Share

Have Fun

Author: UmiLovi
last update Last Updated: 2023-10-24 21:15:31

Hari berlalu seperti biasa, tidak ada sehari pun dilalui Brisya tanpa Aji kecuali saat mereka sedang libur kuliah.

Sejak kejadian first kiss itu, Aji selalu melakukannya lagi dan lagi dan tak pernah bisa Brisya tolak. Namun di balik sifat Aji yang kasar, ia adalah sosok yang penyayang. Mungkin karena Aji adalah putra tunggal dari keluarga kaya raya maka segala yang ia mau harus ia dapatkan. Ia menjadi egois dan brutal saat keinginannya tak terpenuhi.

"Aku laper, Briy, kita berhenti makan dulu, yuk!" pinta Aji sambil membelokkan mobilnya ke sebuah restoran.

Usai memarkir mobilnya, Aji segera berhambur keluar dan membukakan pintu mobil untuk Brisya.

"Yukk!" ajaknya halus seraya menggandeng Brisya masuk.

Brisya hanya menurut dan mengikuti Aji yang langsung memilih tempat duduk untuk mereka berdua.

"Kamu mau makan apa, Briy?" tawar Aji saat waitress membawakan menu.

"Aku nggak lapar, kamu aja yang makan ya, aku minum aja."

"Kan, kamu, kan! Nggak usah diet, kamu sudah sekurus tiang listrik!" potong Aji kesal, lalu memilihkan menu favorit Brisya dan segera mengembalikan menu tadi pada waitress yang menunggu.

"Agak cepet ya, Mbak, kami sudah laper."

"Baik, Mas Aji," sahut waitress itu sopan.

Mendengar waitres tadi menjawab dengan hangat, Brisya lantas mengawasi Aji dengan kaget, dari mana waitress itu tahu nama Aji?

"Apa? Kok lihatnya gitu?" tanya Aji heran.

"Kok dia kenal sama kamu?" selidik Brisya penasaran, mereka berdua baru kali ini makan di restoran ini.

Aji mengangkat kedua bahunya rileks. "Nggak tahu, fansku kali."

Brisya mencibir cepat. "Diih, fans apaan!" sungutnya terkekeh.

Aji tertawa, menarik tangan Brisya dan menggenggamnya. "Bulan depan aku berkunjung ke rumah nenekku di Sidney, kamu ikut ya!"

"Ngaco kamu!" tukas Brisya kaget.

"Loh emangnya kenapa??" tanya Aji heran, "kamu kan cewekku?" lanjutnya cepat.

Brisya lantas menghembuskan nafasnya pelan dan menatap Aji dengan lekat. "Jangan mengada-ngada deh, kita kan sudah sepakat kalo hubungan kita nggak akan bisa lebih dari ini. Wanita yang akan kamu kenalkan pada keluargamu harusnya orang yang sudah mantap kamu pilih."

"Aku mantap kok milih kamu."

"Ajiii, jangan gitu!" potong Brisya mulai kesal.

Ia benci bila harus mengungkit masa lalunya di depan Aji, ia takut keluarga Aji tidak akan menerima seorang anak Panti Asuhan yang tidak jelas latar belakangnya. Terlebih keluarga Aji adalah keluarga kaya raya dan terpandang.

"Sejak awal kamu bilang suka sama aku, aku selalu bilang kan kalo masih banyak cewek di luar sana yang lebih baik dari aku."

"Terus? Kalo aku nggak dapet?"

"Kamu bukan nggak dapet, kamu cuma nggak serius aja nyarinya," tukas Brisya cepat.

Aji menundukkan kepalanya dengan kecewa, setiap kali membahas tentang hubungannya dan Brisya, ia selalu berada dipihak yang kalah. "Yauda kalo kamu nggak mau ikut ke Sidney gapapa, kita nggak perlu bahas ini lagi, ya," ucapnya lesu.

Sambil menghembuskan napasnya samar, Brisya mengeratkan genggaman tangan Aji ditangannya. " Maaf Aji.." desisnya lirih.

Tak berapa lama, waitress datang membawa makanan yang mereka pesan. Sepiring nasi goreng tersaji cantik di depan Brisya. Makanan favoritnya adalah nasi goreng. Entah kenapa makan di manapun yang ia pesan pasti nasi goreng. Mungkin karena di Panti ia terbiasa makan seadanya, dan nasi goreng selalu jadi menu yang dalam seminggu bisa dimakan hampir setiap hari.

"Yuk, makan!" ucap Aji saat Brisya hanya memandang piring di depannya terpaku.

