Share

Chapter 2

Author: soareii
last update Last Updated: 2025-03-12 16:28:30

Nastenka menatap bayangan dirinya di cermin. Dulu, cermin ini memantulkan wajah gadis penuh tawa—tapi kini, yang ia lihat hanyalah tatapan dingin dan senyum tanpa makna.

Ia sedang merias diri. Pemulas bibir merah darah menyala kontras di wajahnya yang dipoles tipis. Ia tak pernah suka riasan mencolok; kali ini pun selain bibir, tak ada warna berani lain di wajahnya. Tapi malam ini, ia bukan dirinya yang dulu.

Nastenka memakai gaun berwarna merah marun yang mencetak lekuk tubuhnya dengan sangat baik. Gaun ini dulu milik ibunya dan satu-satunya gaun bermerek dengan harga tinggi yang tersisa. Karena gaun-gaun lain telah dijual habis-habisan, demi menyambung hidup ketika mereka bersembunyi dari kejaran orang-orang yang menginginkan kematian mereka.

Nastenka benci pakaian ketat. Lemari bajunya dipenuhi potongan longgar, warna pastel, gaya yang lembut dan jauh dari kesan menggoda. Tapi demi dendamnya, ia rela mengkhianati dirinya sendiri. Menjadi sosok yang bahkan tak ia kenali.

Tatapannya kembali dingin saat ia teringat perjanjian yang ia buat dengan Mikhail Romano, sang raja tanpa mahkota dunia mafia. Orang paling berbahaya dimuka bumi ini. Ah, mungkin Nastenka terlalu melebih-lebihkan tapi mengingat pamor orang ini, tidak menutup kemungkinan bahwa Mikhail adalah orang yang sangat berbahaya.

Perjanjian itu mengenai Nastenka yang akan menjadi pasangan kontrak Mikhail.

Sesuatu yang bahkan Nastenka sendiri tidak menduga akan keluar dari mulut Mikhail.

Hari ini, bertepatan dengan dua hari setelah perjanjian secara lisan itu, Nastenka menerima telepon tak dikenal dari pria yang paling dibencinya di dunia ini. Siapa lagi kalau bukan dari Mikhail. Nastenka tidak pernah memberikan nomornya pada pria itu, tapi tidak heran Mikhail dapat mengetahui nomornya, jadi Nastenka tidak menanyakan hal tak berguna semacam itu.

Menghela napas, Nastenka pun beranjak dari duduknya lalu menatap sekali lagi kearah pantulan dirinya yang juga menatap balik, ia tersenyum meski senyum itu tidak sampai mata.

Mulai detik ini Nastenka akan melancarkan rencana balas dendamnya.

****

Ruangan itu hangat, wangi samar tembakau mahal bercampur aroma kulit dari sofa panjang di sudut ruangan. Walau ruangan ini hangat, Nastenka merasakan dingin yang menusuk tubuh. Ruangan yang menjadi saksi kontrak pasangan palsu keduanya tidak memiliki lukisan menggantung di dinding, tidak ada hiasan berlebihan. Hanya marmer dingin dan cahaya lampu.

Nastenka duduk menyamping di kursi, satu kaki menyilang anggun, tangan terlipat di pangkuan. Di hadapannya terdapat map hitam elegan tergeletak terbuka, berisi lembaran-lembaran kontrak kerja sama yang terasa terlalu rapi untuk urusan seintim ini. Nastenka menoleh ke arah jendela besar yang memperlihatkan kelap-kelip lampu kota, mencoba mengabaikan kehadiran Mikhail di sisi seberang meja.

Tapi tidak mudah mengabaikan pria seperti Mikhail Romano. Keberadaannya terlalu... penuh. Diamnya saja bisa memenuhi ruangan.

“Hanya formalitas,” ucap Mikhail tanpa tekanan sambil menggoyang pelan gelas berisi anggur merah kesukaannya. “Kontrak ini menjelaskan kewajiban kita masing-masing. Tidak ada yang rumit.”

“Tidak rumit, tapi jelas tidak normal,” balas Nastenka tenang.

“Hubungan kita memang tidak normal.”

Nastenka membuka halaman pertama. Ada poin-poin yang membuatnya ingin mengangkat alis—termasuk klausul ‘penampilan publik minimal dua kali seminggu’, ‘menjaga rahasia pribadi satu sama lain’, dan ‘tidak ada hubungan romantis dengan pihak ketiga selama kontrak berjalan’.

“Tidak ada hubungan romantis?” Nastenka melirik. “Kau benar-benar menjaga reputasi ya.”

“Bukan soal reputasi,” jawab Mikhail lalu menaruh gelas wine yang sudah setengahnya itu diatas meja, ia pun beralih mengambil pulpen dan memutarnya di jari. “Lebih kearah kestabilan permainan.”

Mikhail lalu mencondongkan tubuh sedikit ke depan.

“Aku tidak suka kejutan. Tidak suka permainan belakang layar. Kalau kau menerima tawaran ini, kau masuk ke dunia dengan aturan yang kutetapkan. Dan aku ingin pastikan, kau tahu risiko dan batasnya.”

