Home / Romansa / Obsesi Tuan Hagen / BAB 5 I Sebut Namaku, Princess

Share

BAB 5 I Sebut Namaku, Princess

Author: Blezzia
last update Last Updated: 2021-08-12 02:48:22

“Sebut namaku, dengan begitu aku akan melepasmu,” bisik Hagen yang sengaja menyentuhkan pucuk hidung mereka, membuat Camellia menahan napas untuk sementara.

Hal itu membuat dada Camellia naik turun. Dalam sekejab paru-parunya meminta asupan oksigen dengan cepat. Berdekatan dengan pria itu membuatnya sesak.

Dengan gelisah, ujung lidah Camellia menyapu bibir ranumnya yang sedikit merekah seperti kelopak bunga, yang tanpa gadis itu sadari mengundang perhatian Hagen seketika.

Begitu dia tahu akan kesalahannya, Camellia pun mengatup bibir dan menggigit pelan mulut bagian dalamnya sembari mengutuk diri dalam hati.

Tidak tahan akan godaan gadis di hadapannya yang bertingkah sangat polos, Hagen menyentuh bibir Camellia menggunakan ujung ibu jari dengan sengaja, membuat mata gadis itu membulat sebesar purnama, menjadikan napas Camellia tercekat saat itu juga.

“Apa sesulit itu menyebut namaku, Princess?” bisik Hagen dengan suara rendah yang terdengar maskulin ketika menyapa telinga.

Memunculkan rona merah muda di pipi gadis itu yang sehalus sutra.

Setelah menalan saliva dan berdehem, Camellia pun bergumam pelan; “Blake.”

Suara feminim Camellia yang memanggil namanya, membuat mata Hagen berdilatasi. Seketika sentuhan Hagen pada bibir gadis itu terlepas, dan dia pun melangkah mundur untuk memberi jarak di antara mereka.

“See, semudah itu menyebut namaku yang sederhana,” ucap Hagen diikuti seringai samar di wajah.

Membuat kedua tangan Camellia mengepal di sisi tubuh. Dia tahu pria itu sengaja melakukan hal barusan untuk melecehkannya.

“Kau belum menjawab pertanyaanku sebelumnya,” ucap Camellia dengan suara tegas.

Dia menolak untuk mengkerdilkan diri di bawah tatapan tajam serta perlakuan Hagen yang barusan.

Keluarga Duncan sudah berdiri lebih dari lima generasi, tidak seharusnya dia membiarkan pria itu mempermainkannya seperti tadi.

Wajah Hagen mengeras kembali, jelas sekali dia tidak suka bila seseorang mencoba bernegosiasi dengannya. Perkataannya sudah sangat jelas. Tidak ada revisi terhadap apa pun yang keluar dari mulutnya, karena semua hal sudah mutlak. Wajib dikerjakan bila tidak ingin konsekuensi.

“Kau ingin mengembalikan uangku yang dicuri selama lima tahun?” tanya pria itu dengan tatapan tajam.

Untuk sesaat Camellia ingin kembali ke kamar dan bersembunyi di sana selama berhari-hari. Dia benci menghadapi seorang Blake Hagen yang seolah-olah ingin menghancurkan kewarasannya.

Ketika Hagen hendak melangkah ke depan, Camellia pun mundur tiga langkah.

Kali ini, gadis itu tidak ingin berpura-pura tegar, karena berhadapan dengan pria itu sangat melelahkan.

Melihat ekspresi serta tangan gemetar Camellia yang disembunyikan di balik tubuhnya, Hagen pun menghentikan langkah seketika itu juga. Dia memilih diam beberapa waktu, menunggu gadis itu bersuara lebih dulu.

“A-aku akan mengembalikan semua uangmu, tapi beri aku waktu. Satu tahun sangatlah sebentar. A-aku tidak bisa mengumpulkan semuanya secepat itu,” kata Camellia terbata.

Dia tidak peduli lagi akan harga diri, karena dalam waktu singkat pria itu sudah meremukkannya.

“Aku sudah mengatakan tidak,” ucap Hagen dengan nada tegas. Tatapannya yang tajam membuat Camellia bersusah payah menelan air mata yang perlahan naik ke pelupuk.