Brisya mengangguk dan memungut sendok di piring lalu menyantapnya perlahan.

"Nggak berasa ya, tahun depan kita udah lulus aja!" Aji mulai buka suara mengalihkan pembicaraan.

Brisya tersenyum dan mengangguk.

"Nanti rencananya kamu mau kerja di mana, Briy?" tanya Aji penasaran.

"Aku belum mikir sejauh itu sih, yang penting dapet perusahaan aja dulu buat magang bulan depan."

"Oiya ya, kamu mulai magang bulan depan, mau aku bantu?" tukas Aji cepat.

Dengan cepat, Brisya menggeleng. "Nggak usah, nanti aku cari sendiri aja, alumni panti banyak kok beberapa yang sukses dan punya perusahaan sendiri, mungkin aku akan minta bantuan ibuk buat menghubungi mereka," sahut Brisya menolak dengan halus, ia yakin bila Aji membantunya pasti ia akan magang di perusahaan orang tuanya. Dan Brisya malu bila harus melibatkan dan memanfaatkan Aji.

"Yaah, aku bakal sering ditinggal kamu, nih!" rengek Aji sedih, meletakkan sendok makannya dan mengawasi Brisya.

"Ih apaan sih, kan cuma 3 bulan aja, lagian kamu masih bisa main ke Panti kan kalo kangen."

"Tapi nggak bisa seharian bareng kamu lagi, kan!" tukasnya cepat.

"Ahhh dasar bucin!! Cepet makan!" cibir Brisya terkekeh.

Kadang Brisya heran, apa yang membuat Aji begitu menyukainya? Paras Brisya memang sempurna, kecuali tubuhnya yang kurus kering. Namun rasa penasaran Brisya tidak pernah terjawab hingga sekarang.

Awalnya ia berpikir Aji hanya merasakan cinta monyet, namun seiring berjalan waktu meski sudah ditolak berkali-kali pun Aji tidak pernah menyerah.

"Habis ini kita ke apartemenku, yuk!"

Bola mata Brisya membeliak, mengawasi Aji dengan ragu, terakhir kali ke apartemen milik Aji dulu, hampir saja Aji kelewat batas. Karena sepi saat itu Aji menciuminya dengan ganas, bahkan hampir menidurinya. Jantung Brisya berdegub kencang.

"Aku ada janji dengan bu Rahmi hari ini, kapan-kapan aja, ya," tolak Brisya berdusta.

"Yaudah aku telpon bu Rahmi buat pamitin kamu, ya?"

"Aji, no! Gak sopan kaya gitu!" potong Brisya cepat.

Aji nampak kecewa, ia melahap suapan terakhir makanannya dengan tak berselera.

"Yaudah, kapan-kapan kamu nggak boleh nolak, ya," pintanya memohon.

Brisya diam, ia bahkan tak sanggup untuk mengangguk. Brisya takut, kejadian dulu akan terulang lagi. Bila hanya berciuman mungkin masih bisa ditolerir, karena Brisya pun menyukai Aji dan menikmati ciuman mereka. Tapi bila lebih dari itu maka ia akan menyesal seumur hidup. Brisya tidak mau menyerahkan keperawanannya pada sembarang pria.

Usai makan dan mengobrol ringan, Aji mengantar Brisya pulang ke Panti. Sebelum turun dari mobil, Aji lebih dulu menyerahkan sebuah paperbag pada Brisya dan memintanya untuk membuka isi paperbag itu di dalam. Brisya menurut. Ia turun dari mobil saat Aji membukakan pintu untuknya. Dan melambaikan tangan sampai mobil Aji pergi.

Saat hendak berbalik masuk ke Panti, pandangan Brisya tak sengaja menangkap sesuatu yang aneh. Ada sebuah mobil sedan hitam yang terparkir di depan ruko sebelah panti. Brisya bergeming dan mengawasinya dari kejauhan. Ia tak pernah melihat mobil itu sebelumnya. Ia penasaran ingin mendekat namun Brisya ingat terakhir kali ke ruko itu ia dan Aji bertengkar hebat.

Tak ingin menambah masalah, Brisya pun mengurungkan niatnya. Ia melangkah masuk ke dalam panti dengan sedikit berlari. Ia penasaran apa isi paperbag yang diberi Aji tadi.

Belum usai Brisya menutup pintu kamar, ia mendengar bunyi nada asing. Brisya menajamkan pendengarannya dan mengawasi setiap sudut kamar. Tidak ada benda apapun yang berbunyi, hingga kemudian Brisya tersadar sumber suara itu dari dalam paperbag yang ia tenteng sedari tadi.

