Share

chapter 1

Author: soareii
last update Huling Na-update: 2025-03-12 16:28:30

Nastenka menatap pantulan dirinya di depan cermin. Wajahnya yang dulu penuh senyuman dan kebahagiaan itu kini mendingin dan hanya terukir senyum sarkas atau seringaian tanpa arti.

Ia saat ini sedang merias dirinya, menggunakan pemerah bibir dan memoles tipis wajahnya. Ia tidak pernah suka memakai make up tebal, jadi selain pemerah bibirnya yang berwarna merah darah, wajahnya tidak diberi warna 'berani' yang macam-macam.

Nastenka memakai gaun berwarna merah marun yang mencetak lekuk tubuhnya dengan sangat baik. Gaun ini dulu milik ibunya dan satu-satunya gaun bermerk dengan harga tinggi yang tersisa.

Karena hampir seluruh barang berharga yang bisa diungkan sudah dijual oleh ibunya demi kehidupan mereka sehari-hari ketika mereka berdua masih takut diburu oleh orang yang menginginkan kematian mereka.

Nastenka tidak suka menggunakan gaun yang memperlihatkan lekuk tubuhnya. Jadi hampir seluruh pakaiannya adalah pakaian longgar yang tidak begitu ketak, ia juga menyukai warna pastel daripada warna monokrom dan warna yang terkenal 'berani' tapi demi dendamnya.. ia harus melakukan ini.

Ia jadi teringat ketika perjanjiannya dengan Sergey Arman —yang dulunya adalah teman serta rekan kerja ayahnya— untuk mencapai tujuannya.

━━━━━━ FLASHBACK start

Sergey Arman duduk di belakang meja kerjanya, menatap Nastenka dengan pandangan penuh pertimbangan. Wajah pria tua itu dihiasi keriput yang menandakan betapa kerasnya hidup yang telah ia jalani. Ia menghela napas berat, menyandarkan punggungnya ke kursi empuknya.

“Kau tahu ini gila, kan?” katanya akhirnya, matanya yang gelap meneliti ekspresi Nastenka.

Nastenka menegakkan punggungnya. “Aku tidak peduli.”

Sergey mengusap wajahnya. “Nastenka—Natalia,” ia mengoreksi, “kau bisa saja hidup dengan tenang. Aku bisa membantumu pergi jauh dari kota ini. Kau tidak perlu terlibat dengan Mikhail Romano.”

Nastenka tertawa pelan, tawa yang hambar dan tanpa emosi. “Hidup dengan tenang?” Ia mencondongkan tubuh ke depan, menatap Sergey tajam. “Lalu membiarkan orang yang menghancurkan keluargaku hidup bahagia tanpa beban? Tidak, Sergey. Aku tidak akan membiarkannya.”

Pria itu menghela napas. Ia tahu betapa keras kepala gadis di hadapannya. Ia mengenalnya sejak kecil, saat ia masih gadis kecil yang manja dan dipenuhi tawa bahagia. Gadis itu telah mati. Yang tersisa hanyalah seseorang yang penuh dendam dan amarah.

Sergey akhirnya menyandarkan siku di atas meja, menautkan jemarinya. “Baiklah,” katanya pelan. “Aku akan membiarkanmu menggunakan nama keluargaku. Aku akan memperkenalkanmu sebagai keponakanku. Tapi dengarkan aku, Natalia,” ia menatapnya tajam, “ini bukan permainan. Mikhail bukan pria yang bisa kau permainkan tanpa konsekuensi.”

“Aku tahu.”

“Jika dia curiga, dia akan membunuhmu.”

“Aku tahu.”

Lagi, nada suaranya tidak berubah sejak awal, tetap tegas dan dingin tanpa rasa takut sama sekali.

Sergey menatapnya lama sebelum akhirnya mendesah pasrah. “Baiklah. Tapi jika semuanya gagal, aku tidak bisa menyelamatkanmu.”

Nastenka tersenyum tipis. “Aku tidak butuh diselamatkan.”

Dan begitulah—identitas barunya sebagai Natalia Arman pun lahir.

━━━━━━ FLASHBACK end

Kembali ke cermin, Nastenka menarik napas dalam. Tangan yang memegang lipstik sedikit bergetar, tapi ia segera menguasai dirinya.

Malam ini adalah langkah pertamanya untuk masuk ke dunia Mikhail Dimitri Lev Romano.

