Aroma menggiurkan yang tercipta dari satu ekor kalkun panggang menggelitik perut Audrey dan Zoya. Mereka meneteskan liur sesaat setelah kalkun tersebut dikeluarkan dari alat pemanggang. Beberapa sayatan yang sengaja dilakukan oleh Audrey akhirnya mengoyak daging yang nampak empuk dan berminyak itu.
Gadis itu lantas mengambil piring bersih yang sudah ia siapkan dan menaruh potongan daging kalkun diatasnya. Tak lupa, ia juga menaburkan bumbu tambahan agar kalkun tersebut semakin terasa lezat. Lalu sebagai pelepas dahaga, Audrey mengambil dan membuka satu botol anggur mahal berusia ratusan tahun yang ia beli secara khusus hanya untuk menjamu Zoya.
"Silahkan dinikmati, aku harap kau akan menyukainya" senyuman manis Audrey berikan ketika menuang anggur tersebut ke dalam gelas milik Zoya.
Kemudian tak perlu menunggu lama, masing-masing dari mereka segera melahap daging kalkun yang sudah ada di atas piring. Zoya terlihat begitu menikmati dan sesekali memberikan pujian
Audrey melangkahkan kaki secara perlahan, gadis itu datang dengan kedua tangan memegang kantung plastik yang penuh dengan makanan ringan. Ia memasuki ruang apartemen miliknya dan melihat Zoya tak ada ditempatnya semula. Lantas, Audrey meletakkan kantung plastik berisi makanan ringan yang ia bawa dan menoleh kearah satu pintu yang sengaja ia buka. Zoya telah masuk dalam jebakannya. Audrey Dianne hanya bisa tersenyum dan menyilangkan kedua tangannya tepat di depan dada. Gadis itu mengamati Zoya, raut wajahnya berubah, sepertinya Zoya begitu terkejut. Tak la kemudian, Zoya berbalik dan melihat kearahnya. Tingkahnya yang menunjukkan perasaan panik membuat Zoya mencoba berbasa-basi padanya. Audrey tertawa dalam hati tetapi pandangannya menunjukkan tatapan tajam. "Bagaimana jika aku mengatakan bahwa aku sengaja membuka sedikit pintu ruang koleksiku itu untukmu?" Audrey tak menjawab maupun memberikan respon apapun tentang segala sesuatu yang diucapkan oleh Zoya.
Tawa Zoya memenuhi ruang apartemen milik Audrey, sedangkan sang penyewa apartemen hanya menatap Zoya dengan tatapan serius. Apakah ucapan yang baru saja keluar dari celah mulutnya bagaikan lelucon yang lucu? "Kau adalah Audrey si babi gendut itu? Bagaimana bisa? Berapa ratus kali kau melakukan sedot lemak dan operasi wajah? Ratusan? Ribuan? Jutaan?" Zoya kembali meledek, walau sebenarnya ia begitu terkejut. "Aku bahkan datang dari masa depan! Kau tahu? Audrey anak kesayangan semesta ini diberi kesempatan yang luar biasa untuk menjalani kehidupan yang jauh lebih mudah. Lihatlah aku sekarang. Oh iya, kau butuh uang? Aku bisa memberikannya secara langsung. Uang debutku terlalu banyak untuk kusimpan dalam rekening bank" Audrey sengaja bersikap sombong. Bahkan gadis itu pergi ke kamar tidurnya dan mengambil satu kotak yang penuh dengan uang dollar. Tanpa berkata apapun lagi, Audrey menyiram wajah Zoya dengan semua lembaran uang yang ada dikotak itu. "Kau sangat me
Brrakkk!! Brrakkk!!Audrey Dianne terus saja mengejar Zoya bagaikan seorang psikopat yang telah menargetkan musuhnya, sampai pada akhirnya terdengar suara barang berat jatuh. Mengejutkan dirinya.Gadis itu seolah mendapatkan kembali alih tubuhnya, belum sadar akan apa yang terjadi. Semua ruangan gelap tak terlihat, ia pun mengambil ponsel untuk menyalakan penerangan. Audrey perlahan menuruni tangga dan melihat apa yang terjadi. Awalnya gadis itu tersentak ketika penerangan yang berasal dari ponselnya memperlihatkan sesuatu, darah pada beberapa anak tangga yang mengarah ke bawah.Anehnya Audrey tak lari melarikan diri, ia justru berjalan mendekat untuk melihat 'hal itu' dengan lebih jelas. Terlihat temannya tergeletak bersimbah darah yang mengalir dari kepalanya. Audrey segera membungkam mulutnya sendiri agar ia tak berteriak.Tak menunggu lama gadis itu segera berlari kembali keatas meninggalkan Zoya yang kemungkinan saja sudah kehilangan nyawa.&nbs
