Share

Ngarep Jadi Istri Sultan Malah Jadi Gelandangan
Ngarep Jadi Istri Sultan Malah Jadi Gelandangan
Author: Ina Qirana

Bab 1

Author: Ina Qirana
last update Last Updated: 2022-09-22 15:28:58

 

"Rara Khairunnisa, aku ceraikan kamu, mulai detik ini kamu bukan istriku lagi," ujar Wira pada wanita yang sudah ia nikahi lima tahun lamanya.

 

Rara yang tengah mengenakan lingerie merah muda mengkilat itu terhenyak dan terdiam, air mata menggenang di pelupuk mata lalu luruh tanpa diminta, menyapu make up sederhana yang ia poleskan di pipinya.

 

Ditatapnya wajah sang suami lamat-lamat, tatapan itu merupakan sebuah pertanyaan dari lubuk hatinya yang sulit terucap.

 

'Padahal malam ini aku bersemangat untuk melayanimu, Mas, memberikan servis terbaik setelah satu Minggu kamu tak pulang. Namun, nyatanya keputusanmu benar-benar mematahkan hatiku'

 

Jerit hati Rara

 

"Aku capek nunggu kamu yang ga hamil-hamil, orang tuaku tanya terus, di luar sana ada seseorang yang mampu memberiku keturunan."

 

"Diandra 'kan?"

 

Rara menyebut nama perempuan yang pernah singgah di hati Wira dan belakangan ini kembali dekat dengannya, seorang janda anak satu. Namun, sayangnya anak tersebut kini sudah kembali pada Sang Khalik.

 

"Ya, dia pernah menikah dan pernah punya anak, aku yakin dia sanggup, Maafkan aku." Wira menundukkan wajah dengan pasrah.

 

"Tapi bagaimana dengan hatimu? apakah masih ada cinta untukku?" tanya Rara dengan suara tersendat.

 

"Ga usah bahas cinta, yang aku mau itu keturunan! Generasi penerus keluarga ini!" tegas Wira dengan perasaan muak.

 

Lima tahun lamanya cukup mengikis perasaan cinta yang dahulu pernah menggebu, hingga akhirnya hati Wira kembali berlabuh pada masa lalu yang pernah mewarnainya.

 

Diandra Kusuma, seorang wanita cantik, pintar dan berkarir. Sangat berbeda jauh dengan Rara yang hanya mengurus rumah tangga.

 

Meskipun janda tapi mata pria yang memandang sempat terhipnotis dengan pesonanya termasuk Wira, banyak yang menyangka dirinya masih gadis.

 

"Baiklah, aku terima keputusanmu, berarti mulai sekarang aku bukan mahrammu lagi." Luruh lagi air mata Rara meski sekuat tenaga ia menahannya.

 

"Aku ga akan usir kamu dari rumah ini, tapi begitu masa Iddah selesai maka kamu harus keluar karena Diandra akan masuk dan menggantikanmu di sini."

 

Ucapan sadis Wira lagi-lagi cukup mengoyak hati Rara hingga berdarah-darah, sakit sekali rasanya, padahal selama ini ia sudah bolak-balik dokter kandungan, minum madu dan segala jamu penyubur rahim, tak hanya itu ia pun sudah mencoba pengobatan alternatif.

 

"Ya, Mas," ucap Rara sambil menahan tangis.

 

Sebenarnya ia ingin sekali menjerit dan meraung.

 

"Aku pergi, oh ya satu Minggu lagi aku dan Diandra akan melangsungkan akad nikah, begitu surat perceraian kita keluar dari pengadilan maka saat itu juga aku akan meresmikan pernikahan kami."

 

Wira akhirnya berdiri lalu pergi, ditatapnya madu penyubur kandungan yang teronggok di atas nakas, serta obat perangs*ng wanita yang baru saja diminumnya.

 

Niat hati malam ini ingin membahagiakan malah berujung tangisan.

 

Malam ini Rata tidur dengan gelisah karena hawa panas yang melanda tubuhnya, meski AC di atas sana menyala tapi tetap saja tak bisa meredam gejolaknya.

 

Ia tak butuh pendingin melainkan butuh sentuhan dan belaian seorang Wira, yang selama satu minggu ini berjibaku dengan pekerjaannya di luar kota.

 

Rara tak pernah menyangka seseorang yang selama ini dinantikan malah memberi luka yang menyakitkan.

 

'Padahal, aku rindu kamu, Mas' bisik hati Rara.

 

Tak tahan dengan hasr*t yang menggulungnya, wanita berambut sepunggung itu melangkah ke kamar mandi, mulai mencuci tangan dan bagian tubuh lainnya.

