"Huh, jangan asal nuduh deh. Mas buktiin nih, ayo ikut kita ambil koper itu," ajak Raffa.Raffa menyentil kening istrinya lalu menarik lengan Amel. "Aku buktiin, kalau aku gak salah kamu harus nurutin permintaanku," cerocos lelaki itu.Amel sedikit berlari karena tarikan sang suami. Ia menatap wajah Raffa yang tak menampilkan riak takut sedikitpun. "Waduh ... kalau misalnya aku salah gimana dong! Ini bibir maen asal tuduh aja deh," batin perempuan tersebut.Kini mereka telah sampai di kamar. Amel melirik ke atas lemari yang memang ada koper. Raffa mendorong tubuh sang istri agar lebih baik dia duduk saja."Kamu duduk aja dulu, biar Mas yang ambil itu," perintah Raffa.Raffa langsung mengambil koper di atas, sehabis itu ia menaruh benda tersebut ke kasur. " Ayo buka koper itu!" Lelaki itu bersih dekat seraya memandang sang istri, tatapan itu membuat Amel gugup. "Kenapa diam saja, ayo buka kopernya!" seru Raffa lagi. Amel menggangguk sebagai jawaban, Iya langsung melaksanakan peri
"Udah ah, aku mau pergi dulu bareng istri kecilku ini," seru Raffa. Lelaki itu menggandeng lengan istrinya. Sedangkan Wulan dan Sekar saling lempar senyum melihat pasangan tersebut. "Udah deh Ka, gak usah lebay juga! Mau pamer gitu kalau Kakak udah ada temen tidur," sembur Shilla.Sekar memandang tersenyum ke arah anaknya apalagi melihat tanda merah di leher Amel. Wanita itu langsung mendekat dan memegang pipi Amel membuat perempuan tersebut kaget. "Putri, Ibu, sudah besar. Jangan terlalu kekanak-kanakan ya, kamu harus berusaha menyeimbangi Raffa begitupun, kamu Raf," seru Sekar. "Baik, Bu. Pasti aku akan melakukan yang terbaik buat istriku ini." Raffa menyahuti membuat sang istri menoleh dan melempar senyuman. "Bu, Mah, kalian mau ngapain ke sini?" tanya Amel dengan nada lembut. Sekar dan Wulan langsung saling pandang. Sedangkan wanita itu telah menurunkan tangannya daru pipi sang anak. "Kami ke sini mau masakin kalian, pasti kalian belum makan, bukan. Anakku ini selalu bangu
Mendengar perkataan Amel, Shilla semakin memanyunkan bibirnya. "Gak usah sombong juga kali, cuma di masakin sama Ka Raffa juga." Menanggapi balasan Shilla, wanita itu mengangguk kepalanya dengan wajah mengejek. "Bukan sombong, cuma ngasih tau aja. Ya udah, bagus deh kalau kamu gak cemburu," lontar Amel. Shilla yang baru melihat tanda merah di leher Amel hanya menyeringai. "Gak usah ngeledek gitu deh, mendingan urusin tuh. Sampe keliatan gitu, mau pamer kah," ujar Shilla. Amel mengeryitkan alisnya karena tak paham. Kala Shilla menunjuk leher sendiri membuat Amel membulatkan mata. "Ini semua gara-gara Mas Suami! Aku pergi aja deh, bikin malu aja," omel Amel. "Apa! Mas Suami, anjir ... gue mau ngakak dulu," sembur Shilla. Mendengar ucapan Shilla, Amel langsung masuk ke mobil dan menutup pintu dengan kencang. Raffa mencium punggung tangan Sekar dan Wulan, lalu berpamitan. Tak lupa mendaratkan jitakan ke kening Shilla lagi. "Apaan sih, Ka! Maen jitak-jitak aja," hardik Shilla.