"Ini pak" Audrey memberi beberapa lembar uang dollar sebagai upah untuk sopir taksi online yang mengantarnya menuju rumah duka. Sebagian besar orang yang ada disana tentunya memakai pakaian serba hitam untuk menunjukkan suasana duka. Rumah duka yang terletak di salah satu rumah sakit terlihat dipenuhi oleh seluruh kerabat dan kenalan Zoya. Mereka semua memakai pakaian serba hitam yang beragam. Terlihat Mr. David beserta istrinya juga datang ke tempat ini dan tentunya Alberth juga turut hadir. Lelaki itu nampak menangis hebat seraya memeluk peti mati dimana Zoya terbaring disana. Audrey segera mendatanginya dan berniat untuk memeluk kekasihnya itu, tetapi Audrey justru mendapat tatapan tidak enak dari Alberth Galvin. "Alberth" panggil Audrey seraya menyentuh pundak kekasihnya secara perlahan. Alberth yang mendengar suara Audrey tepat disebelahnya segera memalingkan wajah. Entah apa yang terjadi dengannya, tak ada yang tahu. Alberth mengusap
Audrey Dianne yang berada disana turut dapat merasakan apa yang Alberth rasakan. Gadis itu merasa iba, lantas ia memeluk kekasihnya yang sedang menangis itu. Alberth kini dapat bersandar di pundak Audrey dan mencurahkan semua yang ia rasakan."Semua ini terasa menyakitkan mengingat bahwa kematiannya dekat dengan hari yang spesial bagiku" isak tangis Alberth terdengar memilukan karena ia takkan bisa merayakan hari spesial itu bersama dengan Zoya (lagi).Ucapan itu lantas membuat Audrey tersadar bahwa bulan Maret merupakan bulan kelahiran lelaki itu. Zoya sempat tak mengingatnya, sebab terlalu banyak hal yang terjadi di bulan ini.Bulan ini sangat berat, banyak cobaan yang harus dihadapi. Suka dan duka yang berjalan seiringan membuat perasaan begitu campur aduk, dan kini semua diwarnai dengan tangis akan kepergian Zoya. Lelaki itu telihat lebih terpukul dari pada siapapun.Baiklah, ini terakhir kalinya Audrey melihat Alberth menangis, sebab bagaimanapun car
"Mobil ini? Apakah itu tak terlalu berlebihan?" pekik Marlyn ketika melihat mobil yang Audrey tunjukkan melalui salah satu web di internet. "Ayolah, lagipula dengan mobil ini lelaki itu bisa menjemputku kapan saja. Aku tahu Alberth sangat menginginkannya, tetapi ia tak mampu membelinya sebab gaji yang tak terlalu besar" bukan bermaksud merendahkan, Audrey hanya membeberkan fakta bahwa Alberth selalu mengeluh bahwa uang bulanannya selalu kurang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Walau Audrey sendiri tak tahu berapa penghasilan Alberth. "Baiklah, jika kau mampu dan tak merasa keberatan, silahkan saja" Marlyn membiarkan Audrey melakukan apa saja yang gadis itu inginkan. "Tenanglah, aku menyisihkan semua uang yang kudapat sebagai model majalah, walau itu belum cukup untuk melunasinya sekaligus, tetapi uang itu bisa digunakan untuk melakukan pembayaran di muka" Audrey begitu bersemangat mencari uang dan berhemat selama satu tahun ini hanya untuk mewujudkan cita-ci
20 Maret 2020 - Studio Pemotretan LF Agency"Lebih baik angkat lengan kananmu sedikit" seorang pria tua yang berdiri dibalik kamera mahal memberikan saran untuk memperbaiki pose seorang gadis yang berdiri dihadapannya."Begitu lebih baik, 1 ... 2 ... 3 ..." sesaat setelah hitungan mencapai angka tiga, kilatan cahaya terang yang menyilaukan muncul dari kamera itu.Audrey kini dapat menggerakkan kembali tubuhnya dengan bebas setelah melakukan beberapa pose berbeda. Gadis itu kemudian melangkah menuju ke salah satu monitor dan melihat hasil foto yang ditangkap oleh kamera pria tua itu.Semua orang yang ada di sana tentunya memuji hasil foto yang keluar, Audrey tampak begitu anggun dengan gaun pendek yang ia kenakan tetapi gadis itu juga nampak memunculkan aura kuat ketika memakai pakaian yang tak feminim."Aku tak percaya dengan ini, Audrey nampak seperti dua orang yang berbeda" komentar wanita setengah baya yang bekerja di salah satu perusahaan
Prankk!!Serpihan kaca bertebaran disekeliling kaki Audrey dan menggores lengannya yang mulus. Walau luka tersebut tak dalam sama sekali namun tetap saja terasa pedih.Kejadian tiba-tiba yang tak disangka ini membuat Audrey dan pria yang mendekapnya merasa terkejut. Kedua orang tersebut segera menoleh untuk mengetahui pelaku yang membuat kekacauan itu."Lepaskan kekasihku bajingan mesum!" Alberth yang entah dari mana datang dengan wajah merah padam, sudah jelas bahwa ia merupakan pelaku yang melempar gelas kaca tersebut ke dinding terdekat.Lagi-lagi seperti diberi sebuah kejutan, jantung Audrey berdebar kencang ketika melihat sikap Alberth yang begitu berani memukul wajah pria asing yang mendekapnya itu.Alberth terlihat begitu berbeda ketika emosi menguasai dirinya. Tentu saja, siapa orang yang tidak merasa kesal saat melihat kekasih yang ia cintai di dekap oleh pria asing? Dan emosi Alberth yang membara berhasil membuat wajah p