Nastenka berpura-pura berpikir. Padahal hatinya sudah membuat keputusan sejak ia melangkahkan kaki ke tempat ini. Tapi tak ada salahnya berpura-pura sedikit bimbang, demi harga diri.

Ia mengetuk ujung pulpen ke tepi meja, pelan, nyaris tanpa suara.

“Kalau aku melanggar satu poin?” tanyanya, pandangan tetap pada kertas. “Apa yang akan kau lakukan? Membatalkan kontrak? Menyingkirkanku?”

Mikhail menatapnya lalu menyeringai sedikit dengan tatapan yang terlihat mencemooh Nastenka. “Mungkin,” ucapnya nampak acuh tak acuh.  “ Namun agak sayang kalau membuang aset yang masih bisa dikendalikan dan diperbaiki.”

Nastenka membalas tatapannya, kali ini tanpa senyum, tanpa basa-basi. “Dan kau menganggap aku aset?”

“Kalau tidak, kau tak akan duduk di ruangan ini.”

Sejenak, keheningan merayap di antara mereka. Bunyi detak jam di dinding terdengar terlalu keras.

Akhirnya, Nastenka menarik napas perlahan. Ia menandatangani halaman pertama, membalik ke halaman kedua. Satu per satu, tanda tangannya tergores rapi.

Selesai.

Ia menutup map itu dan mendorongnya pelan ke arah Mikhail. 

Mikhail tidak menyentuh map itu, dari awal tatapannya selalu tertuju pada perempuan di hadapannya ini, seolah perempuan di hadapannya ini adalah satwa langka yang hanya datang sekali seumur hidup. 

“Selamat datang di hidup barumu,” ucap Mikhail akhirnya sambil mengulurkan tangan. “Kita mulai dari galeri malam ini. Pastikan kau siap membuat mereka jatuh cinta padamu.”

Nastenka menatap tangan itu sejenak, lalu menerimanya. Hangat, besar, dan kuat —tapi baginya, tangan itu sama saja seperti tali jerat yang mencekik. 

Nastenka tersenyum tipis, walau begitu wajah cantiknya terlihat dingin. “Jangan salah paham Tuan Romano. Aku tidak datang untuk membuat siapapun jatuh cinta.” Matanya menatap balik kearah manik berwarna perak abu-abu Mikhail yang dapat membuat siapa saja tergila-gila.

“Aku datang untuk menguasai panggungnya.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Owned by My Enemy   Chapter 10

    Malam datang perlahan di kediaman Romano, menyelimuti bangunan megah itu dengan bayangan panjang dan cahaya kuning hangat dari lampu-lampu gantung kristal. Aroma daging panggang, anggur merah, dan rempah-rempah Italia menguar samar dari dapur utama, mengalir pelan melewati koridor-koridor yang sunyi.Nastenka berjalan menyusuri lorong menuju ruang makan, mengenakan gaun satin berwarna merah gelap yang membentuk siluet tubuhnya seperti bayangan api. Rambutnya ditata sederhana, tapi justru membuat kecantikannya terasa lebih dingin—tajam dan tak tersentuh. Sepasang anting kecil berkilau di bawah cahaya lampu, memantulkan kilaunya tepat saat ia melewati cermin besar di dinding.Pintu ruang makan sudah terbuka. Di dalamnya, sebuah meja panjang dari kayu gelap telah disiapkan hanya untuk dua orang, dengan taplak putih bersih dan peralatan makan dari perak. Lilin-lilin menyala tenang di atas meja, dan setangkai bunga segar —satu-satunya elemen lembut— berdiri sendiri di vas kristal di tengah

  • Owned by My Enemy   Chapter 9

    Pintu terbuka memperlihatkan ruangan yang terkesan jauh lebih hangat dibanding kesan luar rumah ini. Langit-langit tinggi dihiasi lampu gantung kristal bergaya vintage, sementara dindingnya dibalut panel kayu kelabu pucat yang mengesankan kelembutan dan ketenangan. Sebuah tempat tidur ukuran king dengan kanopi tipis berdiri megah di tengah ruangan, seprainya tampak sehalus sutra. Tirai krem mengalir turun di sisi jendela besar yang tertutup sebagian, menyembunyikan pemandangan malam yang mungkin menakjubkan. Di sudut ruangan, ada sofa beludru lembut dengan meja kopi dari kaca bening. Rak buku tinggi berjajar rapi di sisi kanan dan ada aroma samar sandalwood bercampur mawar yang menguar di udara, entah dari mana. Nastenka berdiri di ambang pintu, memandangi ruangan itu tanpa berkata apa-apa untuk sesaat. “Bagaimana, kau suka?” tanya Mikhail, nadanya ringan namun matanya tak berhenti memperhatikan ekspresi di wajah Nastenka. Nastenka mengangkat dagunya sedikit, mencoba terlihat tena