Dengan gesit, Brisya meletakkan paperbag itu di meja dan mengeluarkan isinya, kedua bola matanya membulat tak percaya ketika mendapatkan sebuah kotak ponsel. Yang berbunyi di dalam berarti sebuah ponsel?

Buru-buru Brisya membuka kotak itu dengan kalap dan benar saja, sebuah ponsel keluaran terbaru menyala menandakan ada panggilan masuk.

Brisya memungut ponsel itu dengan tangan bergetar, hanya sesekali ia memegang ponsel dan itupun bukan miliknya. Nada panggilan berbunyi lagi, Brisya terbelalak bingung.

Aji is Calling ...

"Halo?" sapa Brisya ragu, semoga ia menggeser kursor ke arah yang benar.

"Cieee, hape baru, cieeee!" goda suara Aji di ujung sana terkekeh.

Brisya akhirnya menghembuskan nafasnya lega. "Aji, why?" desisnya terharu dengan mata berkaca-kaca.

Namun, Aji malah tertawa di ujung sana. "Biar kalo aku kangen sama kamu, aku bisa telefon kamu lah."

"Tapi kan kamu nggak perlu sampe beliin aku hape yang terbaru, hape yang biasa aja cukup."

"Ahhh biasa aja, apanya yang terbaru, sih! Aku malah udah pegang hape itu dari lama," potong Aji terkekeh. "Yaudah kamu mandi dulu deh, nanti aku telefon lagi, ya!"

"Oke," sahut Brisya pelan, lalu memutuskan sambungan telefonnya.

Dengan sangat hati-hati, Brisya meletakkan ponselnya di meja dan buru-buru berhambur ke kamar mandi dengan perasaan berbunga-bunga. Diperlakukan dengan sangat spesial oleh Aji membuat Brisya mulai lupa pada trauma masa kecilnya. Namun, nyatanya sesuatu yang lebih indah telah bersiap untuk datang, seseorang yang selama ini diam-diam Brisya rindukan dalam tidurnya.

***************

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Om, I Love You!!   Season II : That Day!

    Sejak satu jam yang lalu, Aji berdiri dengan gelisah di pintu menuju altar yang akan menjadi tempatnya mengucapkan sumpah pada Tuhan. Pernikahan yang tak terencana dan dipersiapkan dalam tempo waktu singkat membuat acara itu tak semewah seharusnya. Tak apa, Aji tak lagi menginginkan pernikahan mewah namun berakhir di tengah jalan seperti pernikahannya yang terdahulu. Stevany pun demikian, ia bukan tipe wanita ribet yang terlalu mementingkan detail. Baginya, inti dari pernikahan adalah janji yang diucapkan pada Tuhan, bukan gaun, dekorasi, catering dan lain-lain. Ia hanya membeli gaun seadanya di desainer langganan Mama Aji, bukan gaun custom seperti milik Brisya dulu. Semua keluarga di Sydney dan Melbourne datang untuk menyaksikan pernikahan sederhana itu. Pun Bu Shila dan orang tua Brisya tak luput dari undangan Aji. Ia ingin momen indahnya kali ini disaksikan oleh semua orang yang berharga dihidupnya. Lantunan musik terdengar saat Stevany datang digandeng oleh Thomas. Aji yang men

  • Om, I Love You!!   Season II : Will You Be Mine?

    "Kamu mencintaiku?" tanya Aji lirih di telinga Stevany yang sedang terpejam di ranjangnya. Semalam, mereka berdua melampiaskan kerinduan yang selama ini tertahan. Aji tak membiarkan Stevany beristirahat barang sedetikpun, seolah tubuhnya yang tak sempat beristirahat seharian kemarin tak pernah lelah menjelajahi tiap jengkal tubuh gadisnya. Aji seperti kesetanan, memiliki Stevany yang merupakan perempuan pertama yang ia tiduri dalam keadaan perawan seolah anugerah yang tak akan pernah ia sia-siakan lagi. Stevany menggeliat di balik selimut tebal yang menutupi tubuh mereka berdua. Tanpa sadar sesuatu yang sedang tegang di bawah sana tersenggol hingga membuat Stevany terbelalak. Ia menoleh cepat pada Aji yang sedang tersenyum nakal menatapnya. "Aku menginginkannya lagi, Stev. Tolong aku," rengek Aji seraya merapatkan tubuhnya pada Stevany hingga junior yang mulai aktif itu menggesek di antara pahanya.Stevany memejamkan matanya gugup. Padahal semalam ia sudah seperti wanita binal, tap

  • Om, I Love You!!   Season II : Mine!

