Share

PEMBALASAN

Penulis: Aphrodite
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-17 11:38:26

Saat ini.

“Aku akan membunuhmu.”

Dominic menarik rambut laki-laki itu keras, hingga jerit kesakitan memenuhi ruangan gelap yang mengelilingi mereka.

“Kesempatan untuk membunuhku sudah lewat, Tupak,” bisiknya di depan wajah pria itu. "Sekarang waktunya untuk pembalasan.”

Tatapan Tupak menjadi liar, penuh dengan kebencian yang akan membuat siapa pun ketakutan, tapi Dominic adalah pengecualian untuk segala hal yang bisa membuat Tupak puas. Sebagai gantinya ia menyeringai. Laki-laki tua bangka itu mungkin mencoba terlihat kuat, tapi ia bisa melihat ketakutan di matanya, tak peduli seberapa keras usaha untuk menyembunyikannya. Dan itu memberinya kepuasan liar. Ketakutan adalah sumber kehancuran dan ia akan pastikan Tupak hancur sampai ke ujung neraka.

“Seharusnya kau mati! Kau dan keluargamu seharusnya membusuk di neraka.” Tupak meludah di wajah Dominic, meski yang keluar bukan air liur melainkan darah. Dominic menjauh sambil berdecak jengkel.

“Paman, apa kau tidak punya standar? Meludahi keponakanmu sendiri?”

Tupak yang terikat di kursi dengan wajah penuh luka, menatap Dominic dengan kemarahan membara. Satu alis Dominic melengkung saat melihatnya.

“Kau begitu membenciku ya? Pasti menyakitkan selalu menjadi nomor dua. Bahkan ayahku, adikmu sendiri lebih dipercaya menjadi pemimpin daripada pria lemah dan tidak punya otak sepertimu.”

“Brengsek! Aku bersumpah…”

Dominic mencedak. “Jangan bodoh, Paman. Kau tidak akan pernah keluar hidup-hidup dari tempat ini. Simpan tenagamu. Kau tahu… mungkin kau akan membutuhkannya saat menghadapi kematian.”

Tupak mengeram dan berusaha melepaskan diri. “Kau tidak bisa membunuhku, Dom. Aku—“

Kata-kata itu belum lagi selesai saat Dominic menancapkan pisau ke punggung tangannya yang terikat. Ujungnya yang tajam menembus kayu tempat tangan itu bersemayam. Teriakan kesakitan menggema memenuhi udara.

“Jangan menyebut namaku dengan mulut kotormu.”

Tupak menggeram, matanya bergerak liar. “Kau bajingan—“

“Kau tahu…” potong Dominic lambat-lambat saat ia mendekat, menarik pisau yang menancap di tangan Tupak seolah itu bukan apa-apa. “Kematianmu tidak akan mudah.”

Dominic mengulurkan tangannya yang bebas dan seorang pria mendekat, mengangsurkan gunting padanya. Melihat hal itu, Tupak meraung dan berusaha melepaskan diri.

“Jangan takut, kematian tidak akan datang. Belum.” Dan tanpa aba-aba Dominic memotong jari telunjuknya.

Sekali lagi jerit kesakitan memenuhi kesunyian yang membentang.

“Sakit?”

Tupak mengumpat dan mengeluarkan sumpah serapah, Dominic terkekeh pelan sambil melanjutkan tindakannya. Kali ini jempol pria tua itu menjadi sasarannya. Darah mengucur di tempat di mana seharusnya jari-jari itu berada.

Udara pekat dengan aroma kematian.

“Kau—“

Kali ini Dominic menggunakan pisau di tangannya untuk mengoyak lengan Tupak. Pisau itu merobek dagingnya, memperlihatkan jaringan di bawah kulit, darah memercik liar, mengalir deras membasahi lantai.

“Kau pikir darah keluargaku bisa kau hapus begitu saja dengan api?” bisiknya dingin, setiap suku kata seperti pisau yang menggores udara. Dominic berusaha menghalau kenangan saat keluarganya mati dalam kobaran api. Panas menyengat menusuk dadanya.

“Aku akan membuatmu mengerti bahwa pengkhianatan punya harga, Paman. Darah keluargaku akan kau bayar dengan setiap potongan tubuhmu.”

