Share

Chapter 3

Penulis: soareii
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-12 16:28:33

Pembukaan galeri itu digelar di sebuah bangunan berarsitektur neoklasik di pusat kota, tempat di mana seni dan kekuasaan sering kali saling bersentuhan dalam diam. Di ruangan utama, lampu gantung kristal memantulkan cahaya ke segala arah, menciptakan kilau yang terlalu sempurna untuk jadi nyata. Gaun malam berdesain eksklusif dan jas hitam berpotongan tajam memenuhi ruangan, bersama dengan tawa pelan dan percakapan yang penuh lapisan kepura-puraan.

Mikhail memasuki ruangan lebih dulu, postur tegak dan tatapan tak terganggu. Para tamu langsung menyadari kehadirannya—tak hanya karena reputasinya, tapi karena auranya yang tak bisa diabaikan. Semua mata memutar ke arahnya, seperti gravitasi sosial yang bekerja.

Lalu Nastenka muncul di belakangnya. Gaunnya merah marun dengan belahan samping tinggi dan potongan punggung terbuka, sederhana namun terlihat begitu memukau. Rambutnya ditata rapi ke atas, memperlihatkan garis leher yang anggun dan bahu jenjang. Satu-satunya aksesori mencolok adalah anting berlian panjang yang berayun tiap kali ia bergerak. Senyumnya tipis tapi tepat sasaran—cukup dingin untuk membuat penasaran, cukup ramah untuk dianggap tak berbahaya.

Bisik-bisik segera mengalir di dalam ruangan gemerlap itu.

“Itu siapa?”

“Wanita barunya Mikhail ya?”

“Dia datang dengan Romano?”

“Apa tipenya berubah? Biasanya lebih... eksplosif.”

Mikhail berhenti sejenak, lalu menawarkan tangannya untuk menggandeng Nastenka. Ia menerimanya tanpa ragu, tangan mereka bertaut seperti pasangan yang sudah terbiasa berjalan bersama dalam sorotan.

“Siap?” bisik Mikhail di sela keramaian tanpa menoleh sedikitpun kearah Nastenka.

“Tentu,” jawab Nastenka dengan nada ringan, lalu melirik sekeliling seperti seorang ratu menilai wilayah kekuasaannya.

Mereka berjalan di antara para tamu, Mikhail sibuk menyapa investor dan kolega lama, sementara Nastenka menjaga perannya yaitu pasangan baru yang memikat namun misterius. Ia berbicara secukupnya, tertawa seperlunya, dan menatap dengan tepat.

Sampai akhirnya, salah satu tamu wanita—istri dari pemilik galeri—mendekati mereka.

“Mikhail, tidak menyangka kau benar-benar datang,” sapanya ramah sambil mengecup pipi Mikhail dengan basa-basi khas kelas atas. “Dan ini adalah….”

Mikhail membuka mulutnya untuk membalas sebelum akhirnya Nastenka memotong lebih dulu, nampak tak acuh meski mengetahui ia telah memotong Mikhail. “Natalia Arman,” potong Nastenka dengan senyum tipis. Ia mengulurkan tangan lebih dulu. “Senang bertemu dengan anda dan selamat atas pembukaan galeri baru suami anda, sungguh banyak karya yang mengesankan.”

Perempuan itu sempat terdiam nampak tidak menyangka bahwa ada perempuan yang berani menyela Mikhail. “Anda benar-benar menawan, tidak heran Mikhail tampak lebih hidup malam ini.”

“Oh?” Nastenka mengangkat alisnya lalu dengan nada bicara yang terdengar jenaka, Nastenka melanjutkan perkataannya. “Mungkin karena biasanya ia dikelilingi orang-orang yang terlalu sibuk ingin menaklukkannya, bukan menyeimbangkannya.”

Komentar itu membuat perempuan tadi terdiam sejenak —antara tersinggung atau terpesona. Mikhail menahan senyum, lalu menyesap anggurnya perlahan. Ia merasa begitu terhibur dengan perkataan perempuan yang menjadi pasangan kontraknya ini, sungguh menghibur.

“Ah, mungkin anda benar,” pada akhirnya sang nyonya tertawa mengiyakan ucapan Nastenka.

Saat perempuan itu pergi dengan basa-basi, Mikhail melirik Nastenka. “Berani juga.”

“Bukankah ini yang kau inginkan?” Nastenka membalas. “Lagipula.. aku hanya memainkan peranku.”

Malam itu, semua orang mulai bertanya-tanya siapa sebenarnya wanita yang menggandeng Mikhail Romano. Dan Nastenka tahu, malam ini ia menang satu langkah.

