang ke rumah setelah satu minggu bekerja. Walau Dylan hanya memiliki dua hari libur, tapi Dylan tetap bersemangat pulang ke rumah.Dylan dan Atlanta menghabiskan pagi seperti pasangan pada umumnya, memasak dan sarapan bersama. Hari ini Dylan ingin mengajak Atlanta pergi jalan-jalan. Hal yang selalu Dylan lakukan saat Dylan pulang ke rumah. Suatu hal penting yang tak boleh mereka lewatkan.Pakaian Atlanta hari ini cukup santai dan sangat sederhana, sebuah gaun hitam selutut berenda putih di bagian leher. Rambut panjang Atlanta di biarkan terurai begitu saja. Sementara Dylan menggunakan atasan berwarna biru dongker bermotif putih dan celana jeans.“Kau mau pergi ke pemakaman?” komentar Dylan melihat pakaian yang Atlanta gunakan hari ini. Di dukung dengan Atlanta menggunakan aksesoris kaca mata hitam.“Tentu saja bukan,” balas Atlanta.“Kau cantik, tapi sedikit menyeramkan. Tidak apa-apa, ayo pergi ke ba
“Leonis, sekarang berapa usiamu?” tanya Dylan lembut, mencari topik pembicaraan lain.Leonis tersenyum manis dan menunjukkan telapak tangannya. Memberi tahu jika umur Leonis sudah lima tahun saat ini. “Sebentar lagi aku akan berulang tahun ke enam. Kau harus datang jika aku merayakan ulang tahunku.”Tanpa ragu Dylan menganggukkan kepala, menerima undangan Leonis. “Beritahu aku jika ulang tahunmu akan di rayakan. Jika tidak ada kendala, aku dan Atlanta akan datang ke pesta ulang tahunmu nanti.”Sontak Atlanta dan Leondra saling bertukar pandang. Bukankah itu artinya Dylan akan berkunjung ke istana Adams suatu hari nanti?Ah, sepertinya cepat atau lambat Atlanta tidak akan bisa lari dari takdir yang sudah mengikatnya dengan keluarga Adams. Tapi sepertinya akan berbahaya jika Atlanta membawa Dylan ke sarang keluarganya.“Asik! Ayah harus mengundang Paman Dylan di hari ulang tahun aku nanti, OK?&rdq
“Kau! Kenapa sengaja menemuiku di sini? Aku kira uang kalian sudah banyak untuk menyewa satu bioskop. Aku tahu kau sengaja menemuiku, tidak ada kebetulan di dunia ini.”“Kau benar, aku sengaja menemuimu kemari,” jawab Leondra singkat. Masih sibuk dengan layar ponselnya sejak tadi.“Apa peringatan pertamaku padamu belum cukup? Kenapa kau terus mengusikku?” Atlanta mulai hilang kesabaran.Leondra menggunakan airpods di telinga mungil Leonis. Membiarkan Leonis menonton sebuah video. Leondra tak ingin Leonis mendengar percakapannya dengan Atlanta.“Aku tahu jika kau dan ayah bertengkar belum lama ini. Kalian berhasil menghancurkan kamar mandi mewah hotel Adams,” Leondra mengalihkan pembicaraan.Atlanta melipat kedua tangannya di depan dada. “Lalu? Itu bukan urusanmu.”“Aku tidak akan berhenti mengusikmu hingga kau berhenti dari pekerjaanmu.”Atlanta berdecih sinis. &l