Nasib si Bungsu(Saat masa jaya orang tua telah habis)Part 13"Mau kemana Sup?" "Yusup mau lihat dulu, itu Ibu apa bukan!"Ceklek.Pintu terbuka.Ternyata benar, orang yang tadi kulihat dari kaca jendela adalah Ibu. Ibu terbaring lemah, tubuhnya menggigil kedinginan. Aku mengedarkan pandangan mencari sosok yang sudah membawa Ibu sampai ke sini.Akan tetapi tidak ada sesuatu yang aku curigai"Ibu,""Bu,""Ibu,"Ibu tidak menyahut, bibirnya bergetar menahan hawa dingin yang ia rasa.Langsung kugendong Ibu masuk ke dalam, lalu memasangkan selimut tebal agar tidak terlalu kedinginan."Yusup, itu benar Ibumu?" Bapak masih tidak percaya."Iya Pak, sepertinya Ibu sakit."Bapak mulai mendekati Ibu."Kok bisa ada di sini?""Yusup juga gak tahu Pak.""Heh, kenapa kamu, sakit?" Bapak mengguncang keras tubuh Ibu."Iya, aku sakit," Ibu menjawab dengan suara bergetar.Aku menyiapkan secangkir minuman hangat untuk Ibu."Bu, bangun, minum dulu!"Kubantu ia untuk bangun lalu menyandarkan tubuhnya
Nasib Si Bungsu(Saat masa jaya orang tua telah habis)Part 15Aku berlari ke jalan, mencari keberadaan mobil Bang Adi, namun nihil. Tak kutemukan kendaraan roda empat milik Abang sulungku itu.Sudah satu jam berlalu, motorku belum kembali juga. Aku semakin gelisah. Bagaimana jika firasatku benar? "Si Adi belum pulang juga?" tanya Bapak."Belum Pak."Aku terus berdiri diambang pintu, menunggu Bang Adi datang, namun sudah hampir tengah malam, tidak ada tanda-tanda Bang Adi kembali.Jika memang Bang Adi sampai berbuat jahat seperti itu, sungguh begitu tega. Bukankah dia tahu itu adalah satu-satunya kendaraan yang kumiliki, apalagi dipakai untuk mencari nafkah sehari-hari. Berkali-kali aku menghubungi Bang Adi namun tidak ada jawaban, begitu pun pada nomor Mbak Mila, istrinya. Sepertinya mereka memblokir kontakku, terlihat dari foto profil mereka yang menghilang.Bapak dan Ibu sudah terlelap, sementara aku masih memikirkan motor yang setiap hari membantuku mencari pundi-pundi rupiah.
Nasib si Bungsu(Saat masa jaya orang tua telah habis)Part 16"Apa maksudnya ini Bang?" aku yang sudah menyalakan mesin motor kembali turun."Kurang jelas barusan Abang ngomong apa?""Iya, apa?""Abang sama anak-anak ikut tinggal bersama kalian untuk sementara, sampai Abang punya pekerjaan lagi."Aku mengernyitkan dahi."Maaf Bang, gak bisa.""Sombong sekali kamu Yusup!""Terserah, lagian Abang kan punya rumah, lebih besar, mewah. Kenapa mau sempit-sempitan tinggal sama kami.""Mbak Mila sudah tahu Abang nganggur, dia usir Abang sama anak-anak, dia juga sudah menggugat cerai Abang, tinggal menunggu waktu panggilan dari pengadilan saja!""Oh, maaf Bang, itu bukan urusanku!""Pak, ayo jalan!" pintaku pada sopir.Saat mesin mobil dinyalakan, Ibu tiba-tiba turun."Keterlaluan kamu Yusup, Abangmu sedang kesulitan, apa salahnya kamu membantunya kali ini!""Maaf Bu, tapi saat aku susah apa Bang Adi datang membantu? asal Ibu tahu, aku pernah pinjam uang seratus lima puluh ribu untuk ongkos B
Nasib si Bungsu(Saat masa jaya orang tua telah habis)Part 17Seketika tubuhku lemas saat mendengar Ibu berbicara seperti itu. Selemah itukah diriku di mata Ibu? sampai aku tidak punya hak untuk menyuarakan apa yang ku suka dan apa yang tidak.Ini tempat tinggalku, aku yang membayar sewanya, jadi aku memiliki hak untuk menentukan siapa saja yang boleh tinggal di rumah ini.Aku menerima Ibu, tetapi tidak untuk Bang Adi dan keluarganya, mau di kata kejam atau tidak punya hati pun aku tak peduli. Yang jelas aku tidak ikhlas memberi tempat tinggal dengan orang yang sudah merampas hak Bapak, walaupun itu Abang kandungku sendiri.Mengapa Bang Adi hanya datang saat dia susah saja? kemana dia ketika berada di puncak kejayaannya kemarin?Padahal dia masih memiliki dua adik yang hidupnya lebih mapan dari pada aku, Bang Harun dan Bang Jejen Mengapa tidak datang kepada mereka saja?"Bangun, bangun!" aku mengguncang keras tubuh Bang Adi.Bang Adi hanya menggeliat, dia menepis lenganku. beberapa s