 

Lekas itu ia segera melaksanakan salat witir, di sela sujud ia meminta kekuatan pada Rabb-Nya, agar sanggup menjalani ujian yang menerpa, ia yakin semua sakit yang dirasa merupakan sebuah pengampunan dosa.

 

***

 

Satu minggu kemudian acara akad nikah Wira dan Diandra dilangsungkan dengan khidmat di sebuah hotel bintang lima.

 

Mereka bersanding di pelaminan yang berhiaskan bunga-bunga, tersenyum bersama keluarga mereka di atas rasa sakit Rara.

 

Wira benar-benar lupa pada seorang perempuan yang hatinya telah ia hancurkan, kecantikan Diandra karena dihias oleh MUA ternama benar-benar membuatnya seperti amnesia.

 

'Ahirnya usahaku merebutmu dari wanita kampungan itu tak sia-sia' bisik hati Diandra sambil tersenyum licik.

 

Ia lelah terus menerus bekerja demi memenuhi gaya hidupnya yang fantastis, perempuan pemilik lesung Pipit di kedua pipi itu sudah tak sabar ingin hidup bergelimang harta tanpa perlu bersusah payah bekerja.

 

Tinggal tunjuk dan meminta maka semua yang diinginkan akan terkabulkan dalam sekejap mata.

 

Ah menyenangkan sekali rasanya.

 

Malam ini mereka melepas hasrat entah yang ke berapa kalinya, kali ini ada kepuasan karena mereka melakukan itu dengan rasa tenang dan aman, tak seperti sebelumnya yang selalu was-was takut ketahuan.

 

"Wira, siang ini Papa harap datang ke kantor ya, ada masalah besar di perusahaan kita." Telpon dari Papa Dirga Wijaya.

 

"Ini baru lima hari, bukannya aku udah bilang mau cuti satu Minggu," sahut Wira protes.

 

Lagi enak-enaknya malah disuruh pulang, 'kan menyebalkan.

 

"Jangan bantah! Pokoknya siang ini kamu harus ke kantor!" tegas Papa Dirga sambil menutup telponnya dengan geram.

 

Diandra yang baru saja mandi memeluk tubuh suaminya dari belakang lalu berbisik mesra. "Jangan bete gitu dong, siang ini aku temani kamu ke kantor ya."l

 

Wira berbalik badan dengan tersenyum semringah, tatapan Diandra yang menggoda benar-benar menghipnotisnya.

 

"Ok deh, tapi ...."

 

"Apa?!" Diandra membesarkan mata.

 

"Satu ronde lagi." Wira terkikik dan segera memangku istrinya ke pembaringan.

 

**

 

Mobil BMW yang ditumpangi Wira dan Diandra telah sampai di parkiran sebuah kantor PT Sinarwangi, mereka melangkah cepat masuk ke dalam gedung dua lantai tersebut.

 

"Ada apa, Pa?" tanya Wira dengan santai.

 

"Perusahaan kita bangkrut, Wira. Ini semua gara-gara kamu! Papa 'kan udah bilang jangan pinjam modal ke bank, akhirnya gini 'kan kita terlilit hutang, sementara perusahaan kita ga sanggup bayar cicilan dan bunganya yang besar."

 

"Apa? ga mungkin, Pa. Kalau gitu kita cari investor yang mau tanam modal di perusahaan ini," jawab Wira dengan panik.

 

"Mana ada yang mau, Wira! Mikir dong! Mereka juga takut rugi!" bentak Papa Wijaya geram dengan kelakuan sotoy dan ceroboh anaknya.

 

"Aset-aset kita pasti akan disita, siap-siap aja." Papa Dirga lemas langsung menjatuhkan diri ke kursi empuknya.

 

"Disita? itu berarti termasuk rumah, mobil dan vila," sahut Diandra tanpa diminta.

 

Wanita bertubuh tinggi dan berisi itu syok bukan main mendengar kenyataan pahit ini, padahal ia sudah berhenti kerja di perusahaan ternama dengan jabatan yang mentereng.

 

"Iya semua, pokoknya semua yang atas nama Wijaya pasti akan disita, mending kalau bisa melunasi bunganya," sahut Papa Wijaya masih geram.

 

"Itu berarti termasuk rumah di grand Arista dan Vila yang kamu hadiahkan ke aku, Mas?" tanya Diandra dengan suara tercekat.

 

"Ya termasuk, aset itu masih atas nama Wijaya 'kan?"

 

Jawaban itu membuat Diandra lemas, tak menyangka dalam sekejap mata impiannya akan sirna, ngarep jadi istri Sultan malah jadi gelandangan, sial.

