Share

Bab 5 : SAH

Sama sekali tidak bisa Elvira bayangkan jika pernikahannya akan di majukan secepatnya ini. Elvira hanya terbengong di depan cermin menatap wajahnya pasrah dengan riasan yang hampir selesai.

Aroma kembang kantil yang menyeruak membuat kesadaran Elvira perlahan pulih. Dan, betapa kagetnya wanita itu saat menatap cermin ternyata ada patulan Alvin juga di sana dengan wajah murung, sama seperti Elvira.

Wanita itu segera menoleh kebelakang, Alvin tersenyum kecut. Tidak bohong, Elvira yang jarang sekali menggunakan make-up tebal kali ini terlihat sangat berbeda.

Aura anggun terpancar meskipun ia belum menggunakan kebaya. Riasannya sudah selesai, Alvin meminta dua MUA yang ada di kamar ini untuk keluar sejenak, karena ada hal yang ingin ia bicarakan sebelum status mereka sah menjadi suami-istri.

Alvin susah payah menelan salivanya, dari tatapan Elvira, wanita itu seperti memendam kekecawaan. Elvira hanya diam, ia menunggu Alvin membuka suara.

"El, maafin mama ya. Dia yang paling excited untuk menikahkan kita hari ini. Saya sebagai anak kandungnya benar-benar tidak bisa menahan apa yang sudah menjadi keputusannya! " Alvin mencoba memberikan penjelasan agar setelah ini hubungan mereka akan tetap baik.

Elvira mengatup bibirnya rapat-rapat, entah dia yang terlalu shock sampai kehilangan banyak kata atau memang tidak ada yang ingin di sampaikan. Elvira merasa jika kalimat Alvin ini tidak membutuhkan jawaban.

"Saya janji tidak akan menyentuh kamu selama pernikahan ini berlangsung," ucap Alvin dengan sungguh-sungguh. "Tapi saya mohon, hari ini berikan senyuman terbaik kamu. Saya juga tidak ingin membuat wanita yang paling saya cintai terluka hatinya.''

'Dan, anda membuat luka di hati wanita lain, tuan!' batin Elvira menjawab.

Pada kenyataannya Elvira memilih diam tanpa ingin menyahuti satu katapun dari kalimat Alvin.

Merasa cukup, akhirnya Alvin mengakhiri pertemuan ini. Pria yang di balut tuksedo berwarna navy itu kembali tersenyum.

"Sampai jumpa dengan status yang baru, doakan acara akad berjalan dengan lancar!" ucap Alvin berkata dengan halus dan lembut, sebelum pria itu meninggalkan kamar Elvira, ia kembali menoleh dan menatap wajah Elvira dari pantulan cermin.

Cantik.

***

"Bagaimana pera saksi, Sah?"

"SAH!'"

Kediaman Elvira di penuhi dengan keluarga besar Alvin yang datang untuk menghormati pernikahan dadakan ini. Sedangkan keluarga Elvira hanya beberapa, dan ada pamannya yang menjadi wali nikhanya hari ini.

Meskipun pernikahan di lakukan secara tiba-tiba, rasa haru tetap ada dalam hati Elvira. Bagaimana tidak, momen sakral ini sangat ia harapkan bisa bersama orang yang tepat dan ia cintai baik lahir maupun bati, setelah ini Elvira harus siap-siap menjadi janda.

"El, keluar yuk?" Ajak Raisa yang datang menjemput kekamar Elvira yang tak ada hiasan seperti halnya pengantin baru.

Elvira berusaha untuk tersenyum, pekerjaan pura-pura tersenyum sudah sering ia lakukan, jadi .. hari ini tentu sangat mudah ia membohongi semua orang.

Elvira menghapus air matanya menggunakan tissue, lalu berdiri berjalan beriringan dengan Raisa menuju ruang tamu yang sudah di sulap menjadi sedemikian rupa.

Atikah, Mama dari Alvin terlihat tidak berkedip menatap Elvira yang saat ini sedang di tuntun untuk duduk di sebelah Alvin.

Keduanya sudah seperti pasangan pengantin yang serasi karena sama sekali tidak terlihat adanya wajah keterpaksaan di sana.

Karena ini hanya acara akad, alhasil semua berjalan sangat singkat.

Elvira dan Alvin duduk di ruang tengah, di mana sofa sama sekali tidak di rubah.