Nasib si Bungsu(Saat masa jaya orang tua telah habis)Part 18"Ya sudah, kalau kamu mau jadi tukang cuci demi belain anakmu itu, pergi saja dari sini jangan ganggu aku sama Yusup!" Bapak menimpali ucapan Ibu."Oh begitu, baru bisa nyari duit sedikit aja kamu sudah bisa mencuci pikiran Bapakmu!""Apa Bu? kenapa aku yang disalahkan?""Gak usah pura-pura t*lol, gak nyangka aku kelihatannya aja polos, tapi memprovikasi Bapak sendiri buat ngusir, ingat Yusup, aku ini Ibumu, wanita yang sudah berjuang bertaruh nyawa agar kamu lahir ke dunia, baru senang sedikit aja sudah berani ngusir. Sampai kapanpun kamu tidak akan sukses karena durhaka pada Ibu.""Yusup minta maaf Bu, sedikit pun Yusup tidak pernah ada niat seperti itu.""Basi, dasar munafik!"Bapak mengedipkan matanya padaku sebagai isyarat agar aku tidak menimpali lagi ucapan Ibu.Setelah mereka datang, aku tidak lagi memiliki kamar, karena tempatku dikuasai oleh Bang Adi.Dengan terpaksa aku tidur di kamar Bapak, dan melakukan bebera
Nasib si Bungsu(Saat masa jaya orang tua telah habis)Part 19"Harun, kamu kenapa?""Apa yang sakit?""Mau makan apa?""Sudah lama kamu sakit begini?"Ibu terus memberi pertanyaan, Bang Harun tak menjawab apapun, dia hanya merintih kesakitan."Yusup, ambilkan air hangat, cepat!" titah Ibu padaku.Aku langsung berjalan ke dapur untuk mengambil segelas air putih."Ada apa ini ribut-ribut!" tanya Bapak yang baru keluar dari kamar."Kenapa dia?" sambung Bapak setelah melihat Bang Harun yang terbaring lemah"Harun sakit Pak, kasian dia.""Mana istrinya?""Langsung pulang lagi barusan.""Giliran kayak gini aja baru ingat pulang, pas sehat banyak uang sama orang tua aja gak ingat!" Bapak kembali masuk ke kamar."Bapak ini kenapa sih? marah-marah di waktu yang tidak tepat, emang gak kasian lihat kondisi anak sendiri kayak gini?""Dia juga gak pernah kasian sama orang tua."Bang Adi tiba-tiba tertawa lalu berbicara "Ini azab karena kamu serakah Harun, udah lah Bu, pulangin aja ke Istrinya, ga
Nasib si Bungsu(Saat masa jaya orang tua telah habis)Part 20Bimbang, itu yang kurasakan. Hati sudah tidak merasa nyaman tinggal di rumah ini, apalagi dengan suasana yang bisa dikatakan cukup kacau.Apa aku salah jika keluar dari rumah ini meninggalkan mereka? Tidak apa harus kembali mengeluarkan uang untuk menyewa rumah lain asalkan hati dan pikiran merasa tenang.Hari ini aku berencana akan mengunjungi guru ngajiku, orang lain biasa memanggilnya Ustad Dzikri.Jika bukan karena nasihat beliau aku tidak akan sesabar ini, bahkan pernah hampir terjerumus ke dalam pergaulan bebas.Dulu, saat Bapak mengatakan tidak bisa membiayaiku untuk melanjutkan sekolah, aku pernah pergi meninggalkan rumah selama beberapa hari. Tidak sengaja bertemu dengan Ustad Dzikri, beliau membawaku pulang ke rumahnya, memberikan banyak nasihat padaku hingga akhirnya aku sadar bahwa jalan yang kupilih salah. Aku bisa berlapang dada, dan menerima kenyataan aku memang tidak seberuntung ketiga Kakakku.Beberapa
Nasib si Bungsu(Saat masa jaya orang tua telah habis)Part 21"Yusup, gimana, masa kamu gak mau bantu Abangmu sendiri sih?" Ibu kembali bertanya."Ya udah, ayo ke rumah sakit sekarang!"Hati nurani mengatakan agar aku membantunya, pikirku Bang Harun juga memiliki BPJS, yang bisa meringankan biaya, walaupun tagihannya pasti menunggak karena sudah beberapa bulan menganggur."Gimana? pasien mau dibawa ke rumah sakit?" tanya Dokter."Iya Dok.""Mau diantar? kebetulan kami ada ambulan, nanti di dampingi petugas medis kami untuk membantu di sana.""Untuk ongkos ambulannya berapa Dok?""Ke rumah sakit terdekat dua ratus ribu.""Ya sudah, saya siapkan surat rujukan terlebih dahulu ya, agar pas di UGD nanti langsung ditangani!" ucap Dokter.Surat rujukan sudah selesai dibuat, Bang Harun langsung didorong keluar menggunakan kursi roda lalu dinaikkan ke dalam mobil ambulance yang sudah siap.Kami pun langsung berangkat menuju rumah sakit, di dampingi seorang Perawat dari Klinik."Apa pasien mem