Home / Pendekar / PEDANG NAGA LANGIT / Bab 15 - Hukuman dan Pembersihan Nama

Share

Bab 15 - Hukuman dan Pembersihan Nama

Author: Andi Iwa
last update Last Updated: 2025-03-09 09:00:31

Langit pagi masih diselimuti kabut ketika Li Feng kembali ke akademi dalam keadaan babak belur. Tubuhnya penuh luka akibat pertarungan di hutan dan jatuh dari tebing. Namun, bukan hanya rasa sakit fisik yang ia rasakan, melainkan juga tekanan batin yang menyesakkan. Sejak ia kembali, bisikan-bisikan penuh kecurigaan menyebar di antara para murid dan pengajar akademi.

"Pengkhianat," seseorang berbisik di sudut aula.

"Bagaimana mungkin dia selamat sendirian? Apakah dia bekerja sama dengan musuh?"

Li Feng menahan amarahnya. Ia tahu, tanpa bukti, membela diri hanya akan sia-sia. Dan tepat seperti yang ia duga, pagi itu, ia dipanggil menghadap Jenderal Zhao.

Pengadilan di Aula Akademi

Aula akademi penuh sesak. Semua murid dan pengajar berkumpul, wajah mereka mencerminkan berbagai ekspresi—penasaran, cemas, dan ada juga yang tampak puas melihat Li Feng dalam posisi terjepit.

Di tengah aula, Jenderal
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 147 – Pilihan Sang Pendekar

    Sang Kaisar berdiri tegak di hadapan Li Feng, tubuhnya yang menjulang tinggi diselubungi aura misterius yang begitu pekat. Tak ada yang bisa menggambarkan kekuatan yang dipancarkannya, kecuali rasa takut yang merayap perlahan di dalam diri setiap orang yang melihatnya. Di balik mata Kaisar yang tampak manusiawi, Li Feng bisa merasakan gelombang kegelapan yang tak terbendung. Sungguh, bukan hanya wajahnya yang bukan manusia. Ia adalah entitas yang telah hidup berabad-abad, merasuki tubuh manusia satu demi satu, menjelma menjadi satu sosok yang tak dapat dipahami oleh akal sehat. "Li Feng..." suara Kaisar berderak keras, penuh kekuatan, namun ada getaran lembut yang menyelusup ke dalamnya. "Kekuasaan abadi menunggumu. Kamu hanya perlu menyerahkan jiwamu... dan semua ini akan menjadi milikmu." Senyum Kaisar yang terlintas di wajahnya seolah sebuah jebakan maut. Li Feng, yang telah terbiasa menghadapi berbagai bahaya, kini merasa bahwa bahaya terbesar yang

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 146 – Kaisar dari Darah Dingin

    Li Feng terperangkap dalam kesunyian yang aneh, suara riuh dari kerumunan yang menonton eksekusi terhalang oleh suara deru napasnya yang terengah-engah. Mata pedang yang mengarah ke dadanya begitu tajam, seakan menunggu perintah untuk mengakhiri hidupnya dalam sekejap. Namun, di balik tirai sutra yang memisahkan dunia nyata dan penderitaan, ia merasakan ada sesuatu yang jauh lebih besar yang sedang menunggu untuk diperkenalkan kepadanya. Pikiran Li Feng berputar cepat. Apa yang sebenarnya terjadi? Kaisar… bukanlah manusia. Benarkah ini yang selama ini dirahasiakan oleh istana? Bayangan itu… bayangan di balik tirai, dengan aura yang berbeda dari manusia manapun. Keanehan ini membuat Li Feng terdiam sesaat, sebelum suara itu menggelegar, menghentikan semua suara di sekitarnya. "Li Feng," suara itu terdengar dari balik tirai, dalam, dingin, dan menggetarkan, "Apakah kau siap untuk menyaksikan kekuasaan sejati?" Li Feng tidak bisa bergerak. I

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 145: Eksekusi di Balik Tirai Sutra

    Li Feng terbaring lemah di dalam sel sempit, tubuhnya terasa berat dan pikiran dipenuhi dengan kebingungan. Pahlawan yang dulu menginspirasi banyak orang kini terjerat dalam permainan takdir yang menakutkan. Setiap saat, eksekusi yang telah dijadwalkan semakin mendekat, dan suara derap langkah penjaga yang berulang kali terdengar hanya mengingatkan betapa dekatnya akhir hidupnya. Hatinya berdebar, tapi juga ada keheningan yang dalam, seolah-olah ia sudah siap menghadapi apapun yang datang. “Eksekusi…” Li Feng bergumam perlahan. Ia memikirkan kata itu berulang kali, mencoba meresapi betapa ironisnya kenyataan ini. Dari seorang pemuda yang hanya bermimpi hidup lebih baik, kini ia harus menghadapinya sebagai seorang legenda yang akan dihancurkan begitu saja. Dalam keheningan itu, pikirannya berkelana ke masa lalu, mengenang setiap langkah perjalanan yang telah ia tempuh. Semua penderitaan, pengkhianatan, dan pertempuran seakan-akan terulang dalam benaknya, mengingatkan b

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 144: Kekalahan di Lembah Tujuh Langit