Seusai berkeliling dan menyapa beberapa orang penting, Mikhail dan Nastenka berhenti di depan salah satu instalasi seni yang mengambil bentuk patung abstrak dari logam dingin. Beberapa tamu berdiri di dekat mereka, namun menjaga jarak, cukup tahu diri bahwa yang mereka lihat bukan sekadar pasangan biasa.

Mikhail menyesap anggurnya lagi, lalu berbisik pelan ke telinga Nastenka.

“Dua menit di sini, lalu kita ke arah kiri. Ada sekelompok investor yang harus kutemui.”

Nastenka hanya mengangguk, lalu menjawab datar.

“Kau akan memperkenalkan aku sebagai apa? Teman? Pacar? Atau.. properti pribadi?”

Senyum tipis muncul di wajah Mikhail. “Tergantung siapa yang bertanya.” Ia memutar gelasnya, lalu melanjutkan dengan nada rendah. “Kalau investor? Mitra yang sangat kupercayai. Kalau media? Kekasih hatiku. Kalau teman? Properti pribadi milikku. Kalau mantan kekasih yang suka cari masalah? Orang yang bila mereka sentuh akan berdampak buruk untuk mereka.”

Belum sempat Nastenka menjawab, seorang wanita mendekat dengan langkah mantap dan senyum yang terlalu lebar untuk bisa dibilang tulus.

“Aku tidak percaya ini,” ucap wanita itu, langsung meraih tangan Mikhail dan mengecup pipinya. “Tiga bulan tanpa kabar, lalu kau muncul dengan seseorang yang jelas bukan bagian dari lingkaran biasanya.”

“Raisa.” Mikhail masih mempertahankan senyumnya tapi Nastenka menyadari ada kejengkelan dibalik manik mata perak abu-abu itu. Ah, mungkin wanita yang mendatangi mereka saat ini adalah mantan kekasih yang suka cari masalah itu. 

Setidaknya Raisa adalah salah satunya, pikir Nastenka sambil berusaha menyembunyikan senyuman cemooh yang mulai terukir di wajah cantiknya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Owned by My Enemy   Chapter 10

    Malam datang perlahan di kediaman Romano, menyelimuti bangunan megah itu dengan bayangan panjang dan cahaya kuning hangat dari lampu-lampu gantung kristal. Aroma daging panggang, anggur merah, dan rempah-rempah Italia menguar samar dari dapur utama, mengalir pelan melewati koridor-koridor yang sunyi.Nastenka berjalan menyusuri lorong menuju ruang makan, mengenakan gaun satin berwarna merah gelap yang membentuk siluet tubuhnya seperti bayangan api. Rambutnya ditata sederhana, tapi justru membuat kecantikannya terasa lebih dingin—tajam dan tak tersentuh. Sepasang anting kecil berkilau di bawah cahaya lampu, memantulkan kilaunya tepat saat ia melewati cermin besar di dinding.Pintu ruang makan sudah terbuka. Di dalamnya, sebuah meja panjang dari kayu gelap telah disiapkan hanya untuk dua orang, dengan taplak putih bersih dan peralatan makan dari perak. Lilin-lilin menyala tenang di atas meja, dan setangkai bunga segar —satu-satunya elemen lembut— berdiri sendiri di vas kristal di tengah

  • Owned by My Enemy   Chapter 9

    Pintu terbuka memperlihatkan ruangan yang terkesan jauh lebih hangat dibanding kesan luar rumah ini. Langit-langit tinggi dihiasi lampu gantung kristal bergaya vintage, sementara dindingnya dibalut panel kayu kelabu pucat yang mengesankan kelembutan dan ketenangan. Sebuah tempat tidur ukuran king dengan kanopi tipis berdiri megah di tengah ruangan, seprainya tampak sehalus sutra. Tirai krem mengalir turun di sisi jendela besar yang tertutup sebagian, menyembunyikan pemandangan malam yang mungkin menakjubkan. Di sudut ruangan, ada sofa beludru lembut dengan meja kopi dari kaca bening. Rak buku tinggi berjajar rapi di sisi kanan dan ada aroma samar sandalwood bercampur mawar yang menguar di udara, entah dari mana. Nastenka berdiri di ambang pintu, memandangi ruangan itu tanpa berkata apa-apa untuk sesaat. “Bagaimana, kau suka?” tanya Mikhail, nadanya ringan namun matanya tak berhenti memperhatikan ekspresi di wajah Nastenka. Nastenka mengangkat dagunya sedikit, mencoba terlihat tena

