Share

Delapan

Hari itu tiba, hari terburuk di sepanjang hidup Emili, namun merupakan hari bahagia di mata keluarga mempelai, baik dari pihak Danil maupun pihak Emili, bahkan mereka tidak terlalu peduli bagaimana mereka bertemu hingga sampai ke tahap pernikahan ini, semua orang punya asumsinya sendiri, dari pihak Danil merasa bersyukur karena pernikahan Danil yang sudah di nantikannya sejak lama akhirnya terealisasikan sedangkan dari pihak Emili merasa bersyukur karena putri mereka akhirnya hidup bahagia dengan kehidupan yang sangat menjanjikan, lalu bagaimana dengan Danil? ia sama sekali tidak terpengaruh, baginya simpel saja, bagaimana agar rencana ini berjalan lancar dan bisa mendapatkan hotel bintang lima tanpa melepaskan Alea kekasihnya dan yang terpenting adalah bagaimana ia bisa mengontrol agar semuanya tetap aman, asalkan dirinya, Emili dan Alex tutup mulut semua berjalan sesuai rencana, asumsi publik abaikan saja semua akan sirna di telan masa. Tentang hubungannya dengan Alea, ia bisa mengurusnya nanti, untuk saat ini aman karena Alea sedang di luar negeri dan masih sibuk dengan urusannya, meskipun sama-sama terkenal, namun di media manapun hubungan mereka tidak pernah terekspos, itu demi keberlangsungan karirnya sebagai publik figur, karena itu tidak ada media yang menyoroti hubungan Danil dan Alea. Semua aman terkendali, yang media tau saat ini Danil telah menikah, itu saja.

***

Setalah acara usai, di sinilah mereka, di dalam kamar hotel bintang lima termahal dan termewah milik Nenek Marita yang kini telah berpindah ke tangan Danil, begitu ijab Qabul selesai di ikrarkan.

"Sekarang aku harus ngapain?" Kata Emili yang sudah terlihat sangat lelah, setelah seharian mengikuti pesta pernikahan yang mewah ala sultan, dengan berbagai senyum palsu dan sandiwaranya.

"Mau apa lagi? Cukup jalani saja, atau kamu mau menikmati malam pertama?" Goda Danil, tapi Danil benar-benar tidak keberatan kalau Emili menginginkannya mereka pasangan yang sah. Hal itu membuat Emili kaget dan gugup.

"Anda ngomong apa sih?" Tegur Emili, ia agak merinding mendengarnya.

"Ya sudah, sana tidur ga usah nanya-nanya." Ucap Danil kemudian melengos ke kamar mandi.

"Dasar kepala batu." Gumam Emili, tapi memang benar kata Danil untuk apa tanya-tanya jalani saja, hidup seperti nyonya besar dengan segala kepura-puraan dan sandiwara. Lupakan malam pertama atau malam yang indah.

Emili mengedarkan pandangannya ke segala penjuru ruangan, ada beberapa kotak hadiah yang menyedot perhatiannya, dari sekian banyaknya hadiah pernikahan hanya pemberian keluarga dan teman dekatnya yang ia bawa bersamanya yang lainnya entah di bawa kemana oleh orang-orangnya Danil.

Ia beranjak dan meraih kotak-kotak yang terbungkus cantik itu, ia lalu membukanya satu persatu, mulai dari hadiah pemberian ibunya kemudian adik-adiknya lalu temannya Maya dan Hana.

Ia membuka kotak dari maya, ada sepasang lingeri yang terlihat cantik, ia tersenyum geli melihatnya.

"Maya, Maya, ada-ada aja sih kamu." Gumam Emili sambil iseng mencoba mengepaskan di tubuhnya, ia tidak sadar ada sepasang mata yang sedang memperhatikan kepolosannya, ia terlihat sangat polos, tingkahnya sebagai anak y kuliahan masij mendominasi, begitu ia menyadari kehadiran pemilik sepasang mata itu ia segera meletakkan lingeri itu kedalam kotaknya dengan malu.

"Dasar bocah." Ejek Danil sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk. Dia terlihat sangat tampan dan memesona, di imajinasi Emili, ia tampak seperti oppa-oppa Korea yang keluar dari drama, kurang lebih Danil memiliki postur seperti Lee min Ho, meski begitu, tetap saja ia laki-laki paling kurang ajar yang pernah ada di dunia ini, tapi mau bagaimana lagi dia juga yang menolong hidupnya.

"Siapa yang anda bilang bocah?" Emili tidak terima.

"Memangnya apa lagi? Tante-tante?" Tantang Danil, ia tidak menyadari kelakuannya, karena menghadapi Emili, ia ikut-ikutan seperti bocah.

"Terserah Bapak sajalah."Emili mengalah, dan lebih memilih beranjak untuk menggantikan Danil di kamar mandi. Tidak lupa membawa semua peralatan baik sebelum, ketika dan setelah mandi, sangat lengkap.

"Ga bawa lingerinya juga." Goda Danil.

"Silahkan Anda saja yang pake" Seru Emili mendengus kesal.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ros Rosmah
bagus tetapkan pendirianmu emili
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status