Share

Bab 6: Efek Obat

Elvira dan Alvin saling melirik dengan tatapan penuh arti. Alvin langsung mengusap tengkuknya yang terasa meremang.

Elvira menggeleng, ternyata obat yang di berikan Clarissa itu sangat bereaksi cepat.

"Emh, El. Kita lanjut nanti, ya!" ucap Alvin mengalihkan suasana.

Elvira mengangguk setuju, karena semakin di rasa tubuhnya semakin aneh. Tatapan Elvira saat ini tertuju pada segala macam makanan dan minuman yang bertengger di atas meja, ia hanya membatin apakah ada obat yang di masukan di sana, namun Elvira tidak menemukan tanda-tanda apapun di sana.

"Aku ke atas dulu!" Pamit Elvira, ia merasa jika tubuhnya semakin gerah dan ingin segera melepaskan kebaya yang melekat di tubuhnya sejak tadi pagi.

Alvin mengangguk tanpa mengeluarkan suara, ia menatap kepergian Elvira hingga tidak terlihat lagi.

"Loh, Elvira mana?" tanya Raisa pura-pura tidak tahu jika adiknya itu sudah lebih dulu naik ke atas.

Alvin tersenyum canggung, entah kenapa tubuhnya semakin terasa aneh.

"K-keatas, mbak!" jawab Alvin sedikit gugup.

Raisa menggeleng mendengus sebal. "Susul aja. Pengantin baru gak baik lama-lama pisah begini!" Raisa mencoba untuk mengimpori agar Alvin segera naik.

Alvin mengangguk, ia menundukkan kepalanya sopan sebelum akhirnya menyusul Elvira masuk kedalam kamar.

Klek. Pintu kamar terbuka, Alvin tidak menyangka jika kehadirannya ini semakin membuat keadaan dirinya tersiksa.

Bagaimana tidak, saat membuka pintu ia langsung di suguhkan dengan pemandangan yang sangat luar biasa indahnya.

Punggung mulus serta body bak gitar sepanyol. Alvin baru sadar, jika tipe wanita idamannya ternyata semua ada pada Elvira.

Dengan sangat susah payah, Alvin mencoba menelan salivanya. Elvira sungguh menguji iman.

Saat kaki Alvin ingin mundur, sisi lain dari dirinya muncul membisikan jika tubuh Elvira sudah halal untuk ia jamah.

Alvin memejamkan matanya rapat-rapat, ia sudah berjanji tidak akan menyentuh Elvira sampai pernikahan mereka berakhir.

Elvira yang kesusahan melepaskan pengait rok itu terus mendesah frustrasi dan akhirnya duduk dengan keadaan bagian atas tubuhnya hanya menggunakan bra.

Mata Elvira terbelalak saat ia menatap kearah pintu di mana ada Alvin yang tengah berdiri menatapnya penuh minat.

Bodohnya Elvira lagi, ia bahkan tidak sama sekali beranjak dari duduknya. Ia malah terbengong menatap Alvin yang berulangkali menelan salivanya.

Merasa terpanggil, Alvin akhirnya masuk kedalam kamar, menutup pintu dengan rapat.

Keduanya sama-sama sudah terbakar oleh gairah nafsu, obat yang Clarissa beri itu sungguh berfungsi dengan baik.

Saat Alvin berada tepat di depan Elvira, ia menundukan kepalanya dalam. Entahlah, bayangan ingin menjamah tubuh Elvira terus terbayang di kepalanya.

Elvira hanya bisa menatap sayu tanpa ingin mengucapkan satu kata apapun. Ia seperti mengizinkan jika Alvin ingin berbuat sesuatu pada dirinya.

Dengan perasaan yang berkecamuk, akhirnya Alvin kembali mengangkat wajahnya membuat tatapan keduanya bertemu. Cukup lama mereka saling menatap, mencoba untuk meyakinkan diri masing-masing jika saat ini mereka saling menginginkan.

"El, sungguh di luar kendali!" lirih Alvin dengan suaranya yang sudah terdengar parau.

Elvira sama, namun akal sehatnya maih berfungsi untuk menahan diri agar tidak mengatakan hal yang sama.

Lagi-lagi Elvira hanya bisa diam dan memberikan tatapan sayu.

Alvin menghirup udara sebanyak-banyaknya, langkahnya semakin mendekat membuat Elvira berada di ambang ke pasrahan.

Apakah keduanya sudah melupakan, jika di dalam pernikahan ini ada sebuah kontrak yang tertulis?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status