Dengan langkah mantap, ia mengambil clutch bag kecilnya dan keluar dari kamar.

Permainan baru saja dimulai.

.

.

.

Denting gelas kristal beradu dalam ruang penuh gemerlap. Tawa-tawa berpadu dengan dentingan musik klasik yang mengalun lembut. Namun, di balik topeng kebahagiaan itu, dunia ini dipenuhi kebohongan, pengkhianatan, dan darah yang mengering di lantai-lantai dingin.

Nastenka berdiri dengan senyuman setulus mungkin supaya tidak ada yang dapat melihat betapa palsu dirinya saat ini.

Nastenka Theodor mulai saat ini, diruangan ini, sudah mati bersamaan dengan keluarganya. Yang saat ini berdiri disamping Sergey Arman adalah Natalia Arman, keponakan dari Sergey yang akan diberikan Sergey pada Mikhail Romano —Raja tanpa mahkota untuk membebaskan utang besar keluarga Arman.

Malam ini, ia bukan lagi gadis yang kehilangan segalanya. Ia adalah Natalia Arman—seorang perempuan yang memasuki sarang serigala dengan kesadaran penuh akan risiko yang mengintainya.

Sergey menatapnya sekilas, memberi isyarat halus dengan dagunya ke arah sosok pria yang tengah berbicara dengan beberapa tamu penting di sudut ruangan.

Mikhail Dimitri Lev Romano.

Dari semua pria berbahaya yang bisa menjadi targetnya, Nastenka harus berurusan dengan yang paling berkuasa. Seorang pria yang namanya disebut dengan hormat sekaligus ketakutan di dunia kriminal.

Mikhail berdiri dengan aura kepemimpinan alami. Jas hitamnya terjahit sempurna, tubuhnya tegap, dan senyum ramah yang menghiasi wajahnya tidak cukup untuk menutupi dinginnya matanya.

Seolah merasakan tatapan yang mengarah padanya, Mikhail menoleh. Seketika, mata beda warna itu bertemu.

Nastenka tidak menunduk, tidak mundur. Ia justru menyunggingkan senyum kecil—senyum penuh arti yang ia latih berkali-kali di depan cermin.

Mikhail mengangkat alis, seolah tertarik dengan kepercayaan diri yang ditunjukkan perempuan asing itu.

Sergey segera membawa Nastenka mendekat, lalu dengan suara rendah namun penuh keyakinan, ia memperkenalkan, “Mikhail, izinkan aku memperkenalkan keponakanku—Natalia Arman.”

Mikhail menatapnya dalam diam. Sekilas, tidak ada ekspresi di wajahnya, namun matanya memerhatikan Nastenka dengan seksama.

Nastenka tahu bahwa ini adalah saatnya untuk mengambil langkah pertama.

Ia mengulurkan tangan dengan percaya diri, lalu dengan suara lembut dan sedikit manja, ia berkata, “Suatu kehormatan akhirnya bisa bertemu dengan Anda, Tuan Romano.”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Owned by My Enemy   chapter 7

    Mikhail menatap datar ke arah perempuan di hadapannya. Rambutnya yang biru laut karena dicat tergerai sedikit berantakan, matanya menyipit dengan ekspresi kesal. Ekatarina Lev Romano—atau yang sering dipanggil Katya—si bungsu keluarga Romano dan satu-satunya anak perempuan di keluarga itu. Jadi bisa dibayangkan betapa dimanjakannya perempuan ini. “Malam-malam datang ke sini hanya untuk menggerutu soal Ayah?” “Kenapa memangnya? Tidak boleh?” Katya balas dengan nada sebal, matanya berkilat penuh tantangan. Mikhail mendesah pelan, menyandarkan punggung ke kursi dengan ekspresi malas. “Bukan begitu, Katya.” Ia mengamati adiknya yang masih bersungut-sungut. “Hanya saja, kau benar-benar memilih waktu yang buruk.” Katya mendengus, melipat tangan di depan dada. “Kau selalu bilang begitu setiap kali aku datang. Apa aku harus buat janji dulu kalau ingin bertemu kakakku sendiri?” Mikhail menatapnya sekilas sebelum mengangkat gelas whiskey di tangannya, menyesap cairan keemasan itu perlaha