Keduanya duduk dan terlihat serius. Levin memangku laptopnya dan Elvira sibuk menelfon entah siapa itu.

Dari kejauhan, Raisa dan Clarissa meringis iba melihat keadaan ini. Di mana harusnya pengantin baru itu saling bermesraan menaburkan cinta di bahtera rumah tangga mereka yang baru ini.

"Mbak, jodoh emang gak kemana ya? Bener-bener cerminan diri kita sendiri!" Clarissa berkomentar dengan tangan yang ia lipat di depan dada.

Raisa mengangguk membenarkan. "Sepertinya mereka bakal lupa deh dengan serangkaian kegiatan pengantin baru!" tebak Raisa karena ia tidak yakin Alvin dan Elvira sempat melakukan malam pertama.

Clarissa punya ide cemerlang, pupilnya terbuka lebar, ia merasa tidak sia-sia merengek untuk tetap berada di sini sampai menjelang sore.

Clarissa membisikan sesuatu pada Raisa yang mendengarkannya sangat serius. Raisa tersenyum dan mengangguk setuju.

Meskipun usia keduanya terpaut jauh, tetapi urusan ide mereka sepertinya berada di jalan yang sama.

"Don't worry, mbak! Aku telpon mang Yuyu untuk membelikan semuanya. Kalau kita yang keluar, nanti mereka curiga dan semua tidak berjalan dengan baik!" Seru Clarissa.

Meskipun awalnya Clarissa kasihan kepada Elvira karena menjadi tumbal kakaknya, tapi setelah melihat secara langsung rasa iba-nya hilang. Elvira memang wanita yang cocok di pasangkan dengan kakaknya. Keduanya sama-sama gila dalam menangani pekerjaan.

***

"Mau ikut ke apartemen atau masih ingin di sini aja?" tanya Alvin ketika mereka sudah menyelesaikan pekerjaan, bahkan Elvira belum berganti baju dan menghapus make-upnya.

Elvira tampak bingung, dan di tengah kebingungannya Raisa datang membawakan dua gelas minuman yang ia siapkan khusus untuk pengantin baru ini.

"Kakak tahu kalian sudah sangat bekerja kerasa hari ini. Di minum, ya! Ada pisang crispy yang lagi kakak goreng. Tunggu sebentar!'' tutur Raisa membuat keduanya mengangguk.

Raisa kembali ke dapur untuk menyiapkan cemilan.

"Mbak Raisa semakin ada kemajuan?" tanya Alvin terkekeh, tenggorokannya terasa kering, tanpa menunggu lama ia meneguk minuman yang di bawakan oleh Raisa hingga setengah.

Elvira menyusul, tapi ia meminum tidak banyak.

Dari kejauhan Clarissa dengan hati-hatinya terus mengawasi, dan usaha mereka akhirnya tidak sia-sia.

Clarissa tersenyum lebar. "Harusnya mama nambahin jatah uang jajan aku bulan ini, karena mungkin sebentar lagi ia akan menjadi nenek!" gumam Clarissa terkekeh sendiri.

Ia bergegas menuju dapur menyusul Raisa yang sedang menyusun pisang yang akan di antarkan kepada Alvin dan Elvira.

"Misi selesai, dan aku mau pamit pulang dulu mbak!"

Raisa dengan binar bahagia menghampiri Clarissa yang beridiri di ambang pintu.

"Sepertinya aku akan menjadi aunty sebentar lagi, mbak!" ucap Clarissa dengan senyuman yang penuh arti.

Raisa ikut mengamini, semoga saja semuanya berjalan dengan lancar sesuai keinginan mereka.

"Gak nginep aja? Sekalian dengerin livenya?!" goda Raisa membuat pipi Clarissa bersemu menjadi kemerahan.

Clarissa yang juga masih melajang di usianya yang ke 22 tahun itu memang agak malu jika ada pembahasan area 21+, tetapi ia tetap bisa mengimbangi lawan bicaranya.

"Gak, gak mau terngiang-ngiang nanti! Urusannya payah, nanti aku harus repot cari suami juga, mbak!" canda Clarissa membuat keduanya tertawa bersama.

Clarissa keluar lewat pintu belakang, dengan alasan agar tidak mengganggu ketenangan pasutri baru itu

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status