"Iya dong seneng, tapi seneng lihat istriku cemburu ini." Amel melotot mendengar perkataan suaminya lalu dengan cepat mendaratkan cubitan."Eh, Sayang! Jangan gitu, aku lagi nyetir lho," tegur Raffa. Amel mendengkus kesal mendengar perkataan suaminya. Tetapi ia menurut dan tak menyerang lelaki itu lagi. "Kamu sih! nyebelin banget," sembur Amel. Raffa hanya tersenyum kecil mendengar omelan istrinya. Dengan lembut ia mengusap puncuk kepala wanita tersebut yang kini menjadi pendamping hidupnya. "Kalau gitu maafin, aku ya. Nanti aku usahain selalu membuat kamu bahagia, tapi aku seneng liat kamu cemburu gitu. Berarti kamu cinta dong sama aku," lontar Raffa. Amel menoleh memandang suaminya dengan wajah cemberut. Raffa yang melihat lampu merah langsung berhenti dan dengan gerakan cepat mengecup bibir sang istri. "Mas Suami!" pekik Amel.Raffa yang mendengar itu hanya mengulas senyuman dan mencubit kedua pipi sang istri. Amel mengaduh dan menepis tangan suaminya. "Jangan teriak, nanti
"Kalian ngabisin makanan yang di atas meja ini," tebak Amel. Raffa langsung melirik istrinya lalu ketiga perempuan di hadapannya itu. Ia mengangguk paham dan mengulas senyum tipis."Apa bener kata istriku ini?" tanya Raffa.Shilla menggaruk kepalanya lalu ia cengengesan di hadapan sang Kakak. "Iya, Ka. Hehehe ... kami makan semua di sini begitupun di mejikom," seru Shilla."Maafin kami ya," cicit Sekar.Raffa hanya menggelengkan kepala mendengar itu. Membuat ketiga perempuan tersebut mengembuskan napas melihat lelaki dihadapannya."Aku bakal nanak nasi dulu," seru Shilla. Raffa yang mendengarnya langsung menahan tangan sang adik."Apa kamu tidak paham sama tatapanku," geram Raffa.Lelaki itu melayangkan tatapan tajam, Shilla malah ketakutan."Aku sekalian bantuin kalian beres-beres deh," lontar Shilla.Raffa semakin mencengkram tangan Shilla. Lelaki itu menarik sang adik agar deket, ia langsung berbisik. "Kakak gak masalah, tentang ini. Mendingan sekarang kalian ngertiin Kakak don
Waktu berlalu begitu cepat, Raffa membantu sang istri mendaftar kuliah. Ia kini menjadi wali wanita tersebut. "Inget! Kamu jangan nakal," nasehat Raffa.Amel langsung memajukan bibirnya. Ia menatap kesal sang suami. "Apaan sih, Mas Suami! Aku ini bukan anak kecil yang dinasehatin jangan nakal," gerutu Amel.Raffa terkekeh mendengar tutur kata sang istri, ia langsung mengacak-acak rambut. "Kalian ini, mesra-mesraan mulu. Gak tau apa gue ada di sini," omel Shilla.Raffa dan Amel langsung menoleh ke jok belakang. Terlihat perempuan itu memakai atribut yang disuruh. "Kenapa liatin terus, mendingan lo juga harus pake deh. Cepetan!" sembur Shilla."Ayo cepat! Emang mau dimobil terus," sinis Shilla. Gadis itu keluar dari mobil dan Amel langsung bergegas memakai atribut. Raffa menutup mulutnya kala hendak tertawa, sang istri yang menangkap hal itu menatap tajam lelaki tersebut."Mas Suami, nyebelin! Gak usah jemput nanti." Amel keluar dari mobil dengan wajah jutek. Ia menarik lengan Shi
Shilla membelalakan mata kala mendengar perkataan Amel. Perempuan itu langsung menyenggol lengan temannya itu. Membuat Amel mendengkus dan mengomeli adik ipar juga. "Apan sih, La! Jangan rese deh. Mendingan lo makan aja dengan tenang, gak usah nyikut-nyikut segala," cecar Amel. Melihat perempuan itu membuat sang senior pria yang kini duduk memandang keduanya tersenyum miring. "Lo yang apa-apaan, jangan cari masalah, napa!" pinta Shilla.Amel memutarkan bola matanya dengan malas lalu memilih melahap makanannya yang sudah lumayan dingin. Sedangkan lelaki yang duduk di depan perempuan itu hanya memandang Amel. "Gadis ini unik, dari semua gadis mengejarku bahkan yang sudah memiliki suami masih genit selalu caper. Ini cewek malah cuek gini," batin lelaki itu. Sedangkan Shilla yang mengulas senyum kala memandang senior itu. "Ayo makan! Gue gak bakal gangguin kalian," seru lelaki itu. "Makasih senior," balas Shilla. Amel yang mengingat jika sang suami mengirim chat. Ia langsung merog
Raffa yang tengah sibuk membalas pesan sang istri. Ia mendapatkan notifikasi chat dari adiknya. Dengan malas dia membuka dan membaca deretan kata tersebut."Apa-apaan ini! Pasti Shilla cuma jail nih," geram Raffa.Tangan lelaki itu mengepal, ia langsung mengirim chat balasan untuk sang adik. [Mana buktinya! Seneng banget sih jailin, Kakak!] Shilla yang membaca chat dari kakaknya mendengkus. Dengan sembunyi-sembunyi ia memotret Gala dan Amel. Lelaki itu tidak terlihat wajahnya kala di foto. [Send Photo] [Lihat foto yang aku kirim, udah ya! Aku mau lanjut makan jangan ganggu. Udah bagus aku kasih info malah dikatain lagi isengin Kakak, nyebelin banget sih!] Raffa yang menerima pesan tersebut mengepalkan tangannya. Ia bergegas mengirim chat lagi pada sang istri. "Tuan, ini berkas yang anda minta," ucap seseorang. Raffa mendongak mendengar itu, ia hanya mengangguk dan menyuruh agar ditaruh ke atas meja. "Tuan, saya menunggu berkasnya di tanda tangan," serunya lagi.Raffa menghela