Sedu sedan tangis Belevia Avryl tak mau berhenti sepanjang perjalanan menuju Milan.Dia benar-benar terluka kehilangan segalanya dalam sekejap mata. Rumah kecil nan asri hancur berkeping-keping tidak dapat diselamatkan lagi.Semua miliknya hilang, musnah. Karirnya sebagai dokter anak ditinggalkan begitu saja di Perancis Selatan.Sekarang ponakan dan dirinya dibawa paksa pulang ke Puri Lombardy oleh sang mafia yang kejam.Wajahnya terus dipalingkan ke jendela tak mau menatap orang-orang berada di sekeliling.Masa gelap bagi Belevia, tiada tempat bernaung membesarkan dan merawat balita itu serta membiayai hidup mereka berdua kecuali mengikuti perintah Michael Delano Carleone.Sungguh dia merasa hidup tak adil baginya.Lirikan Michael sama terluka dengan Belevia. Lalu beranjak menyerahkan Bianca Elenora tertidur pulas dalam buaian ke tangan Damien pengawal kepercayaan keluarga.Ehem! Deheman kecil membuyarkan lamunan gadis itu."Belevia, ini yang terbaik bagimu dan Bianca kembali ke Puri
"Michael!" Panggil Damien pelan sesaat sang pewaris membaringkan tubuh mungil Belevia ke sebuah ranjang di kamar tamu, mengajaknya keluar untuk berbicara hal penting. Putra bungsu Delano Carleone mengangguk memintanya menunggu. Menyelimuti gadis cantik yang sedang terluka hatinya dan tak sadarkan diri lebih sulit baginya. Perseteruan mereka semakin lama membuatnya kesal dan marah. Michael menutup pintu kamar membiarkan Belevia beristirahat sambil menanti kedatangan dokter memeriksa keadaannya. "Ada apa, Damien?" tanyanya ketika mereka berdua di selasar kamar. "Kau itu sungguh kelewatan bersikap terhadap gadis itu!" Hey! Sang pewaris menggeleng. "Memang salahku apa lagi, bukankah yang aku katakan itu benar jika Michelle tidak menikahi Nicholas maka peristiwa ini tak akan pernah terjadi!" "Jika Michelle tak menikah dengan Nicholas, maka Bianca Elenora tak akan pernah ada di sini. Kau tak pernah menjadi paman yang dibutuhkan balita itu!" Glek! Michael menelan saliva. Benar-benar s
"Ku tinggalkan dua botol infus untuknya malam ini agar cepat pulih kembali, jaga dirinya baik-baik, besok aku datang lagi memeriksa keadaanny dan kabari aku jika terjadi apa-apa!" pesan dokter sebelum pergi. "Baiklah Dok, aku yang mengawasi sendiri. Terima kasih atas kedatanganmu." Michael mengantar sampai pintu. Lengannya disentuh pelan Dokter Adriano mengingatkan tentang sesuatu. "Aku tahu gadis cantik itu tidak sakit atau terluka, tapi mengalami masalah psikis yang dalam. Berbicaralah lemah lembut, sentuhlah hatinya supaya bersemangat hidup kembali." Deg! Sudah dua kali sang pewaris diingatkan. Pengawal dan Dokter keluarga mereka. "Tenanglah, Dok. Kali ini aku menjaga sikap, apalagi putri dari kakakku tewas kemarin kini tinggal bersamaku di sini." "Good! Kau harusnya segera menikah dan punya anak, biar hatimu lembut tak segarang sepeninggal orang tua dan kakakmu. Biar gadis itu menjadi pendamping hidupmu, Puri Lombardy lebih berwarna tidak sehoror dirimu dari luar." Grr--! S
"Bagaimana keadaan Belevia?" tanya Damien di tengah waktu sarapan tiba.Michael mengangkat bahu, "Kau temui sendiri, tanyakan dia ingin sarapan atau tidak!"Hah! Pengawal senior itu menggeleng kepala, seraya berkata, "Kau ini gimana, sih? Semalaman kau menjaga, pasti dia juga lapar seperti dirimu sekarang."Sang pewaris baru saja menghabiskan isi piring sarapan, lalu meninggalkan meja makan. "Kau yang mengurus gadis itu dan ponakanku di Puri Lombardy, aku tak mau terlambat ke kantor nanti.""Michael!" teriak Damien kesal. "Temui dokter dulu, tengok adik Nicholas sebelum kau pergi."Kernyitan di dahi sang pewaris begitu kentara. "Ada apa lagi? Biarkanlah dokter memeriksa kondisi gadis itu, aku masih banyak pekerjaan lain."Dokter Adriano tiba di saat Michael siap berangkat bekerja. Damien tak mau mendengar alasan merangkul bahunya menyeret ke dalam kamar bertemu dokter keluarga Delano Carleone.Raut wajah gadis itu langsung berpaling dari mereka. Hatinya masih menyimpan sebuah dendam.