  • Owned by My Enemy   Chapter 6

    Nastenka tidak mundur. Sebaliknya, ia mengangkat kepalanya, membiarkan bibirnya melayang di dekat telinga Mikhail, begitu dekat hingga ia bisa merasakan panas tubuh pria itu. "Kau ingin tahu, Mikhail?" bisiknya, suaranya seperti racun yang merayap pelan ke dalam kesadaran. Ia memiringkan kepalanya sedikit, dan kemudian—sentuhan pertama terjadi. Tidak banyak. Tidak berlebihan. Hanya desiran lembut bibirnya yang hampir tidak menyentuh kulit di rahang Mikhail, sebuah gesekan samar yang lebih terasa seperti ilusi dibandingkan kenyataan. Tetapi cukup untuk menyalakan sesuatu di dalam dirinya. Mikhail mengangkat dagunya sedikit, membiarkan matanya bertemu dengan mata biru cerah itu dalam jarak yang begitu dekat. Matanya tidak menunjukkan reaksi apa pun—tidak ada keterkejutan, tidak ada kepanikan, tidak ada rasa terpojok. Sebaliknya, ada sesuatu yang lebih gelap di sana. Sesuatu yang mendekati rasa penasaran. Ia menarik napas pelan, lalu tersenyum kecil. "Lihat siapa yang mencoba

  • Owned by My Enemy   chapter 5

    Mikhail tahu ia sedang dimainkan. Tapi yang lebih mengesalkan dari itu—ia membiarkan dirinya terbawa dalam permainan ini. Di depannya, Nastenka duduk dengan santai, memutar-mutar gelas anggurnya seolah tak ada yang lebih menarik daripada cairan merah tua yang berputar di dalamnya. Ia tidak terburu-buru berbicara, tidak mencoba menarik perhatiannya secara terang-terangan. Namun, justru karena itu, Mikhail terus memperhatikannya. Anggur dalam gelasnya hampir habis ketika Nastenka akhirnya bergerak. Bukan untuk menuangkan minuman lagi, tetapi untuk bangkit dari tempat duduknya. Gerakannya pelan—begitu tenang, begitu anggun—hingga seolah ia adalah bagian dari bayangan ruangan yang suram ini. Mikhail tetap bersandar di kursinya, membiarkan matanya mengikuti pergerakan wanita itu. "Natalia," panggilnya, suaranya rendah dan sarat dengan peringatan. Nastenka hanya tersenyum. Tanpa diminta, ia berjalan mengitari meja panjang itu, langkahnya nyaris tanpa suara. Cahaya lilin memantulkan k

  • Owned by My Enemy   Chapter 4

    Mikhail bukan pria bodoh. Sejak awal, ia tahu bahwa Nastenka—atau "Natalia Arman"—bukan sekadar hadiah biasa dari Sergey Arman. Perempuan itu tidak menunjukkan ketertarikan yang berlebihan padanya, tetapi juga tidak menjaga jarak. Ia bermain di batas tipis antara ketidakpedulian dan godaan halus, seolah menari di atas benang yang hampir tak kasat mata. Dan itu membuat Mikhail penasaran. Biasanya, jika seorang wanita dikirim kepadanya, mereka akan berusaha mati-matian menarik perhatiannya—mereka akan mengenakan gaun paling menawan, berbicara dengan suara lembut penuh pujian, atau bahkan berusaha menyentuhnya dengan dalih yang tak perlu. Tapi "Natalia" berbeda. Ia tidak tampak tergesa-gesa, tidak terlihat putus asa, dan justru karena itu ia semakin menarik. Malam itu, Mikhail sengaja menciptakan situasi untuk menguji perempuan itu. Di ruang makan pribadinya—ruangan dengan pencahayaan redup yang hanya bisa dimasuki oleh orang-orang terdekatnya—ia menunggu dengan gelas anggur di ta

  • Owned by My Enemy   chapter 3

    Pesta telah usai, tetapi permainan di antara mereka baru saja dimulai. Nastenka tidak langsung jatuh dalam genggaman Mikhail, dan itulah yang membuat pria itu semakin tertarik. Biasanya, wanita yang berada di dekatnya akan berlomba-lomba menarik perhatiannya—mereka akan tertawa manis di hadapannya, menciptakan sentuhan-sentuhan kecil yang disengaja, atau dengan mudahnya tunduk hanya demi mendapatkan seulas senyuman darinya. Namun, tidak dengan Nastenka. Ia tahu kapan harus mendekat dan kapan harus menjauh. Ia tahu cara menarik perhatian tanpa terlihat putus asa. Ia bermain tarik ulur dengan begitu lihai, membuat Mikhail mulai melihatnya lebih dari sekadar "hadiah" dari keluarga Arman. Malam itu, setelah para tamu pergi dan suasana kembali sunyi, Mikhail duduk di ruang kerjanya, menyesap anggur merah yang tersisa di gelasnya. Api di perapian berpendar redup, sesekali mengeluarkan suara kayu yang retak terbakar. Namun, pikirannya tidak sepenuhnya ada di sana. Untuk pertama kalinya