Pria itu tampak tidak peduli akan permintaan gadis itu. Dengan sengaja dia mengalihkan tatapan dan memusatkan perhatian ke arah dinding, di mana dulunya terdapat lukisan jutaan dollar di sana. Kini, tidak ada lagi sisa-sisa kejayaan Keluarga Duncan yang telah berdiri tegak selama lima generasi, membuat Hagen menatap masam pada dinding kosong yang hanya menyisakan jejak bayangan bahwa dulunya ada sebuah benda yang menutupi permukaannya selama puluhan tahun.

Penolakan pria itu terasa sangat menyakitkan, sehingga Camellia tanpa sadar menggigit bibir bagian bawahnya hingga terasa amis darah.

“Ayahku sedang butuh perawatan saat ini, sehingga akuꟷ”

“Apa kau pikir aku peduli akan kisah sedih yang hendak kau ceritakan?”

Seketika fokus Hagen kembali pada Camellia yang tampak berdiri rapuh di tengah-tengah ruangan tanpa perabotan.

Entah mengapa, Hagen merasa muak melihat itu.

Rasa marah bercampur emosi yang sangat asing dengan cepat naik ke dada dan memberontak untuk tumpah. Hagen sangat membenci perasaan yang sangat berani menyelinap ke sanubari sehingga dia pun menepisnya.

“Dengar, Princess. Bila setiap orang yang mencuri dariku diberi kebebasan sedikit saja, aku pasti tidak akan sampai sukses seperti ini,” desisnya dengan tatapan berapi-api, membuat Camellia berkali-kali menelan saliva dan membuang pandangan agar tidak lagi melihat mata Hagen yang diselimuti amarah.

“Aku bahkan memberi keluargamu waktu untuk berkabung begitu berita kehancuran Keluarga Duncan tersebar.”

Perkataan pria itu membuat Camellia meremas piyamanya semakin erat. Dia benci diingatkan pada hari di mana hidupnya runtuh jadi berkeping-keping.

“Tapi, aku benar-benar tidak bisa membayar hutang keluargaku dalam waktu setahun,” kata Camellia dengan nada putus asa.

Kemana lagi dia meminta pertolongan. Pria itu satu-satunya yang dapat memberikan keringanan.

Apa dia perlu bersujud untuk melunakkan hatinya yang keras?

“Kau lihat rumah ini, Mr. Haꟷ maksudku Blake.”

Nyaris saja Camellia terselip lidah saat menyebut nama pria itu. Dia tidak ingin membuat keadaannya yang sulit jadi semakin runyam.

Sembari menata jantungnya yang berdetak tidak beraturan, Camellia merentangkan tangan ke sekitar. Seolah-olah meminta pria itu untuk melihat ke sekeliling dengan mata terbuka lebar.

“Lihatlah rumah ini. Aku bahkan tidak memiliki sofa untuk menjamu tamu. Bayangkan apa yang akan kau temui di dalam sana. Aku yakin kau pasti akan menatap dengan pandangan seperti tadi.”

Mendengar ucapan Camellia yang terakhir, Hagen pun menyadari bahwa gadis itu juga memperhatikannya. Untuk ke depan, dia akan menata ekspresi lagi sehingga tidak ada yang membacanya dengan mudah.

Mendapati tatapan tajam dari mata obsidian pria di hadapan, Camellia mencoba untuk mengabaikannya dan dia pun melanjutkan.

“Bagaimana mungkin aku membayarmu, bila tidak ada apa-apa yang dapat kuberikan sebagai jaminan.”

Begitu kalimat tersebut keluar dari mulutnya, seketika sudut bibir Hagen membentuk seringai.

Pria itu pun mendekat, namun kali ini Camellia menahan kakinya untuk tetap tegak berdiri di tempat semula.

Keduanya hanya saling tatapa dalam waktu yang cukup lama, sebelum akhirnya Hagen memiringkan kepala dengan mata menatap tubuh Camellia dari ujung rambut hingga kaki seperti yang dia lakukan di awal mereka bertemu tadi.

“Tidak ada yang bisa kau tawarkan?” ucap pria itu, lebih pada dirinya sendiri.

Mendapati ekspresi Hagen yang sangat tidak biasa, Camellia ingin memeluk diri dan menutupi tubuhnya dengan selimut yang melilit ke sekujur tubuh. Dia sangat tidak suka dengan cara pria itu yang tampak menelanjangi.

Tanpa diedukasi, Camellia mengerti ke mana arah pikiran pria itu, yang seketika membuat hatinya mendidih.

