Alasan terpintar sampai dengan terbodoh yang Kiara pikirkan pada akhirnya hanya membuat Kiara memilih cara terbodoh dengan mengunjungi tempat tinggal Nathan sesampainya ia di New York. Terlebih saat ia harus memelas di hadapan kakak laki-laki yang saat ini masih memandangnya bingung.
Kiara berbaring di tempat tidur Nathan, masih dengan pakaian hangatnya dan juga selimut yang menutupi tubuhnya rapat.
"Saat Lily bilang kalian akan kembali setelah pemotretan selesai, aku tidak menyangka bahwa akan secepat ini."
"Semuanya berjalan dengan cepat dan lancar,” ucap Kiara sedikit panik. “Aku juga sudah menerima perawatan sebelum pemotretan.”
“Then, why you were here? Tidak beristirahat di apartemen-mu.”
“Karena … Lilly! Ya, Lilly! She’s busy with her job, so … she can’t take care of me.”
“Oh! if that so, you can stay here.”
Hati Kiara merasa tenang, ia tak perlu beralasan lagi karena Nathan percaya, terlebih ia merasa sedikit lega karena berhasil menghancurkan momen malam terakhir Nathan dan Vivian di New York.
"Hei, Kiara, kau sudah makan?" tanya Vivian ramah.
Kiara menggeleng.
“I’ll make you dinner. Nath, bisa kau bantu aku? Sebaiknya kita biarkan Kiara beristirahat, dia pasti sangat lelah.”
"Nonono! Tidak perlu! I’m on diet.” Keduanya menatap Kiara bingung.
“But you’re sick.”
"Aku hanya ingin berbicara dengan Nathan sebentar. Can you just leave us?” ucap Kiara seramah mungkin.
Nathan sekejab tahu dan bisa membaca tujuan Kiara yang tiba-tiba datang menemuinya selarut itu.Dengan tatapan tajam ia menatap adiknya yang tampak pucat dan berkeringat. Meskipun terlihat cukup enerjik untuk dikatakan sebagai orang sakit tapi Nathan cukup yakin adiknya sangat pintar menahan rasa sakit.
"Vivian, bisa kau siapkan dulu? Akan kupastikan dia memakan masakanmu malam ini."
"Ya?"
"Aku perlu berbicara dengan Kiara sebentar.” di akhir kata-katanya Nathan tersenyum sehingga membuat Vivian mengerti keinginan pria itu dan meninggalkan keduanya untuk bersama.
Sejujurnya Nathan tak tahu apa yang membuat Kiara datang selarut itu sementara Kiara jarang sekali untuk datang ke tempat tinggalnya setelah disibukan dengan karir modelingnya, dan malam itu Kiara tiba-tiba datang tepat di malam terakhir Vivian berada di New York.
"What's wrong?"
“I’m just …” Kiara memikirkan sebuah alasan yang cukup kuat.
“Daripada bertemu denganku, bukankah seharusnya kau menemui seorang dokter, Kiara."
“Aku sedang melakukanya, bertemu dengan seorang dokter.”
Nathan tak bergeming, hanya menghela napas menyaksikan sekaligus mendengar alasan adiknya, Kiara.
"Get up" Nathan meminta Kiara untuk bangkit dan kini keduanya duduk sejajar.
Pria itu membuka laci nakas dan mengambil sebuah pengukur suhu badan, menyibakan selimut Kiara dan membantu sang adik melepas baju hangatnya sebelum mulai mengukur suhu tubuh Kiara melalui telinga.
"Apa yang kau rasakan?"
“Dingin, badanku terasa sakit, aku kedinginan, Nath.”
Nathan hanya diam dengan wajah sedikit kesal, di saat itu wajah keduanya terlalu dekat sehingga membuat Kiara terdiam untuk memperhatikan detail wajah pria yang tak menyadari apapun dan hanya fokus pada pengukur suhu di tangannya. Namun hati Kiara tak bisa berhenti enatap sisi wajah sempurna Nathan hingga berhenti di bibir pria itu yang terdapat sedikit bercak lipstik di sudut bibirnya. Kiara tentu tidak sepolos itu untuk bisa mengartikan segalanya, sehingga tatapan kagum itu perlahan berubah sendu saat menyadari apa yang mungkin terjadi.