  • Owned by My Enemy   chapter 2

    Mikhail tidak segera menyambut uluran tangannya. Ia hanya menatap Nastenka—atau Natalia—dengan mata tajamnya yang sulit diterjemahkan. Udara di sekitar mereka terasa lebih berat dalam sekejap. Sergey Arman yang berdiri di samping Nastenka tampak sedikit gelisah, tetapi pria tua itu cukup pintar untuk tidak menyela. Lalu, perlahan, Mikhail mengangkat tangannya dan menyambut uluran Nastenka. Jemarinya kokoh, sedikit dingin, namun genggamannya tidak kasar. Ia tidak mengeceng erat, tetapi cukup kuat untuk menunjukkan dominasinya. “Sebuah kehormatan juga,” jawabnya santai, suaranya dalam dan berwibawa. “Aku tidak ingat Sergey pernah menyebut punya keponakan yang secantik ini.” Nastenka tersenyum, meskipun dalam hatinya ia menyimpan kewaspadaan. Mikhail bukan tipe pria yang mudah menerima informasi begitu saja. “Aku memang bukan seseorang yang sering diperkenalkan,” jawabnya lembut, matanya menatap Mikhail dengan sedikit godaan halus. “Tapi aku senang akhirnya bisa berkenalan deng

  • Owned by My Enemy   chapter 1

    Nastenka menatap pantulan dirinya di depan cermin. Wajahnya yang dulu penuh senyuman dan kebahagiaan itu kini mendingin dan hanya terukir senyum sarkas atau seringaian tanpa arti. Ia saat ini sedang merias dirinya, menggunakan pemerah bibir dan memoles tipis wajahnya. Ia tidak pernah suka memakai make up tebal, jadi selain pemerah bibirnya yang berwarna merah darah, wajahnya tidak diberi warna 'berani' yang macam-macam. Nastenka memakai gaun berwarna merah marun yang mencetak lekuk tubuhnya dengan sangat baik. Gaun ini dulu milik ibunya dan satu-satunya gaun bermerk dengan harga tinggi yang tersisa. Karena hampir seluruh barang berharga yang bisa diungkan sudah dijual oleh ibunya demi kehidupan mereka sehari-hari ketika mereka berdua masih takut diburu oleh orang yang menginginkan kematian mereka. Nastenka tidak suka menggunakan gaun yang memperlihatkan lekuk tubuhnya. Jadi hampir seluruh pakaiannya adalah pakaian longgar yang tidak begitu ketak, ia juga menyukai warna pastel

  • Owned by My Enemy   Prolog

    Dendam adalah racun yang mengalir pelan, membakar setiap nadi dengan keinginan untuk menghancurkan. Nastenka Theodor tidak pernah berpikir akan menempuh jalan ini—menjadi bayangan yang menyusup ke dalam kehidupan pria yang telah merenggut segalanya darinya. Mikhail Dimitri Lev Romano. Nama itu bergaung di benaknya, mengingatkannya pada malam di mana keluarganya musnah dalam kobaran api. Dunia mereka adalah dunia yang sama—penuh kemewahan, pengkhianatan, dan darah yang mengering di ujung peluru. Kini, ia melangkah ke dalamnya bukan sebagai korban, tetapi sebagai pemain. Dengan nama baru, wajah yang tersenyum manis, dan niat yang beracun, Nastenka menawarkan dirinya pada Mikhail. Dia bukan wanita pertama yang ingin berada di sisinya, tapi dia akan menjadi yang terakhir—entah sebagai kekasih, atau algojo yang menusuknya dari belakang. Namun, permainan ini lebih berbahaya dari yang ia kira. Saat rahasia terkuak dan kebenaran mulai bertaut dengan kebohongan, Nastenka dihadapkan pada pil

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status