    Aji mendapatkan penerbangan pagi di keesokan harinya. Ia benar-benar lupa bila hari ini adalah hari besar Zunita. Beruntung Mamanya menelefon semalam, bila tidak, mungkin Aji akan kembali sibuk membantu Freya di kantor Ekspedisi. Jam 4 sore, pesawat yang ditumpangi Aji baru saja landing. Ia lebih dulu pulang ke apartemen untuk mandi dan berganti pakaian. Saat akan berangkat, ia lupa bila mobilnya ada di rumah papa dan mamanya. Alhasil, Aji datang ke acara Zunita dengan mengendarai taksi. Sepanjang perjalanan, suasana hatinya yang sempat memburuk selama di Sydney jadi semakin kacau balau. Ia pasti akan bertemu Brisya dan Haris di acara resepsi itu. Sudah lama sekali sejak ia bertemu mereka terakhir kali, entahlah apakah Aji akan sanggup melihat wanita yang pernah sangat ia cintai itu lagi. "Stop, Pak. Terima kasih!" Aji menyodorkan selembar uang seratus ribuan pada supir taksi dan bergegas membuka pintu. Ia keluar dan merapikan jasnya tanpa memperhatikan sosok yang berdiri mematung

  • Om, I Love You!!   Season II : Here in Sydney

    Usai menulis surat untuk Stevany, Aji bergegas turun dan bersiap untuk pergi. Tak lupa ia mengirimkan pesan pada gadis itu untuk berpamitan dan langsung memblokir nomornya dari daftar kontak. Setidaknya hanya hal ini yang nantinya akan menjadi kenangan terakhir untuk Stevany, gadis itu harus melupakannya agar bisa kembali bangkit. Harus. Dengan hati hancur, Aji menarik kopernya keluar dari rumah Nenek Chloe. Ia tak memiliki tujuan, kembali ke Sydney mungkin adalah satu-satunya pilihan. Saat sedang berjalan sambil merenung, ponsel di saku celananya bergetar. Dengan lemas, Aji merogohnya dan membaca nama yang tertera di layar. Freya is calling ..."Halo," sapa Aji suntuk."Aji, aku sedang dalam perjalanan menuju bandara. Aku akan pulang duluan ke Sydney, apa kamu masih lama berada di Melbourne?" cerocos Freya tanpa jeda.Aji tersenyum lega. "Aku juga sedang perjalanan menuju bandara, Frey. Baiklah, sampai jumpa di rumah Nenek!" janjinya."Oke, baiklah. Sampai jumpa!"Tit. Aji memasuk

  • Om, I Love You!!   Season II : Zunita & Hendri Wedding

    Hari minggu pun tiba, semalam Stevany mendapat surat undangan yang dikirim melalui chat oleh Brisya. Acara pernikahan Hendri dan Zunita, diadakan di hotel berbintang di Jakarta. Sejak pagi, Stevany sudah berada di Jakarta. Ia berencana membeli gaun terlebih dahulu lantas ke salon untuk dirias. Acaranya jam 3 sore, jadi masih ada banyak waktu untuk bersiap-siap. Stevany bahkan lupa bila ia pernah trauma untuk datang ke acara pernikahan, namun kini ia malah sangat antusias. Ia ingin tampil secantik mungkin di acara itu. Brisya memberi tahunya bila Aji pasti muncul karena pernikahan ini adalah acara spesial asisten pribadi Mamanya yang sudah dianggap keluarga sendiri oleh mereka. Diam-diam Stevany menjadi sangat penasaran seperti apa keluarga Aji, apakah nanti mereka akan memperlakukan Stevany dengan baik bila mengenalnya?? Stevany sudah kenal dengan Oma Donita yang sangat ramah dan gaul seperti Nenek Chloe. Semoga saja keluarga di Jakarta juga sebaik keluarga di Sydney, Stevany memba

  • Om, I Love You!!   Season II : Meet My Family

    Di dalam pesawat menuju Jogja, Stevany sedang berpikir keras. Perkataan Brisya kemarin selalu saja terngiang-ngiang di telinganya. "Kalo kamu mau ketemu Aji, datanglah hari minggu esok lusa. Aku akan memberimu alamatnya. Berdandanlah yang cantik. Aku yakin Aji akan datang di hari itu!" Ia memang akan berada di Indonesia selama seminggu kedepan. Bahkan mungkin bisa saja lebih lama bila ia tak kunjung bertemu dengan Aji. Kemarin Brisya memberi alamat dan nomor ponsel Mama Aji pada Stevany. Hanya untuk berjaga-jaga semisal nantinya Aji tak muncul di hari minggu esok lusa. Pesawat pun akhirnya landing di Bandara Udara Adisutjipto dengan selamat. Stevany lekas mengambil kopernya begitu melihatnya keluar dari bagasi. Sedikit terburu-buru karena ia sudah sangat tak sabar untuk bertemu Papa dan Maminya hari ini. Stevany sudah sangat rindu pada keduanya. Dari Bandara, ia bertolak ke kediaman kedua orang tuanya dengan menaiki taksi. Sepanjang jalan, Stevany tak hentinya tersenyum menyaksika