Om Michael! Tante Belevia! Teriakan melengking dari mulut bocah kecil mengalahkan perdebatan di antara paman dan bibinya. Bianca berlari mendekati mereka. "Tante Belevia kenapa?" tanyanya sedih sambil memanjat ke atas ranjang besar dan harus dibantu Michael agar lebih dekat ke bibinya. Tangan halus Belevia mengusap kepala mungil Bianca. "Tante ga pa-pa sayang, cuma kelelahan. Kamu sudah sarapan?" Anggukan kecil dan celotehan seperti burung pagi berkicau tak henti. "Aku makan banyak tadi, Om Michael bilang boleh ambil apa saja yang ku sukai. Nah, tante Belevia juga harus makan banyak supaya sehat dan bisa bermain bersamaku lagi nanti!" Semua yang mendengarkan ikut tersenyum. Putri Michelle dan Nicholas memang cerdas mempesona persis tantenya. Michael akhirnya menahan diri tak emosi lagi. Kesadarannya mulai terbuka. Mereka berdua tak punya siapa-siapa, kecuali dirinya. "Bianca sayang, bermainlah di kamar dengan pengasuh Gina," ucapnya lembut, mengecup puncak kepalanya. "Damien, a
Knock! Knock!Pintu ruang kerja Michael diketuk pelan.Damien membukakan untuk seorang gadis cantik baru saja tiba ingin menemui kekasih hati. Maria Bellezza, model terkenal teman kencan sebulan ini langsung masuk memeluk dan menciumnya.Namun sang pewaris tegas menolak meminta menjauh agar pekerjaannya tak tergganggu. "Duduklah kau di sofa, biarkan aku selesaikan tugasku dulu!"Pintu ditutup rapat diiringi tatapan kesal Damien tadi. Pengawal itu lebih menyukai jika dia memilih Belevia menjadi pasangan hidupnya daripada beberapa teman kencan wanita di luar sana.Gadis model itu melancarkan trik menaklukan Michael, duduk di pangkuan menggodanya."Ayolah sayang, kau tak rindu padaku? Sudah berapa hari tidak pernah datang ke apartemen, aku sangat menginginkanmu!""Aku sangat sibuk, Bellezza," ujar Michael menatap sambil memegang lengannya. "Berhentilah bermain-main, jika kau tak ada keperluan denganku, pulanglah!"Oh sayang! Desah gadis itu seraya membuka blus perlahan lalu membuka kanci
Om Michael-! Sontak dia menoleh tersenyum ke putri kecil Michelle dan Nicholas selepas mengganti baju hendak kembali ke ruang kerjanya lagi. Bianca Elenora berdiri tegak di pintu kamar begitu ketakutan, tangan kecilnya sedang menutup kedua telinga tak terbiasa mendengar bentakan dan teriakan keras seolah sedang memarahi dirinya. "Sayangku Bianca, ada apa, kok kamu merengut seperti ini?" Michael menggendong ke pelukan, mengambil kedua tangannya mencium lembut menenangkan sang ponakan. "Di mana pengasuhmu Gina, mengapa tak menemanimu?" Gara-gara pertengkaran dan jeritan jalang Maria Bellezza, bocah kecil itu tak juga melepas tangan sampai dia datang menghampiri. "Oh, maafkan Om Michael, tak seharusnya kau mendengar hal tadi," ajaknya ke dalam kamar. "Ayo kita bermain lagi, sayang." Bianca menggeleng enggan tinggal di Puri Lombardy, "Aku ingin pulang bertemu Mama Michelle dan Papa Nicholas!" Oh, sayang. Tak kuasa Michael menahan haru dan duka ikut merasakan penderitaan mulai menjel
Bianca! Belevia! Seruan kencang Michael memanggil. Buru-buru memeriksa kamar Belevia, bocah kecil itu sedang dipeluk dalam buaian bibinya."Hey, kenapa kalian tak pergi makan ke bawah?" tanyanya bingung."Kau saja, biar kami berdua yang di sini," jawab Belevia acuh.Michael langsung curiga menghampiri Bianca yang terdiam tak menyambutnya. Ada yang aneh dengan anak kecil itu, memegang keningnya, oh demam."Mengapa tak bilang bila ponakanku sakit, cepat hubungi Dokter Adriano!" perintahnya tegas.Belevia malah menatap kesal."Aku ini dokter anak, biasanya aku-lah yang merawat Bianca sejak dari bayi. Kau itu tak tahu apa-apa tentang kami sebelumnya!""Okay, tapi kondisimu juga tak memungkinkan untuk merawatnya, apalagi kemarin kau juga baru sembuh," sahut Michael marah karena gadis itu menganggapnya tak peduli selama tinggal di kediamannya."Sudahlah kau pergi saja, biar aku yang menangani sendirian!""Jangan konyol, Belevia! Bianca juga keponakanku, kau seharusnya tidak memusuhiku terus