Pisau itu kembali bergerak teratur dan metodis. Setiap kali jeritan pecah Dominic merasakan kepuasan mengaliri pembuluh darahanya. Monster dalam dirinya memberontak, ingin menunjukkan kebengisannya. Haus akan kematian.

Dominic menunduk dan berbisik di telinga Tupak yang sekarat.

“Hari kau memutuskan untuk membunuh keluargaku adalah hari di mana nerakamu tercipta. Kau membakar keluargaku hidup-hidup….” Dominic menjaga suaranya tetap ringan tapi bahkan anak buahnya yang berdiri di belakangnya berjengit mendengar kalimat itu.

“Sekarang… saatnya membayar.” Dan dengan itu Dominic menarik rambut Tupak keras kemudian menggorok lehernya.

“Buang mayat tidak berguna itu dan berikan pada anjing,” tukasnya datar saat melempar gunting di tangannya sebelum membersihkan darah dengan handuk yang diberikan anak buahnya.

***

Dua jam kemudian Dominic keluar dari salah satu klubnya bersama seorang pria di belakangnya.

“Bagaimana perkembangan barang masuk?” tanyanya pada Anthony, pria yang sudah bersamanya lebih dari separuh usianya.

“Barangnya akan datang malam ini. Anggota kita sudah menunggu di dermaga.”

Dominic mengangguk. “Bawa Victor bersama kalian. Aku tidak ingin transaksi ini berakhir kacau.”

Dominic barusaja melangkah ke mobilnya, ketika sebuah sentuhan ringan di lengannya menghentikannya. Insting pertamanya adalah mendorong untuk kemudian mematahkannya—tak ada yang menyentuh Pakhan tanpa izin. Tapi kemudian, suara itu datang, lembut namun mendesak, membuat Dominic terpaku selama beberapa saat.

“Tolong, aku…” gadis itu mencengkeram lengannya sekarang. Napasnya memburu, sepertinya dia berlari entah dari mana dan bergegas menuju ke arahnya. Kenapa? Dominic sama sekali tidak punya jawabannya.

“Aku butuh bantuanmu. Di sana…” Tangan gadis itu gemetar saat menunjuk sudut jalan. “Ada seekor kucing tertabrak. Apa kau bisa membawanya ke rumah sakit?”

Dominic sudah akan menolak. Ia tidak pernah membantu siapa pun. Tidak pernah. Akan tetapi, sesuatu dalam tatapan wanita itu membuat kata-kata penolakannya menguap.

“’Kumohon. Dia… terluka.” Sekarang gadis itu menatapnya dengan tatapan memohon. Seolah ia malaikat penolong. Yang mustahil karena seringnya ia menghabisi nyawa orang.

“Bawa kucingnya ke mari,” tukasnya kasar, benci pada dirinya sendiri karena goyah begitu mudahnya.

Dominic bersumpah ada sesuatu dalam diri wanita itu yang membuatnya sulit menolak apa pun yang dikatakannya.

Apa wanita itu punya darah penyihir?

Sial. Mungkin ada yang salah dengan otaknya.

“Terima kasih. Aku akan segera kembali.” Gadis itu berlari kencang menuju sudut jalan, sama sekali tidak menyadari bahwa ia baru saja mengguncang jiwa seorang Pakhan. Bos Brathva yang paling ditakuti di jalanan New York.

Tidak sampai lima menit, gadis itu kembali membawa seekor kucing yang kakinya menekuk aneh. Sepertinya patah, pikir Dominic.

“Masuk.”

Gadis itu mengangguk, mengambil tempat duduk di kursi di belakang. Dominic membuka mulut, ingin mengatakan kalau ia bukan supir dan sebaiknya gadis itu duduk di depan, tapi Dominic menelan protesnya.

Lebih cepat gadis ini menyingkir lebih cepat ia mendapatkan kembali ketenangannya.

Begitu tiba di klinik hewan Dominic menunggunya turun, tapi gadis itu tidak kunjung bergerak.

“Sekarang apa?” bentaknya.

Gadis itu mengigit bibir bawahnya. Orang-orang takut padanya. Setiap kali melihat wajahnya yang berparut dan penuh bekas luka, mereka berjengit atau yang paling parah lari ketakutan seperti sedang melihat monster. Ia sudah terbiasa mengalaminya. Tidak seorang pun yang pernah melihat wajahnya tidak ketakutan melihatnya—kecuali gadis yang sekarang merengsek masuk dan mengacaukan wilayah pribadinya.