 

Batinnya menggerutu.

 

"Terus kita mau tinggal di mana, Mas?" tanya Diandra panik bukan main.

 

"Tapi rumahku bukan atas nama Wijaya, Pa, melainkan atas nama Rara 'kan?" tanya Wira sedikit ada harapan.

 

"Tapi kamu dan Rara sudah pisah, itu artinya rumah itu akan masuk dalam harta gono-gini. Karena kamu udah bangkrut otomatis rumah itu akan dijual dan dibagi rata, gimana sih kamu," sahut Papa Wijaya dengan nada jengkel.

 

"Terus kita tinggal di mana, Mas? aku ga mau ngontrak ya walaupun itu appartemen, aku ga mau hidup miskin! Nyesel aku bela-belain berhenti kerja!" Diandra menghentakkan kakinya.

 

 

 

 

 

 

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Hahahah makan tuh kerikil ada berlian indah dibuang akibat pilih ce pembawa sial sih lu. Udah w duga klo tuh ce matre tinggal nunggu waktu ja minta dicerain
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Ngarep Jadi Istri Sultan Malah Jadi Gelandangan   Tamat

    Dua tahun kemudian.Diandra telah bebas dari masa hukumannya. Papa dan Mama beserta Tiara yang sudah tumbuh jadi balita ikut serta menjemput kepulangan wanita itu.Diandra dulu tentu berbeda dengan sekarang. Saat ini wanita itu bertubuh kurus dan berwajah kusam. Namun, hal itu bukan suatu masalah bagi dirinya.Prinsip wanita itu telah berubah, yang ada di pikirannya hanya rindu terhadap anak tercinta, ia ingin memeluk dan mencium bocah itu sepuasnya."Oma, takuut, toloong," rengek Tiara, saat Diandra berusaha mendekatinya."Kok takut, dia 'kan Mama kamu," ucap Mama Diandra.Anak berumur empat tahun itu merenung, ia tak terbiasa dengan hadirnya seorang Mama, yang ada dalam hidupnya selama ini hanya oma, opa dan papa."Ga apa-apa, Diandra, anakmu ga terbiasa dengan hadirnya kamu, nanti juga terbiasa pasti sayang kok sama kamu." Mama Diandra menenangkan."Ma, aku minta maaf ya udah buat Mama dan Papa malu selama ini," ucap Diandra dengan wajah sendunya.Mama Diandra mengangguk."Yang pen

  • Ngarep Jadi Istri Sultan Malah Jadi Gelandangan   Bab 30.A

    Sementara Wira berdiri di hadapan pintu masuk rumah Pak Mustafa, sejak tadi ia berdiri di sana, menunggu tamu yang di dalam keluar, dengan harapan agar Rara kembali jadi miliknyaWira bersender di pintu, tubuhnya mendadak lemas mengetahui sang pujaan hati hendak jadi milik orang lain."Wira," ucap Pak Mustafa saat menyadari ada seseorang yang berdiri di hadapan pintu rumahnya.Sontak semua orang melirik ke arah yang sama, Rara terkejut matanya sempat menghangat, bukan masih cinta melainkan tak tega.Pak Mustafa melangkah keluar seorang diri sementara yang lain menunggu di dalam."Ayo masuk," ajak Pak Mustafa.Tapi Wira malah berdiam diri, enggan masuk lantaran kakinya terasa berat dibawa melangkah."Saya pulang aja, Yah." Wira tersenyum sungkan."Ya sudah hati-hati." Pak Mustafa menepuk bahu WiraSatu bulan semenjak kejadian itu akhirnya ada surat undangan yang datang ke rumah Wira, bertuliskan nama Rara dan Faruq, Wira menghirup napas dalam-dalam saat membacanya."Tuh mantan istrimu

  • Ngarep Jadi Istri Sultan Malah Jadi Gelandangan   Bab 29.B

    Nenek dari pihak Diandra yang memberikan nama itu, mereka berdua mengurus bayi Tiara dengan dengan didikan yang baik, tak ingin anak ini tumbuh liar seperti ibunya."Ma, aku udah transfer ke rekening Mama ya kalau Tiara kenapa-napa telpon aku aja," ujar Wira saat ia mengunjungi anaknya.Pria itu tak ingkar janji, hingga anak itu tumbuh dan bisa berjalan ia tetap memberi nafkah dan kasih sayang, setiap akhir pekan ia menyempatkan waktu untuk bertemu anaknya.Mengajak jalan-jalan atau membawanya menginap di rumah Mama Sandra, wanita itu teramat gembira jika sang cucu datang menginap di rumahnya.Tak ada benci seperti sebelumnya. Tiara benar-benar dilimpahi kasih sayang dari ayah dan kakek neneknya."Wira, kapan kamu nikah lagi? kalian sudah dua tahun bercerai, masa iya kamu menduda terus," ucap Mama Sandra.Wira terdiam, hatinya masih tertutup belum ada wanita yang bisa menggantikan Rara."Nanti saja, Ma, belum dapat yang sreg di hati." Wira tersenyum.Mama Sandra mendesah, lagi-lagi pu