“A-apa yang kau lakukan?”

Tanpa sadar, Camellia benar-benar melingkarkan lengan di sekitar pinggang. Pose yang menunjukkan sikap mempertahankan diri dan rasa tidak nyaman.

Bukannya bersikap layaknya gentleman, Hagen semakin menatap Camellia intens. Bahkan, matanya tampak berlama-lama di gundukan dada yang gadis itu sembunyikan di balik lengan yang melilit di badan.

“Mengobservasi dirimu. Memangnya apa lagi,” ucap pria itu diikuti seringai menakutkan yang membuat Camellia menggigil sampai ke tulang-tulang.

Tiba-tiba saja dia merasa kedinginan dan bulu romanya tegak berdiri.

“Mr. Haꟷ ma-maksudku, B-Blake,” kata Camellia dengan suara sedikit bergetar. Kali ini dia tidak mampu mengontrol diri di bawah tatapan mata obsidiannya yang terasa menguliti. “B-berhenti menatapku.”

Hagen menyentuh pipi gadis itu, kali ini dia menangkup wajah Camellia di antara kedua telapak tangannya yang kekar. Dan tatapan sangat lembut, namun dengan senyuman yang sumbang, Blake Hagen pun berbisik pelan; “Aku memberimu tiga pilihan.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Obsesi Tuan Hagen   TAMAT

    Camellia baru saja terbangun, dan dirinya menatap puas dengan pandangan berbinar pada pria yang masih terlelap di samping tempatnya berbaring. Dengan ujung jemari yang menari-nari di atas kulit telanjang pada punggung pria itu, Camellia mencoba menahan diri agar tidak tertawa, terutama ketika Hagen menggumamkan sesuatu di dalam tidurnya. Tahu bahwa dia hanya akan membangunkan singa yang lapar, Camellia memilih untuk segera bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi. Setelah beberapa waktu kemudian, Hagen tampak masih tertidur dengan posisinya semula, sehingga Camellia membiarkannya dan terus melangkah ke arah balkon. Gadis itu tampak menikmati semilir angin pagi yang menyuguhkan pemandangan hutan beton di hadapan. Sembari menyeduh susu cokelat hangat, tatapan Camellia tertuju pada arakan langit cerah yang memenuhi kota New York. Dia hendak menyesap minumnya kembali, saat tiba-tiba sepasang tangan kekar memeluk dari arah belakang. “Morning, Princess,” sapa Hagen, s

  • Obsesi Tuan Hagen   EKSTRA PART 4

    Saat Ini, di Luna Star Hotel. Honeymoon On New York.Di salah satu kamar Luna Star Hotel, ditemani cahaya remang-remang. Aroma kopi yang maskulin dan wangi mawar yang berpadu. Camellia menatap punggung lebar dan kokoh yang membelakanginya dengan desah napas yang teratur.Otot-otot liat itu menggoda mata Camellia untuk tidak berpaling sedikit pun. Namun, bukan itu yang membuat Camellia masih terjaga kendati jam dinding mewah yang tergantung di depan pintu sudah menunjukkan pukul tiga pagi.Matanya belum perpaling ketika punggung kokoh serupa Dewa Yunani itu berbalik dengan sepasang mata yang menghunjam Camellia. Warna hitam obsidian yang bersinar itu menatap langsung ke arah bola mata Camellia.Dia tidak mampu mengontrol detak jantungnya yang berdesir cepat ketika Hagen memamerkan senyum tipis yang menghiasi wajah rupawannya tersebut.“Mengapa kau belum juga tidur?” Suara parau yang berat dan dalam itu seolah menyedot semua akal sehat Camellia.Camellia tidak mampu menjawab. Tubuhnya

  • Obsesi Tuan Hagen   EKSTRA PART 3

    Camellia tidak tahu harus melakukan apa dalam situasinya saat ini, sehingga dia hanya mendengarkan suara hangat pria itu yang kini menggelitik telinganya.“Cukup anggukan kepalamu jika kau setuju.”Mendengar instruksinya, Camellia pun mengangguk cepat.Jelas sekali bahwa gadis itu tengah ketakutan.Menyadari hal itu, pria yang kini membekapnya pun tampak berusaha menenangkan.“Sssttt … aku tidak berniat melukaimu. Yang aku butuhkan hanya bantuan.”Seketika, Camellia pun menarik napas dalam-dalam sembari memejamkan mata untuk menenangkan diri. Ketika dia dapat mengontrol rasa takut yang sempat menguasai, gadis itu mengangguk samar dan pelan. Tetapi, tetap saja pria bersuara maskulin yang menenangkan di balik punggungnya tidak melepaskan bekapan tangan dari mulutnya.“Seseorang tengah mengincar keberadaanku, dan jika kau bisa menyembunyikanku sampai supirku tiba, maka aku akan melakukan apa saja untuk melindungimu di masa mendatang.”Mendengar penjelasannya, tanpa Camellia sadari, manik