"Kau sepertinya marah, apa aku menganggumu?”
Nathan tetap tak menjawab.
"Karena aku menganggumu dan Vivian?”
Bip!
“38.”
"Jawab aku!"
"Setelah ini makan dan beristirahat, aku akan menyiapkan obat untukmu."
"Nath!”
"Suhu badanmu tinggi, apa kurang jelas?”
Kini giliran Kiara yang terdiam.
“Aku tidak tahu apa yang ada di pikiranmu, tapi apa yang sebenarnya membuatmu berpikir untuk datang malam-malam ke sini, Kiara?"
Pertanyaan itu cukup membuat Kiara takut. Terdengar jelas dan mengintimidasi, kedua mata Nathan pun tampak tajam menatapnya sementara ia hanya berusaha menghindari kedua mata Nathan.
“You seems unhappy, right! aku akan pergi setelah ini! Maaf menganggu acara makan malammu dengan Vivian.”
Nathan mengerutkan dahinya heran, menyadari sesuatu yang janggal tentang bagaimana Kiara tahu bahwa ia dan Vivian makan malam bersama sementara ia tak mengatakan apapun pada sang adik.
"Tunggu! Kau bilang makan malam? Bagaimana kau tahu?"
"Aku?" Kiara memutar kedua bola matanya berusaha mencari alasan. "Sejujurnya, aku hanya menebak-nebak saja, apa yang sepasang kekasih lakukan di malam terakhir sebelum berpisah jika buka makan malam.” Kiara terseyum canggung menantikan tatapan dan mimik Nathan yang ia harap berubah mencair namun ternyata tidak. "Ok, this is so embarrassing, aku mau pulang!"
Nathan tersenyum seketika melihat reaksi menggemaskan Kiara.
“No! Stay here.” Dalam hati Kiara tersenyum dan mati-matian ia berusaha menyembunyikan di wajahnya, ia tak ingin tertangkap basah. “Kau bisa tidur di kamarku.”
“Baiklah jika kau memaksa"
“Jangan kenakan baju hangat dan selimut ok! Aku tidak mau kau berakhir kejang di tempat tidurku karena suhu badanmu yang makin tinggi.”
Kedua mata Kiara mengikuti kemanapun Nathan pergi, seperti saat melihat pria itu berjalan ke walk in closet-nya dan mengambil dua pasang pajamas dan kaus kaki. Dengan senyum iritnya Nathan duduk di hadapan Kiara dan memakaikam kaus kaki kebesaran Nathan untuk menutupi telapak kaki Kiara. Pria itu tersenyum manis.
“Ini saja cukup.”
Kiara ikut tersenyum, ia suka sikap hangat Nathan yang sedikit cuek namun perhatian.
“Kau ganti pakaianmu dengan ini. Cukup besar, tapi kau harus mengganti pakaianmu.”
"Thank you.”
Nathan beranjak namun ada sesuatu yang mengganjal di bibir Kiara.
"Nath, kau tidak tidur dengan Vivian kan?”
Cukup terkejut dengan pertanyaan polos Kiara, namun Nathan menunjukan senyum manisnya kepada Kiara untuk nenutupi rasa khawatir adiknya.
“Bukan urusanmu. Aku akan mengantar makan malamu ke kamar.”
****
Lewat tengah malam menuju pagi, kedua mata Nathan tidak bisa terpejam. Lampu kamar yang redup dan tirai yang tertutup membuat ia hanya menatap langit2 ruangan sementara Vivian masih tertidur nyenyak di dalam pelukannya. Pikirannya melambung mengkhawatirkan keadaan Kiara, iapun memutuskan untuk pergi menuju ke kamarnya untuk melihat keadaan Kiara. Ia mengecup kening Vivian sebelum ia pergi dan meninggalkan wanita itu tertidur di kamar.
