Raffa langsung mengajak pulang istrinya setelah mendapatkan izin. Ia memerintahkan adiknya untuk mengambil tas Amel. Sedangkan kini Amel tengah menunggu di mobil."Mas tuh apaan sih, kan bisa ambil tas sendiri. Gak perlu minta ambilin sama Shilla, lagi bentar lagi jam pelajaran lho," ucap Amel gemas. Lelaki itu tidak menanggapi sang istri, ia malah sibuk menelepon. Sedangkan di kursi kemudi, Dimas yang berada di sana. Raffa pamit keluar dulu untuk mengangkat telepon dari seseorang, membuat Amel memicingkan mata curiga. "Dim, emang suami gue kagak ada kerjaan apa! Sampe segala nyamperin ke sini," seru wanita itu. Dimas yang ditanya melirik sekilas lalu fokus memainkan ponsel lagi. Lelaki itu mengangguk sebagai jawaban, membuat Amel mendengkus. "Kalau ngomong sama gue coba handphone-nya taro dulu!" sentak perempuan tersebut.Pria tersebut kaget hampir saja handphone terjatuh. Ia mengelus dada, suara Amel sangat menggelegar. "Iya maaf, Bu Bos. Ini handphone-nya saya taro," sahut Di
Waktu pulang tiba, Amel sangat kerena sedari tadi diabaikan. Ia terus menggerutu, kalau di diamkan kenapa dia dibawa ke kantor. Lelaki tersebut malah sangat sibuk mengerjakan pekerjaannya dan melupakan sang istri yang sedangkan geram."Ayo kita pulang," ajak lelaki itu.Amel memutarkan bola matanya kesal, ia bangkit dan meraih tas."Kalau gue dibawa ke kantor cuma diginiin mendingan tadi anter ke rumah aja! Atau gak usah jemput dari kampus," gerundel Amel.Raffa yang mengikuti dari belakang hanya menyeringai mendengar keluhan sang istri. Tetapi, ia masih terus diam. Sesampai di mobil, lelaki itu langsung masuk. Dia yang bisanya membukakan pintu, beberapa hari seperti tidak peduli. "Apa Mas Raffa punya cewek selain aku ya, apa dia punya yang baru," batin Amel menerka. Rasa sakit hati menikam dirinya, ia memegang dada lalu meremas. Air mata bahkan langsung jatuh, membuat dia segera berpaling. "Padahal baru menerka, tapi kenapa sesakit ini. Apalagi kalau ini benar dan di depan mata."
Amel langsung mendorong Raffa agar tidak mendekap dan mengelusnya. Emosi sangat tidak stabil, kini dada kekesalan rasanya memburu ingin segera diluapkan."Tadi kamu ngatain aku nuduh, tapi kamu ternyata nanti ada rencana mau duain aku. Mendingan kalau mau niat gitu bilang dari awal sebelum nikah! Aku gak akan nerima lamaran kamu," hardik wanita itu. "Lagian kalau cuma manja sama kamu aku juga bisa, kenapa harus cari yang lain," lanjutnya. Sangat terdengar nada kecemburuaan di sana. Lelaki itu langsung tertawa, membuat Amel mendengkus. "Cewek yang manja itu maksudnya anak kita, aku mau anak cewek. Pasti gemesin kaya kamu," lontar Raffa.Amel langsung menyerang suaminya mendengar lanjutan ucapan lelaki tersebut. Sedangkan Raffa tertawa, karena berhasil membuat Amel seperti itu."Jahat banget sih, Mas! Rese deh," geram wanita tersebut.Raffa menahan tangan sang istri, membuat mereka saling menatap. Lalu mereka tertawa dan saling mendekap. Lelaki itu berdecak membuat Amel mendongak. "
Amel mulai menangis karena tidak menemukan suaminya. Tubuh wanita itu bergetar ketakutan, apalagi kini suara jangkrik menemani. "Mas ... kamu di mana sih, aku takut! Tolong kamu cepet ke sini," jerit wanita itu meminta. Raffa hendak keluar, tetapi dirinya ditahan oleh sang Mama. Wulan menggeleng sebagai tanda tidak boleh ke sana. "Tapi, Mah ... kasian dia sampe nangis gitu," ucap Raffa pelan. Sekar yang mendengar itu memegang pundak sang menantu, ia mengulas senyum. Wanita tersebut sangat bahagia, karena lelaki yang menjadi suami anaknya terus berusaha membahagiakan Amel. "Tenang aja, pasti dia ke sini. Sabar sedikit ya," tutur wanita itu pelan.Raffa akhirnya mengangguk, ia berusaha menenangkan hati. Agar tidak terlalu cemas pada sang istri. Kala mendengar teriakan Amel semakin mendekat, mereka lekas bersembunyi. "Mas ... kamu sebenernya dimana sih! Rese banget deh. Aku marah nih, jahat banget sih. Udah lupa hari aniversy sekarang malah ninggalin aku sendiri di rumah," teriak A