  • Ngarep Jadi Istri Sultan Malah Jadi Gelandangan   Bab 28.A

    Sidang pertama sukses, Rara beserta pengacara bersalaman sebagai ungkapan terima kasih. Di ruang mediasi Wira sempat membela diri, tak ingin bercerai. Namun, berkat bantuan Bu Lala pengacaranya akhirnya hakim berpihak pada mereka."Ra, please, berfikir ulang," ujar Wira saat sudah keluar dari ruang sidang."Maaf, Mas. Ini yang terbaik. Aku ga mau hidup ngebatin terus," ucap Rara lalu segara meninggalkannya.Sakit sekali hati Wira, begitu pula dengan Rara. Mereka sama-sama merasakan sakit akibat perpisahan ini.Waktu cepat berlalu, sekarang tiba saatnya Diandra melahirkan, pihak lapas yang mengabari Wira, selaku ayah dari bayi itu.Wira menagajak Mamanya dan Pak Dirga, karena kedua orang tua itu memaksa ikut, ingin melihat cucu pertama mereka.Walaupun sempat membenci, tapi dalam hatinya masing-masing mereka penasaran dengan wajah anak itu, dan tak dapat dipungkiri ada setitik sayang untuk anak itu."Bayinya perempuan, Mas. Lihatlah hidung dan bibirnya mirip denganmu," ucap Diandra lir

  • Ngarep Jadi Istri Sultan Malah Jadi Gelandangan   Bab 27.B

    "Atas kasus apa?" tanya lelaki yang kini berjanggut sedikit tebal itu, maklum jarang mengurus wajah karena sibuk dengan berbagai masalah."Kasus prostitusi dan satu lagi dia juga terjerat kasus nark*ba, dia digrebek saat lagi pesta s*bu bersama seorang pria."Jantung Wira serasa mau copot mendengar kabar itu, ia langsung menduga soal penemuan barang haram di restorannya, apa mungkin itu juga ulah Diandra?"Saya ga ngerti, dia itu 'kan sudah menikah lagi hamil pula kok bisa-bisanya pakai barang haram itu?" Pak Haryadi memijat kening."Apa kalian ada masalah?" tanyanya lagi dengan raut putus asa.Wira masih diam, antara harus memberitahu mertuanya atau tidak."Kalian ada masalah apa sih?" Pak Haryadi bertanya lagi."Iya, Pa, Diandra kabur dari rumah karena berantem sama aku. Aku meragukan anak yang dikandungnya, karena ada lelaki yang bernama Kevin yang dicurigai ayah dari bayi itu." Wira terpaksa membeberkan.Ia sudah lelah menanggung masalahnya sendirian. Ternyata setelah berzina itu

  • Ngarep Jadi Istri Sultan Malah Jadi Gelandangan   Bab 27.A

    Hari ini Wira dapat bernapas lega, pasalnya polisi mengabarkan ada penemuan sidik jari orang lain di plastik yang membungkus benda har*m itu.Tak hanya itu, ada dua orang saksi yakni yang sedang makan melihat seorang perempuan asing masuk ke dapur restoran, kini polisi sedang memburu wanita itu."Jadi, sekarang kamu sudah terbukti bukan pengedar ataupun pemakai benda haram itu?" tanya Mama Sandra, ia sampai bolak balik ke rumah anaknya."Iya, Ma. Alhamdulillah. Jadi kasus ini sebenarnya jebakan aja supaya restoran aku sepi."Mama Sandra dan Papa Dirga bernapas lega."Sekarang selesaikan masalahmu yang lain," timpal Papa Dirga.Wira melirik sang ayah."Papa sudah tahu masalahmu antara kalian bertiga, selesaikan secepatnya dan pilih salah satu," lanjutnya dengan sedikit ketegasan."Papa tahu dari mana masalah di hotel itu?" tanya Wira penasaran."Dari temen Papa, kebetulan kemarin katanya kamarnya bersebalahan, jadi ia mengetahui keributan yang terjadi."Wira merasa malu, masalah pribad

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status