Tanpa mengetuk pintu karena tidak ingin mengganggu, ia mendekat ke arah ranjang. Di situlah ia melihat Kiara yang meringkuk, tertidur dengan pakaian tidur dan kaus kakinya. Nathan menggusap dahi Kiara yang berkeringat dengan handuk yang ia letakan di nakas dan kembali mungukur suhu badan Kiara yang perlahan menurun. Ia merasa lega, namun entah apa yang ada di dalam kepalanya, ia merasa berat dan tak ingin meninggalkan ruangan itu.
“Nath.”
Suara rintihan itu membuat Nathan tersadar dan mendekati Kiara.
“I’m here.”
Jari-jari Natahan menyentuh pipi merah Kiara yang berkeringat dan di saat itu juga Kiara meraih jemari Nathan untuk ia peluk. Membuat pria itu tak bisa mengelak ataupun menghindar dan berakhir membuat ia duduk di sisi ranjang untuk menatap Kiara lebih dekat, membiarkan tangannya menjadi hal ternyaman untuk Kiara jadikan pegangan.
*****
Berita pagi hari itu membuat Kiara panik dan segera menghubungi Lily, meskipun mungkin tak ada satupun penduduk Amerika Serikat yang tahu bahkan mengenali siapa sosok di balik foto yang disamarkan selain dirinya sendiri dan tentu Kellan. "WHAAAT!?""It was me Lilly, ME!"Kiara menggigit kuku jarinya dan berjaan mondar-mandir saat menghubungi Lilly."Kau tahu sendiri kan, tidak hanya kita berdua ada kau dan yang lainnya, he just drove us with his fucking Rolls Royce to the airport.""Ya, tapi masalahnya adalah tetap itu kau dan Kellan. Orang tidak peduli jika ada aku.""Lily? Bagaimana ini?""Ini akan menjadi bencana besar jika wajahmu dan Kellan terekspos. Kau bisa bayangkan berapa banyak pembencimu akan bertambah jika gosipmu dan Kellan mencuat? Beruntung wajahmu tidak terlihat.""Aku tidak mau tahu, kau harus mengurusnya! Aku berjanji akan menambahkan setengah gajimu jika kau berhasil menghentikan berita ini dan aku akan mengurangi setengah gajimu jika kau gagal!""Bagaimana bisa b
“Kau yakin, Vivian?”“Ya, kau harus memastikan bahwa Kiara baik-baik saja. Aku bisa berangkat sendiri dan kau bisa menjaga Kiara.”Samar-samar percakapan antara Nathan dan Vivian itu Kiara dengar saat ia mulai membuka kedua matanya. Ia tak betul-betul ingat tentang kejadian semalam, karena samar ia seperti bermimpi melihat Nathan di sisinya."Lagi pula kita akan bertemu di California bukan? Kita bisa menghabiskan banyak waktu di sana.”Entah itu sebuah kabar baik atau buruk, Kiara seperti merasakan keduanya. Senang karena pada akhirnya seorang Vivian Wang akan meninggalkan New York, buruk karena sepertinya dua insan yang sedang dibutakan cinta itu membuat janji untuk bertemu di tempat lain.Kiara terbangun dan meminum satu gelas air yang tentu sudah Nathan siapkan di nakas. Meneguknya habis, karena ia merasa haus dan kelaparan. Namun rasa penasaran Kiara lebih besar, ia ingin mendengar lebih banyak lagi tentang percakapan dua orang yang mengganggu pikiran Kiara sejak tadi. Benar saja,
Alasan terpintar sampai dengan terbodoh yang Kiara pikirkan pada akhirnya hanya membuat Kiara memilih cara terbodoh dengan mengunjungi tempat tinggal Nathan sesampainya ia di New York. Terlebih saat ia harus memelas di hadapan kakak laki-laki yang saat ini masih memandangnya bingung.Kiara berbaring di tempat tidur Nathan, masih dengan pakaian hangatnya dan juga selimut yang menutupi tubuhnya rapat."Saat Lily bilang kalian akan kembali setelah pemotretan selesai, aku tidak menyangka bahwa akan secepat ini.""Semuanya berjalan dengan cepat dan lancar,” ucap Kiara sedikit panik. “Aku juga sudah menerima perawatan sebelum pemotretan.”“Then, why you were here? Tidak beristirahat di apartemen-mu.”“Karena … Lilly! Ya, Lilly! She’s busy with her job, so … she can’t take care of me.”“Oh! if that so, you can stay here.”Hati Kiara merasa tenang, ia tak perlu beralasan lagi karena Nathan percaya, terlebih ia merasa sedikit lega karena berhasil menghancurkan momen malam terakhir Nathan dan V