  • Owned by My Enemy   Chapter 8

    Langit telah berganti warna menjadi abu-abu lembut ketika mobil berhenti perlahan di depan gerbang besi yang menjulang tinggi. Nastenka mengerutkan kening, menoleh ke luar jendela mobil. Gerbang seperti ini jelas bukanlah sebuah tempat hunian biasa. “Aku pikir kita akan ke apartemenmu,” gumamnya sambil menoleh ke Mikhail yang duduk disamping masih mengemudikan setir mobil dengan santai. Yang dimaksud Nastenka adalah apartemen yang pertama kali ia datangi ketika menandatangani kontrak dengan Mikhail.“Ah.. yang itu ya,” jawab Mikhail tenang dengan anggukan kecil nampak mengerti maksud Nastenka. “Ini juga termasuk apartemenku.”“Yang ada gerbang otomatis dan butuh waktu tiga menit berkendara dari gerbang ke pintu depan?” Nada suara Nastenka datar tak habis pikir dengan jawaban Mikhail.“Lokasi strategis, tenang dan aman.” Mikhail meliriknya sambil mengangkat bahunya acuh tak acuh.Mobil melaju menyusuri jalan setapak berlapis batu yang diapit taman bergaya dengan beberapa semak mawar,

  • Owned by My Enemy   Chapter 7

    “Apa tinggal bersama ada dalam klausa kontrak?” Nastenka benar-benar tidak mengerti jalan pikir pria yang dianugerahi gelar raja tanpa mahkota ini. Pagi-pagi sekali —dua hari setelah pesta pembukaan galeri itu— Mikhail muncul di depan pintu apartemennya tanpa pemberitahuan. Dan tentu saja, Nastenka tidak heran pria ini tahu di mana ia tinggal. Hal yang lebih mengganggunya adalah: kenapa Mikhail merasa punya hak untuk muncul sepagi ini, saat ia bahkan belum sempat mengenakan apapun selain baju tidur yang melilit tubuhnya.Dan parahnya Mikhail bahkan mengatakan untuk tinggal bersama di apartemennya!Mikhail menyandarkan tubuh di ambang pintu, mata menelusuri sosok Nastenka tanpa menyembunyikan niat. “Tidak,” jawabnya sambil mengangkat bahu, santai. “Tapi supaya lebih efisien.”“Efisien?” Nastenka menyipitkan mata, melipat tangan di dada. “Kau terdengar seperti pengusaha logistik.”Mendengar ini membuat Mikhail menyeringai. “Aku memang punya perusahaan yang bergerak di bidang logistik.”

  • Owned by My Enemy   Chapter 6

    “Kau tidak seperti wanita yang biasanya mengelilingi Mikhail.”Nastenka menaikkan sebelah alis, bukannya membalas ucapan wanita yang tiba-tiba muncul ini, Nastenka memilih untuk melayangkan pertanyaan. “Dan kau termasuk wanita yang mana?” Ia penasaran dengan jawaban yang akan diberikan wanita ini.Wanita ini lagi-lagi tertawa, tidak tersinggung sedikit pun. Tawa yang renyah, tidak dibuat-buat. “Sayangnya aku terlalu sibuk untuk terseret dalam pusaran drama Mikhail Romano.” Ia menyodorkan tangannya. “Sasha Vasiliev. Kita belum pernah bertemu, namun aku berharap setelah ini kita akan sering bertemu.”“Tentu.” Nastenka pun menggapai tangan wanita bernama Sasha Vasiliev ini tanpa ragu. “Natalia Arman.”“Well, Natalia.. seandainya kau bukan milik Mikhail, aku sudah pasti merebutmu ke sisiku.”Mendengar perkataan Sasha membuat Nastenka terkejut. Melihat wajah terkejut Nastenka membuat Sasha semakin melebarkan senyuman membuat kilatan matanya berbinar jenaka. “Jangan terkejut begitu, siapapu

  • Owned by My Enemy   Chapter 5

    “Orang-orang berubah ketika mereka tahu mana yang berharga dan mana yang hanya membuang waktu,” balas Mikhail tanpa ragu dan terdengar begitu acuh tak acuh terhadap kondisi Raisa yang semakin tidak stabil.Raisa menggigit bibirnya, ia menatap sedih kearah Mikhail dengan mata yang nyaris mengeluarkan tangis, lalu Raisa berbalik menatap Nastenka. “Apa yang kau berikan padanya, hah? Koneksi? Seks?!”“Astaga,” Nastenka menutup mulutnya seolah terkejut kemudian tertawa geli. “Nona Raisa, aku mohon.. jangan mengumbar frustasi pribadi ke publik seperti ini. Kau terlalu cantik untuk twerlihat menyedihkan.”Raisa tak bisa lagi menahan diri. Ia melangkah maju untuk menampar Nastenka tapi Mikhail segera mengangkat tangan dan mencengkram tangan Raisa untuk menghentikannya.Mikhail segera menghempaskan tangan Raisa membuat perempuan itu mundur beberapa langkah. “Satu langkah lagi Raisa, dan aku akan minta keamanan mengeluarkanmu.” Nada suaranya tenang, tapi ada amarah terpendam di dalamnya. Semua o

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status