Share

46. To the poin

Mereka menoleh cepat ke arahku. "Anyelir ...." Lirih, namun masih bisa kudengar suara itu keluar dari bibir Dokter Megan yang menatapku entah.

Aku pun berjalan mendekati Nizam yang masih terbaring, lemas seperti tak ada daya. Mereka tampak memberi jalan. Kulihat infus sudah terpasang. Namun, Nizam masih tertidur pulas. Menangis pun tidak. Membuatku semakin was-was.

"Apa anak saya pingsan? Kenapa dipasang infus yang sudah pasti sakit sekali masih tidak bangun?" tanyaku sambil terus menyeka air mata yang keluar terus dari sudut mata ini tanpa jeda.

"Tenang, Bu, tadi bangun, kok, nangis sebentar. Sudah ditenangkan sama dokter Megan," terangnya, aku menoleh sekilas pada dokter Megan yang tersenyum samar di sebelahku. Kami memang dekat di dunia maya, namun saat bertemu, entah, canggung itu masih begitu kentara. Membatasi hubungan pertemanan yang terjalin hanya lewat WA.

"Terima kasih," ucapku menundukkan wajah. Ia mengangguk pelan.

"Sekarang kita bisa bawa ke kamar, Bu," ujar petugas yang
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status