“Aku… tidak punya uang.”

Dominic berkedip.

“Dan apa urusannya itu denganku?” balasnya dingin.

Dengan wajah memelas gadis itu menunjukkan kucing yang ada di tangannya, kali ini lebih dekat hingga Dominic bisa melihatnya lebih jelas.

“Apa kau tidak kasihan? Lihat, dia begitu lemah. Aku mau saja membantunya, tapi aku tidak punya uang.” Gadis itu mengigit bibirnya sekarang. “Kumohon?”

Dominic mengumpat tanpa suara. Apa yang salah dengan gadis itu? dan apa yang salah dengan dirinya? Sejak kapan ia bersikap lemah seperti ini?

“Kau tahu tidak ada yang gratis di dunia ini kan?”

“Apa?”

Dominic keluar, membuka pintu untuk pengacau hidupnya.

“Suatu hari kau harus membayar ini. Dan aku selalu menagih, malyshka.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Obsesi Gila Suami Mafiaku    SIAPA DOMINIC?

    Isabella mengutuk dalam hati saat ia berbalik dan mendapati Dominic, sepenuhnya bangun dan kini berbaring menyamping. Lengan menopang kepala, sedang menatapnya. “Hai!” ucapnya riang sambil melambaikan tangan. Dominic mendengus. “Tiga kali usaha melarikan diri yang semuanya gagal tidak memberimu pelajaran ternyata. Kau tidak bisa melarikan diri, Isabel.” Semua sikap pura-pura Isabella selama ini menghilang mendengar pernyataan Dominic. “Apa itu tantangan?” “Aku tidak tahu, kau yang tahu jawabannya.” Isabella mendekat dengan wajah menantang. Dengan dagu terangkat ia membalas, “Aku pernah melakukannya dan berhasil. Kenapa yang ini tidak?” Wajah Dominic berubah. “Kau pernah melakukannya? Kenapa?” Karena ini bukan pertama kalinya ia berusaha melarikan diri, tapi Isabella tidak akan mengatakannya. Menjawab pertanyaan itu seperti mengorek luka yang berusaha ia abaikan. Ia tidak akan mengatakan kalau ini bukan pertama kalinya ia akan dijual. “Aku akan melarikan diri,” ulangnya, men

  • Obsesi Gila Suami Mafiaku    MELARIKAN DIRI

    “Kita kehilangan barang itu, Dom. Orang-orang Irlandia mencegat sopir kita dan mengambil alih situasi.” Dominic mengetuk-ngetuk jarinya di atas meja. “Bagaimana mereka tahu kapan dan di mana harus menunggu, Jax?” tanya Dominic, menatap caponya. Alisnya kemudian terangkat saat matanya menggelap. “Ada yang membocorkannya.” Jax mengangguk singkat. Dominic menggerakkan kepalanya ke samping. Bekas luka di dekat matanya membuat tatapannya terlihat mengerikan saat kemarahan berkilau bagai lidah api di matanya. Ada pengkhianat di kelompoknya. Dominic memejamkan mata sejenak. Setelah semua yang terjadi, apa orang-orang bodoh itu tidak belajar sama sekali? “Temukan siapa pelakunya. Jangan membunuh mereka, aku yang akan menangani mereka, Jax.” Kedua bola mata Jax membulat, terkejut mendengar ucapannya. “Apa yang akan kau lakukan jika ternyata ini gerakan yang terorganisir?” Dominic menyeringai “Akan ada pertumpahan darah. Keberanian seperti itu pantas mendapat penghargaan.” Jax mengangg

  • Obsesi Gila Suami Mafiaku    MENIKAH

    Rasanya seperti lepas dari mulut buaya dan masuk ke sarang harimau. Isabella berusaha menyembunyikan gemetar yang mengguncang tubuhnya, yang mustahil dilakukan saat berada dalam satu ruangan dengan pria yang kehadirannya begitu mengintimidasi dan menakutkan.Malam ini ia mengalami kejadian paling menghancurkan dalam hidupnya. Ayahnya sendiri menjualnya. Dan kakak laki-lakinya… alih-alih melindunginya justru menghilang meninggalkannya.Seolah ia tidak berarti apa-apa.Panas di belakang matanya terasa menyakitkan, tapi Isabella sudah terlalu lelah hari ini. Tenaganya terkuras habis oleh sentakan emosi dan besarnya tekad yang dibutuhkan untuk berjuang.Meraih kebebasannya.Hanya untuk kembali terpengkap dalam cengkeraman lainnya.Isabella menatap siluet pria yang sudah menyelamatkannya. Atau mungkin memerangkapnya. Ia masih belum tahu tujuan pria itu datang untuknya.Dia ingin menikahimu, kau lupa?Isabella membersihkan tenggorokannya. “Ap-apa aku tidak bisa pergi saja?” tanyanya putus a