  • Owned by My Enemy   Chapter 8

    Langit telah berganti warna menjadi abu-abu lembut ketika mobil berhenti perlahan di depan gerbang besi yang menjulang tinggi. Nastenka mengerutkan kening, menoleh ke luar jendela mobil. Gerbang seperti ini jelas bukanlah sebuah tempat hunian biasa. “Aku pikir kita akan ke apartemenmu,” gumamnya sambil menoleh ke Mikhail yang duduk disamping masih mengemudikan setir mobil dengan santai. Yang dimaksud Nastenka adalah apartemen yang pertama kali ia datangi ketika menandatangani kontrak dengan Mikhail.“Ah.. yang itu ya,” jawab Mikhail tenang dengan anggukan kecil nampak mengerti maksud Nastenka. “Ini juga termasuk apartemenku.”“Yang ada gerbang otomatis dan butuh waktu tiga menit berkendara dari gerbang ke pintu depan?” Nada suara Nastenka datar tak habis pikir dengan jawaban Mikhail.“Lokasi strategis, tenang dan aman.” Mikhail meliriknya sambil mengangkat bahunya acuh tak acuh.Mobil melaju menyusuri jalan setapak berlapis batu yang diapit taman bergaya dengan beberapa semak mawar,

  • Owned by My Enemy   Chapter 7

    “Apa tinggal bersama ada dalam klausa kontrak?” Nastenka benar-benar tidak mengerti jalan pikir pria yang dianugerahi gelar raja tanpa mahkota ini. Pagi-pagi sekali —dua hari setelah pesta pembukaan galeri itu— Mikhail muncul di depan pintu apartemennya tanpa pemberitahuan. Dan tentu saja, Nastenka tidak heran pria ini tahu di mana ia tinggal. Hal yang lebih mengganggunya adalah: kenapa Mikhail merasa punya hak untuk muncul sepagi ini, saat ia bahkan belum sempat mengenakan apapun selain baju tidur yang melilit tubuhnya.Dan parahnya Mikhail bahkan mengatakan untuk tinggal bersama di apartemennya!Mikhail menyandarkan tubuh di ambang pintu, mata menelusuri sosok Nastenka tanpa menyembunyikan niat. “Tidak,” jawabnya sambil mengangkat bahu, santai. “Tapi supaya lebih efisien.”“Efisien?” Nastenka menyipitkan mata, melipat tangan di dada. “Kau terdengar seperti pengusaha logistik.”Mendengar ini membuat Mikhail menyeringai. “Aku memang punya perusahaan yang bergerak di bidang logistik.”

  • Owned by My Enemy   Chapter 6

    “Kau tidak seperti wanita yang biasanya mengelilingi Mikhail.”Nastenka menaikkan sebelah alis, bukannya membalas ucapan wanita yang tiba-tiba muncul ini, Nastenka memilih untuk melayangkan pertanyaan. “Dan kau termasuk wanita yang mana?” Ia penasaran dengan jawaban yang akan diberikan wanita ini.Wanita ini lagi-lagi tertawa, tidak tersinggung sedikit pun. Tawa yang renyah, tidak dibuat-buat. “Sayangnya aku terlalu sibuk untuk terseret dalam pusaran drama Mikhail Romano.” Ia menyodorkan tangannya. “Sasha Vasiliev. Kita belum pernah bertemu, namun aku berharap setelah ini kita akan sering bertemu.”“Tentu.” Nastenka pun menggapai tangan wanita bernama Sasha Vasiliev ini tanpa ragu. “Natalia Arman.”“Well, Natalia.. seandainya kau bukan milik Mikhail, aku sudah pasti merebutmu ke sisiku.”Mendengar perkataan Sasha membuat Nastenka terkejut. Melihat wajah terkejut Nastenka membuat Sasha semakin melebarkan senyuman membuat kilatan matanya berbinar jenaka. “Jangan terkejut begitu, siapapu

  • Owned by My Enemy   Chapter 5

    “Orang-orang berubah ketika mereka tahu mana yang berharga dan mana yang hanya membuang waktu,” balas Mikhail tanpa ragu dan terdengar begitu acuh tak acuh terhadap kondisi Raisa yang semakin tidak stabil.Raisa menggigit bibirnya, ia menatap sedih kearah Mikhail dengan mata yang nyaris mengeluarkan tangis, lalu Raisa berbalik menatap Nastenka. “Apa yang kau berikan padanya, hah? Koneksi? Seks?!”“Astaga,” Nastenka menutup mulutnya seolah terkejut kemudian tertawa geli. “Nona Raisa, aku mohon.. jangan mengumbar frustasi pribadi ke publik seperti ini. Kau terlalu cantik untuk twerlihat menyedihkan.”Raisa tak bisa lagi menahan diri. Ia melangkah maju untuk menampar Nastenka tapi Mikhail segera mengangkat tangan dan mencengkram tangan Raisa untuk menghentikannya.Mikhail segera menghempaskan tangan Raisa membuat perempuan itu mundur beberapa langkah. “Satu langkah lagi Raisa, dan aku akan minta keamanan mengeluarkanmu.” Nada suaranya tenang, tapi ada amarah terpendam di dalamnya. Semua o

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status