"Yang!" Raffa memekik, ia menepuk pipi sang istri. Semua orang sangat terkejut, mereka langsung mengerumi Amel. Wulan melihat menantu seperti ini, ia segera menyuruh Raffa membawa ke kamar dan dia menelepon dokter pribadi. "Makasih, Mah. Raffa bawa Amel ke kamar dulu," ucap lelaki itu gemetar.Lelaki itu sangat ketakutan, dia tergesa-gesa membawa istrinya. Sedangkan Sekar segera menyusul menantu dan anaknya. Kala sampai di pintu kamar, ibu mertua pria tersebut membantu untuk membuka benda tersebut. "Ayo cepat letakan hati-hati di kasur, Raf," perintah Sekar. Raffa mengangguk, ia dengan perlahan membaringkan sang istri ke kasur. Lalu Sekar segera menyelimuti perempuan itu, ia ikut naik ke ranjang dan membelai sayang kening anaknya. "Raf, ada minyak kayu putih gak?" tanya Sekar. Lelaki itu terdiam, lalu mengangguk dan segera mencari benda tersebut. Setelah ketemu, dia memberikan pada Sekar. "Ayo Nak, bangun! Jangan buat kami cemas," ujar wanita itu. Aroma minyak kayu putih, memb
"Kenapa sekarang gak nyoba di cek, kali aja sesuatu harapan. Yang penting kalian sudah berusaha kan, kalau belum waktunya gak papa, kalian bisa terus berdua dan meminta pada sang maha kuasa," lontar dokter tersebut."Aku bawa nih, aku juga lagi mau nyecek, tapi di telepon Nyonya Wulan jadi ke sini dibawa-bawa deh," lanjutnya. Semua langsung memandang Amel, mereka mengangguk menyakinkan wanita itu. "Ya udah," kata Amel pelan. Mereka langsung tersenyum, dokter itu segera merogoh tespack dan memberikan pada Amel. "Ayo bantu Amel, ke kamar mandi, Raf. Kenapa malah diem aja," cecar Wulan. Mendengar perintah Mamanya, lelaki itu langsung mengangguk. Lalu membantu memapah sang istri menuju bilik mandi. Kala sampai dia disuruh keluar oleh Amel. Dia mengangguk paham dan memegang bahu wanita tersebut terlebih dulu. "Kalau hasilnya negatif gak papa, kok. Jangan sedih, kalau udah waktunya di kasih kok," tutur sang suami. Amel mengangguk kepala, Raffa langsung mengelus sayang puncuk kepala s
Wulan dan Sekar dijemput Shilla, perempuan itu sangat senang saat ngetahui ia akan mempunyai keponakan. Kini hanya tinggal mereka, keduanya berbaring di kasur. Raffa mengusap lembut rambut Amel. "Sayang ... maaf ya, acaranya jadi berantakan gara-gara aku pingsan," tutur perempuan itu. Lelaki itu menggeleng lalu membenarkan posisi tiduran sang istri. Ia kini mendekap wanita tersebut, lalu mendaratkan kecupan di pipi Amel. "Gak papa, mereka nanti pasti paham kok. Udah gak usah pikirin apapun yang buat kamu stress, hayu ... mendingan sekarang tidur," ujar lelaki itu. Dia menuruti ucapan suaminya, ia membenarkan posisi tidur agar berhadapan lelaki itu. Lalu menyusupkan wajah ke dada bidang Raffa. Tak lama suara dengkuran terdengar, membuat Raffa mengulas senyum."Kayanya kamu capek banget ya, Sayang," bisik lelaki itu. "Makasih kamu udah mau jadi istri aku, aku sayang banget sama kamu."Setelah mengatakan demikian, lelaki itu ikut terlelap. Waktu pagi tiba, Amel dengan semangat memba
Lelaki itu menggeleng mendengar ucapan Amel, membuat wanita tersebut mengeryitkan alis bingung."Terus kamu kenapa natap aku sampe segitunya," sungut perempuan itu. Raffa memegang dagu lalu tangannya mengelus-elus jengot pendek."Katamu hamil kebo, kenapa kamu gak mirip kebo. Aku lagi nyari kemiripan itu dari kamu," jawab Raffa. Mata wanita itu melotot mendengar jawaban sang suami, ia langsung melemparkan tas. Beruntung lelaki tersebut tangkap, Amel bersidekap dan mendengkus kesal. "Punya laki gini amat, maksudnya ... ah sudahlah, kamu juga gak bakal ngerti! Aku udah gak mood buat makan," geram Amel. Perempuan tersebut bangkit lalu mendekati suaminya dan merebut tas yang tadi dilempar. Kala hendak pergi, tangan dicekal oleh Raffa."Kamu harus sarapan, ayo cepat duduk!" perintah lelaki itu. Amel menggeleng menolak perintah suaminya. Ia menarik tangan yang digenggam Raffa, dia langsung bersidekap. "Udah gak berselera lagi makan ini, aku mau bubur kacang ijo Mang Mamat," lontar san