  • Om, I Love You!!   Season II : Welcome to Indonesia

    Bandar Udara Internasional Soekarno–Hatta. Stevany tiba di Indonesia tepat jam 1 siang. Ia lekas menarik kopernya dan mencegat taksi di luar. Dua hari yang lalu, Stevany berusaha mencari keberadaan dan kontak Brisya. Ia mencari di medsos manapun, dan beruntung bisa menemukan akun Instagramnya. Brisya masih mengingat Stevany, sempat mengobrol berbasa-basi di DM hingga akhirnya hari ini sudah membuat janji untuk bertemu. Stevany melarang Nenek Chloe memberi tahu Papanya bila ia berkunjung ke Indonesia, ia berencana akan memberi suprise pada mereka besok. Hari ini Stev sudah memiliki jadwal untuk menyelesaikan urusannya dengan Brisya. Namun lebih dulu, Stevany cek in di hotel yang sudah ia booking sejak kemarin.Usai beristirahat sebentar di hotel, Stevany bersiap-siap untuk pergi menemui Brisya di jam 4 sore. Mereka berdua sudah setuju untuk bertemu di Cafe yang berada tak jauh dari rumah Brisya. Cafe Lovable. Stevany tiba lebih dulu, suasana Cafe yang syahdu dengan musik mengalun

  • Om, I Love You!!   Season II : It's Hurt

    Sudah hari keenam sejak Aji pergi dan Stevany kehilangan jejak. Ponselnya masih tak aktif dan tidak ada yang tahu ke mana Aji pergi. Bahkan Oma Donita dan Tante Wilma sekalipun. Aji seperti lenyap ditelan bumi. Hari ini Nenek Chloe pulang, Stevany menjemputnya ke bandara. Selama di Melbourne, ia jarang sekali mengendarai mobil sedan klasik milik Papanya semasa muda. Hanya untuk keperluan mendesak saja Stevany membawanya, selebihnya ia kerapkali menaiki angkutan umum ke manapun pergi. "Apa kamu sudah bertemu dengan Aji?" tanya Nenek Chloe. Mereka berdua sedang dalam perjalanan pulang dari bandara. "Belum, Nek. Sepertinya dia memang sengaja pergi dan tak ingin melihatku lagi.""Kenapa begitu? Bukannya kalian dulu pernah bekerja di tempat yang sama?""Dia mantan Bosku, Nek. Aku yang bekerja padanya." Stevany menyela dan menoleh pada Nenek Chloe sekilas.Nenek Chloe manggut-manggut seraya berpikir sejenak. "Apa dulu kalian juga sempat berpacaran? Tatapannya terlihat berbeda padamu, Ste

  • Om, I Love You!!   Season II : Losing You

    Suasana hati Stevany yang tadinya riang usai menghabiskan makan siang kiriman Jared, kini mendadak suram setelah membaca pesan dari Aji. Seketika itu dadanya terasa sakit, jadi Aji akan benar-benar pergi setelah semalam ia mengusirnya? Ada sedikit rasa sesal di hati Stevany, sejujurnya ia masih ingin menikmati waktu lebih lama bersama Aji. Bukankah sekarang mantan bosnya itu sudah sendiri? Ia bukan lagi pria beristri, kan? Jadi mengapa begitu terburu-buru dan malah menuruti perkataannya yang sedang dirundung emosi! Stevany memencet icon telefon pada sudut atas pesan chat itu. Tersambung, namun tak diangkat. Tiga kali Stevany mencoba, namun tetap tak diangkat oleh Aji. "Hiiih!" Stevany menggeram. Ia mengawasi layar ponselnya yang masih menyambungkan panggilan ke nomor Aji. Stevany bangkit dari kursi dan berjalan mondar-mandir sembari memijat keningnya yang kini berdenyut pusing. Debaran di dadanya masih terasa hingga kini, perutnya pun seketika jadi mulas. "Angkat, dong! Ck," deca

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status