Kini kedua sejoli itu berada di mobil. Raffa tengah fokus melajukan kendaraan tersebut."Ahhh ... suasananya hening banget, udah kaya di pemakaman," celetuk Amel. Perempuan itu mengembuskan napas kasar, lalu menyandarkan kepala ke sandaran jok. Raffa melirik sekilas dengan cepat tangan lelaki tersebut menepuk paha sang calon istri. Amel langsung menoleh dan menatap tajam ke arah Raffa. "Om Duda, nakal ih," sembur Amel.Gadis itu langsung mencubit dengan kencang lengan Raffa. Membuat lelaki itu mengaduh lalu menepis tangan sang calon istri. "Sakit, Mel! Di mana nakalnya coba, aku cuma nepuk pelan lho. Bukan ngelus," geram Raffa, ia menyorot kesal ke arah Amel. "Lagian kamu ini, asal ngomong aja. Disamain gara-gara hening gini kaya pemakaman, di sana rame lho, tempat setan ngumpul," lanjut Raffa. Perkataan lelaki itu membuat Amel membulatkan mata. Ia langsung memeluk tubuh, merasakan tiba-tiba bulu kuduknya meremang. Padahal sekarang sudah siang, memang dasar gadis tersebut penakut
"Kamu berisik banget," kata itu yang keluar dari bibir Raffa. Amel ingin tertawa kala mendengar perkataan Raffa. Tetapi perempuan itu tahan, Raffa sempat menoleh memandang calon istrinya lalu fokus lagi membalas tatapan Kayla. "Kenalkan, dia calon istriku," seru Raffa.Kayla membulatkan matanya kala mendengar perkataan Raffa. Ia menggeleng, lalu spontan memegang bahu Raffa. "Kamu pasti bohong, kan, kamu pasti lagi ngeprank aku," lontar Kayla."Apaan sih, Kay! Apa untungnya coba bohongin kamu," cecar Raffa."Pakaiannya sudah siap, Tuan, Nona," ucap pegawai Mila. "Oh, sudah siap. Antarkan kami ke sana," balas Raffa. Lelaki itu bangkit dan menyodorkan tangannya ke hadapan Amel. Gadis tersebut langsung menerima, tak lupa lirikan mengejek ke arah Kayla. "Berani banget bocah itu," batin Kayla berseru.Tangan perempuan tersebut mengepel, ia langsung mengikuti langkah kedua sejoli itu. Dihadapan mereka, terlihat beberapa menekin yang sudah terbalut gaun pengantin."Tante ngapain ngikut
Amel baru saja selesai memakai gaun tersebut. Ia memandang cermin yang memantulkan dirinya. Tatapan kagum terpancar di mata gadis tersebut. "Nona sangat cantik memakai gaun ini, tinggal dibantu dikit sesuaikan tubuh Nona," puji salah satu perempuan yang membantu Amel. "Mbak ini bisa aja, nanti bilang aja sama Om Duda," seru Amel yang masih sibuk memandang pantulannya. Para pegawai Mila saling pandang. Mereka bingung dengan panggil Amel pada calon suaminya. "Sudah, ayo bantu gue, eh aku ke Om Duda," ucap Amel.Para pegawai Mila langsung memusatkan perhatian pada Amel kala perempuan itu mulai bersuara. Mereka dengan sigap membantu Amel, memegangi gaun yang dilantai agar tidak kotor dan Amel tidak sulit melangkah. Perlahan gadis tersebut mulai berjalan diikuti mereka.Sedangkan di tempat Raffa menunggu. Lelaki itu kini tengah duduk dengan bersilang kaki dan jemari mengetik handphone. Raffa sangat fokus ke layar ponsel tersebut, sampai Kayla yang berada di sampingnya merasa diabaikan
Membuat Raffa mendongak bersamaan dengan Kayla yang langsung tersenyum. "Kalau gak pengen sama pernikahan ini, aku bahkan gak sudi untuk repot-repot fitting baju segala. Tapi lihat, kan, aku datang berarti aku sangat menginginkan pernikahan ini," balas Raffa.Lelaki itu langsung bangkit dari duduknya. Mengulas senyum ke samping Mila, yang ternyata Amel tengah mendekat."Kamu sangat cantik, Sayang. Memakai itu," ucap Raffa. Mila dan Kayla langsung menoleh ke mana arah pandangan Raffa."Om Duda, sama mereka lagi ngobrol apa?" tanya Amel saat berhenti di samping Raffa. Raffa menggeleng lalu tersenyum, lelaki itu membenarkan rambut yang menghalangi wajah Amel. "Bukan apa-apa, ayo! Ganti pakaianmu lagi, kita harus cari mahar buat kamu," tutur Raffa. Amel sedikit bersemu dengan perilaku Raffa tadi. Ia bagai terhipnotis langsung menganggukan kepalanya lalu mulai melangkah ke ruangan ganti. "Apa kamu mencari istri yang penurut? Kalau gitu Kayla juga bisa lho. Kalau dia pantasnya jadi