Sebuah makan malam yang telah Nathan siapkan terasa begitu spesial untuk wanita yang kini menyandang status sebagai tunangan Nathan Lee. Vivian tahu bahwa Nathan telah menyiapkan banyak hal ditengah kesibukannya sebagai seorang Dokter bedah, menyiapkan kejutan manis sebelum keduanya berpisah dalam waktu yang cukup lama, nyatanya semua itu sangat menyentuh hati vivian.Sengaja Nathan menata meja makan dengan bunga-bunga hidup kesukaan Vivian dan juga lilin yang kini menjadi sumber cahaya yang menyinari wajah keduanya yang duduk berhadapan. Bersyukur Manhattan tak pernah kehilangan cahaya di malam hari dan semua itu menjadi pendamping manis saat keduanya memutuskan meredupkan lampu ruang makan dan membuka jendela.Keduanya tertawa bersama, meneceritakan banyak hali-hal lucu bahkan tentang pekerjaan mereka. Saling menatap kagum dan menyimpan tatapan hangat sembari menyesap champangne bersama."Sekarang giliranmu, aku ingin tahu lebih banyak tentang keluargamu, Nath.""Kau sudah mengenal
“Ya, aku sudah menemukannya dalam keadaan demam tinggi— entah apa yang dia lakukan saat diam-diam menyelinap meninggalkan kamar hotelnya—“ Lilly melirik sekilas Kiara yang bersembunyi di balik selimut."Ya, kami akan kembali setelah pemotretan, kita tidak bisa membatalkan pemotretan begitu saja— ok, aku akan mengabarimu lagi nanti.”Lilly melempar dengan kesal ponselnya ke ranjang Kellan, tempat di mana Kiara tak menunjukkan batang hidungnya. "Kita harus ke rumah sakit sebentar sebelum pemotretanmu, kau harus mendapatkan perawatan sebelum pemotretan sore nanti."“Aku sudah meminta petugas hotel untuk memanggil seorang dokter dan perawat untuk datang ke sini.”“Seriously, what the hell is going on last night?” tanya Lilly frustrasi saat melihat Kellan muncul dari kamar mandi dengan setelan jas rapi sembari merapikan dasi. “Hanya bermain.” Kellan mengedipkan satu matanya pada Kiara yang memutar kedua bola matanya jengah.“Did you?” Lilly bertanya curiga saat menyadari Kiara mengenakan
"I'm ok!”Lirih suara itu tak mampu membuat Kellan percaya, Kiara yang kini sedang menyandarkan kepalanya lemah pun masih kesulitan bernapas dalam gendongan Kellan. Kellan acuh dan tak mendengarkan sepatah katapun yang keluar dari bibir Kiara karena ia merasa bersalah."Turunkan aku!”“Kita harus ke rumah sakit.”“I’m ok.”“Aku akan meminta petugas hotel memanggil dokter dan memeriksa keadaanmu.”Kiara memejamkan kedua matanya karena kedua matanya yang terasa pedas, bersandar kepada pria yang hampir membuatnya mati sekaligus menyelamatkannya. Kiara tak lagi memiliki banyak kekuatan bahkan untuk berjalan kembali ke kamarnya, ia hampir saja mati beberapa menit yang lalu dan ia masih kehilangan sebagian jiwanya yang hilang di kolam.Ting!Pintu lift terbuka, Kellan berusaha tetap bersikap cool meskipun beberapa orang yang memasuki lift kini menatapnya heran. Bagaimana tidak, di saat semua tamu hotel berpakaian rapi, hanya Kiara dan Kellan yang tampak berantakan dengan tubuh dan pakaian b