  • Obsesi Gila Suami Mafiaku    DIJUAL

    Dua bulan kemudian“Siapa pria itu?” Dominic menunjuk ke arah seorang pria tua yang sedang tertawa terbahak-bahak ditengah kerumunan. Suaranya keras, kasar dan mengganggu. Orang-orang disekitarnya hanya menatap dengan pandangan bosan, beberapa bahkan berpaling.“Dia belum pernah ke sini,” ujar Dominic datar. Ia hapal setiap wajah yang datang ke klubnya, dan pria itu bukan salah satunya.“Namanya Richard,” jawab Victor dari belakangnya. “Dan dia punya uang.”Dominic mendengus pendek. “Tapi tidak punya otak.”Ia memperhatikan pakaian pria itu sekilas. Bukan pakaian mewah, tapi dari ekpresinya, laki-laki tua itu terlihat seperti orang yang memiliki segalanya. Dominic sama sekali tidak menyukainya.“Awasi dia. Aku tidak ingin ada kekacauan malam ini.”Victor mengangguk. Dominic hendak melangkah keluar ketika suara keras menggelegar dari balik punggungnya.“Malam ini aku akan mentraktir kalian!”Sorakan dan tawa meledak. Dominic berhenti sejenak, menatap wajahnya lebih lama. Laki-laki tua

  • Obsesi Gila Suami Mafiaku    PEMBALASAN

    Saat ini. “Aku akan membunuhmu.” Dominic menarik rambut laki-laki itu keras, hingga jerit kesakitan memenuhi ruangan gelap yang mengelilingi mereka. “Kesempatan untuk membunuhku sudah lewat, Tupak,” bisiknya di depan wajah pria itu. "Sekarang waktunya untuk pembalasan.” Tatapan Tupak menjadi liar, penuh dengan kebencian yang akan membuat siapa pun ketakutan, tapi Dominic adalah pengecualian untuk segala hal yang bisa membuat Tupak puas. Sebagai gantinya ia menyeringai. Laki-laki tua bangka itu mungkin mencoba terlihat kuat, tapi ia bisa melihat ketakutan di matanya, tak peduli seberapa keras usaha untuk menyembunyikannya. Dan itu memberinya kepuasan liar. Ketakutan adalah sumber kehancuran dan ia akan pastikan Tupak hancur sampai ke ujung neraka. “Seharusnya kau mati! Kau dan keluargamu seharusnya membusuk di neraka.” Tupak meludah di wajah Dominic, meski yang keluar bukan air liur melainkan darah. Dominic menjauh sambil berdecak jengkel. “Paman, apa kau tidak punya standar? Mel

  • Obsesi Gila Suami Mafiaku    TRAGEDI

    Trigger Warning Harap diperhatikan bahwa cerita ini mengandung konten yang mungkin membuat beberapa pembaca terganggu, seperti, penyebutan tentang kematian keluarga dekat, serta deskripsi yang sangat grafis mengenai kekerasan, penyiksaan dan adegan berdarah. ****Lima belas tahun lalu Langkah Dominic bergema pelan di halaman rumah mereka yang berlapis kerikil. Malam itu sunyi, hanya diselingi suara dedaunan yang berbisik ditiup angin dinihari. Jam tangannya menunjukkan pukul dua lewat seperempat. Ia pulang larut. Lagi. ia menarik napas dalam, membayangkan wajah ibunya yang akan mengerut sebelum mengomel panjang lebar begitu tahu putra sulungnya pulang di jam segila ini. “Suatu hari, kau akan membuat aku dan ayahmu terkena serangan jantung,” suara ibunya terngiang jelas di telinganya. Tangannya menyentuh gagang pintu, menariknya dengan hati-hati sebelum menutupnya sepelan mungkin. Ia berbalik—berhenti mendadak saat melihat ayahnya, Ivan, duduk di kursi menatapnya tajam. “Kau tahu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status