"Om Duda, sangat mengerikan," lontar Amel. Raffa terkekeh sebentar lalu menampilkan raut wajah datar. Amel terkejut dengan perubahan itu, ia memandang heran sang calon suami."Menakutkan gimana, kan, bagus buat badan lho," seru Raffa."Sudahlah! Kita sekarang mau kemana?" tanya Amel seraya menggibaskan tangannya di depan wajah."Kamu padahal masih muda, tapi kok sudah pikun," ejek Raffa. Mata Amel langsung membulat dan menoleh memandang Raffa kala lelaki itu mengucapkan kata tersebut."Namanya juga manusia, pasti kadang lupa," seru Amel dengan menggebu."Oh gitu, yah." Nada bicara Raffa masih terdengar mengejek. Membuat Amel geram dan dengan spontan memcubit paha calon suaminya itu."Awhhh ... kok kamu cubit aku sih," keluh Raffa.Lelaki itu mengusap pahanya, lalu menatap sendu ke arah Amel."Om Duda, nyebelin!" Kata itu yang keluar dari bibir Amel. Wanita tersebut langsung bersidekap dan memandang lurus ke depan."Ayo kita berangkat," ucap Raffa. Lelaki itu memilih tidak memperp
Amel langsung membuka mata dan menoleh memandang Raffa. Terlihat lelaki itu memamerkan seringai. "Omnya awas dong, aku mau keluar nih," ucap Amel.Gadis itu berkata seraya memegang pintu yang jendelanya memang sudah terbuka."Oke, aku mundur. Sekarang silahkan tuan putri keluar," kata Raffa."Apaan sih, ayo cepat kita masuk dan pilih-pilih," ajak Amel.Gadis itu langsung menggenggam tangan Raffa kala keluar mobil. Lalu menarik lelaki tersebut agar mengikutinya."Eh, iya. Tapi janji ya jangan ingkar kalau Om Duda, bakal traktir aku," ujar Amel.Dia menghentikan langkahnya lalu menoleh memandang Raffa. Pria tersebut terkekeh lalu merogoh dompet dan memberikan pada Amel."Eh, iya. Tapi janji ya jangan ingkar kalau Om Duda, bakal traktir aku," ujar Amel.Dia menghentikan langkahnya lalu menoleh memandang Raffa. Pria tersebut terkekeh lalu merogoh dompet dan memberikan pada Amel."Ini, pegang aja dompet aku agar kamu percaya jika saya meneraktir kamu," ungkap Raffa.Tiba-tiba pipi Amel la
Lelaki itu lekas membuka jaketnya lalu mengikat di pinggang Amel. Gadis tersebut terkejut, belum bisa mencerna apa yang dilakukan sang calon suami. Raffa lekas berlari meninggalkan Amel, membuat kasir juga kebingungan."Om Duda, kenapa sih," gumam Amel. Lalu terlihat Raffa berlari mendekatinya sambil membawa pembalut. Amel membulatkan mata melihat benda keramat itu. "Cepat scan dulu," perintah Raffa. Lelaki itu menyodorkan pembalut ke kasir, awal-awal perempuan tersebut mematung. Tetapi lekas mengerjakan apa perintah Raffa kala tegur lagi."Kenapa diam aja, ayo cepat!" tegur Raffa. "Udah di scan, kan. Ini kamu cepet ke toilet," bisik Raffa pelan. "Buat apa, Om. Ihh Om Duda mesum deh," balas Amel.Perempuan itu ikut mengucapkan dengan nada pelan. Raffa mendengkus kesal, ia mendekati bibir ke telinga Amel. "Aishhh ... coba ingat-ingat jadwal tamu bulanan kamu, tapi nanti setelah kamu pergi ke toilet. Cepet gih!" tutur Raffa. "Diam aja di toilet, nanti kasih tau kamu di mana. Tung
"Ayo pergi!" ajak Amel. Raffa menuruti perkataan Amel, lelaki itu mengikuti langkah calon istrinya. "Sekarang kita pergi ke toko emas, ya, lagian aku juga udah nurutin permintaan kamu," lontar Raffa. Mereka kini berada di dalam mobil. Raffa fokus melajukan kendaraan roda empat tersebut. "Iya sih, tapi gara-gara Om Duda, aku dikira sama cewek-cewek tadi simpenan Om Duda," gerundel Amel. Gadis itu memajukan bibirnya tanda kesal. Ia meraih snack dan membuka lalu melahap dengan gerakan marah. "Makannya biasa aja kali," kata Raffa. Lelaki itu sempat melirik Amel. Terlihat riak wajah cemberut gadis tersebut. "Lagian, salah aku dimana coba. Udah bagus doang aku kasih tau kamu, biar kamu gak malu," lontar Raffa lagi. Amel mendengkus lalu mencubit tangan Raffa membuat lelaki tersebut mengaduh. "Ihhh ... bukan itu yang kumaksud, Om Duda! Tapi saat Om Duda berani banget masuk ke toilet cewek, gara-gara itu, tiga cewek itu malah ngegibahin aku, aku dikatain simpanan Om," cerocos Amel."