  • Obsesi Tuan Hagen   EKSTRA PART 2

    Beberapa Minggu setelah pertemuan dengan Jeff, Camellia tampak lebih berhati-hati dengan sekitar.Sesekali gadis itu merasakan seseorang tengah mengikutinya, dan hal itu semakin membuat Camellia merasa tidak aman jika jalan sendirian, walaupun hanya sekedar melakukannya di lingkungan sekolah yang ramai oleh lalu-lalang siswa lainnya.Camellia lebih memilih untuk mengajak Bella agar dapat menemaninya kemanapun dia pergi. Hal ini tentu saja membuat gadis enam belas tahun itu bertanya-tanya akan perubahan sikapnya.“Ada apa denganmu? Mengapa kau terlihat seperti orang yang ingin menyembunyikan diri, Lia?”Mendengar itu, kepala Camellia pun menggeleng samar.Akhir-akhir ini dia lebih banyak diam, terutama setelah acara pentas seni, dimana sang ayah tidak menghadiri undangan yang telah Camellia berikan pada butler keluarganya.Dia tidak tahu dimana letak kesalahannya. Padahal kehadiran ayahnya sangat Camellia tunggu waktu itu.Dan, sepulang dari acara pentas seni, dia pun menanyakan alasan

  • Obsesi Tuan Hagen   EKSTRA PART 1

    Lancester, Tiga Setengah Tahun yang lalu.Camellia baru saja pulang dari sekolah, saat tiba-tiba salah satu butler menyambutnya dengan wajah sedikit masam. Jelas sekali, terjadi sesuatu sehingga membuat seisi rumah menjadi sangat tidak bersahabat dan bersitegang.Mendapati keadaan itu, Camellia pun melirik kembali pada jajaran mobil mewah yang terparkir di halaman.Biasanya, sang ayah; Edgar Duncan, selalu mengundang beberapa orang paling berpengaruh di Lancester dan Denver untuk mengadakan rapat bulanan yang selalu diadakan di rumah mereka.Pemandangan mobil mewah memenuhi parkiran bukanlah hal yang asing baginya. Namun, gadis muda itu tampak khawatir, karena setiap kali pertemuan itu dilaksanakan, pasti ada saja sesuatu yang janggal terjadi.Misalnya beberapa bulan lalu, salah satu anggota parlemen di Lancester menghilang secara misterius, dan keluarga dari parlemen tersebut tidak lagi terdengar kabarnya seminggu kemudian. Dan, Camellia tahu penyebabnya, tidak lain adalah rahasia di

  • Obsesi Tuan Hagen   Epilog

    Tidak ada yang lebih bahagia dari pasangan Hagen dan Camellia, yang kini berdansa di tengah-tengah ballroom yang dipenuhi oleh orang-orang terdekat mereka. Tidak hanya itu, beberapa orang berpengaruh di Lancester dan juga Denver tampak berkumpul di bawah atap yang sama, menari, berbicara dan tertawa dengan siapa saja yang mereka temui di Kastil Petunia.Camellia yang tampak sangat cantik dengan gaun satin berwarna putih, memahat sempurna pada lekuk tubuh feminimnya, hingga mampu membuat mata Hagen berbinar hanya dengan menatapnya.Pria itu bahkan tidak bisa menjauhkan tangannya dari pinggang ataupun jemari lentik gadis itu.Jelas sekali, keduanya hanyut dalam dansa dengan melody lambat di bawah lampu kristal yang menghiasi langit-langit ballroom.Sementara itu, tidak jauh dari keduanya, Erlinda dan Cintya yang juga berdandan cantik dengan gaun berwarna pastel senada, tampak mengagumi pasangan berdansa yang berada di tengah-tengah ruangan.“Ahhhh … aku benar-benar menginginkan pernikah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status