    Bumi bergetar di bawah kaki Li Feng, tanah yang menjadi saksi dari perjuangan terakhirnya kini mengalirkan darah dan debu. Lembah Tujuh Langit, tempat yang dulu dijuluki sebagai tempat suci bagi para pendekar, kini berubah menjadi medan pertempuran yang dipenuhi dengan kematian dan kehancuran. Pedang Naga Langit, yang telah menjadi simbol kekuatan dan takdir, kini terasa lebih berat dari sebelumnya. Li Feng memegang pedang itu dengan tangan gemetar, matanya yang penuh rasa kehilangan menatap ke arah medan perang yang telah hancur. “Lembah Tujuh Langit…” bisiknya, suara itu hampir hilang oleh gemuruh pertempuran. Ia mengingat masa-masa indah ketika tempat ini masih menjadi rumah bagi para pendekar sejati. Namun kini, tempat itu telah jatuh, dihancurkan oleh pasukan Shen Lu yang dipimpin oleh Jenderal Bayangan. Pasukan mereka tak terhitung jumlahnya, dan meskipun Li Feng bersama Jenderal Bai hanya memiliki 3000 pasukan tersisa, mereka telah berjuang mati-matian, mempert

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 143: Keputusan Mei Yue

    Dunia itu terasa asing—terlalu sunyi, terlalu kosong. Mei Yue terbangun di tanah yang tidak dikenalnya, hanya mendengar desir angin yang dingin menyapu wajahnya. Langit, di sini, berwarna kelabu, hampir seperti mendung yang tak pernah menebar hujan. Tanah yang diinjaknya berdebu, kasar dan keras, seperti dunia yang sudah lama terlupakan. Namun, hatinya yang terguncang belum sempat memikirkan hal-hal itu. Pikirannya masih terikat pada kenyataan pahit yang baru saja ia alami. Li Feng—suaminya, pria yang telah menjadi seluruh hidupnya—sudah terpisah darinya. Ia melihat bayangannya, wajahnya yang begitu akrab, namun bukan Li Feng yang ia kenal. Wajah itu adalah wajah yang penuh kebencian, kegelapan yang merasuki segala pikiran dan perasaan. "Tidak..." Mei Yue berbisik, suaranya serak, bahkan untuk dirinya sendiri. "Tidak mungkin." Dunia ini adalah cermin dari dunia yang telah ia tinggalkan. Cermin yang menunjukkan wajah Li Feng, namun bukan y

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 142 – Dunia Cermin

    Mei Yue terbangun dengan perasaan tercekik, seolah seluruh napasnya ditahan oleh suatu kekuatan yang tak terlihat. Matanya terbelalak, mencoba menangkap jejak dunia yang ia kenal. Namun, yang ia temui hanyalah kekosongan yang mengerikan, dunia yang tampak seperti bayangan dari yang pernah ada. Langit di atasnya berwarna abu-abu, seakan-akan langit itu tak pernah tahu bagaimana warna biru yang sesungguhnya. "Di mana ini?" suara Mei Yue tercekat, namun tak ada yang menjawab. Hanya gema suaranya yang bergema kembali, menyebar tanpa arah. Ia mencoba bangkit, tubuhnya terasa lemah, seolah seluruh energinya terhisap keluar dari tubuhnya saat ia tersedot ke dalam celah realitas beberapa waktu yang lalu. Berkali-kali ia menatap sekeliling, matanya mencari-cari petunjuk apa yang telah terjadi. Dunia ini, yang begitu familiar dan sekaligus asing, seakan terdistorsi dalam setiap detilnya. Bangunan yang pernah dikenalnya kini terlihat seperti siluet tanpa wujud, ru

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 141 – Perang Dua Pedang

    Langit di atas Lembah Tujuh Langit seakan menjadi saksi bisu dari pertarungan yang akan mengubah nasib dunia. Dua pedang, dua jiwa, dua takdir yang saling bertabrakan. Li Feng berdiri tegak di hadapan lawannya, Jenderal Bayangan, kembaran dirinya, dengan Pedang Naga Langit di tangannya. Keringat mengalir di pelipisnya, wajahnya tegang, namun matanya memancarkan tekad yang tak tergoyahkan. Pedang di tangan kanan Jenderal Bayangan bersinar gelap, seperti bayangan yang siap menelan segalanya. Itu adalah Pedang Naga Kegelapan—ciptaan Shen Lu, senjata yang diciptakan untuk menandingi Pedang Naga Langit, pedang legendaris yang kini dipegang Li Feng. Kedua pedang ini, simbol cahaya dan kegelapan, menjadi lambang dari pertarungan yang lebih besar dari sekadar duel antara dua individu. Ini adalah pertarungan antara dua dunia, dua kekuatan yang tak bisa dipisahkan. "Ini adalah takdir kita, Li Feng," suara Jenderal Bayangan terdengar, berat dan dingin. "Kau dan ak

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 140 – Saudara dari Dunia Lain

    Li Feng terengah-engah, napasnya terputus-putus, matanya terbelalak seiring dengan pelan terbukanya rahasia yang paling kelam dari pertempuran yang tak kunjung berakhir. Di hadapannya, Jenderal Bayangan, musuh yang selama ini mengancam kehidupannya, berdiri tegak. Wajah yang terungkap setelah topeng itu terkelupas, membuat dunia terasa berputar. Ternyata, wajah yang tertangkap oleh matanya adalah wajahnya sendiri. Li Feng mengusap wajahnya dengan tangan yang gemetar, seolah mencari pegangan. Tetapi, betapa pun ia mencoba untuk menegaskan apa yang dilihatnya, kenyataan itu tetap mengguncang jiwanya. Apa yang baru saja terjadi? Jenderal Bayangan, pria yang telah mengorbankan begitu banyak dalam peperangan ini, ternyata… sama seperti dirinya. "B-Bukan mungkin," Li Feng bergumam pada dirinya sendiri. Tangan yang memegang Pedang Naga Langit terasa lebih berat dari biasanya. Ia hampir tidak bisa mengendalikan pikirannya yang berkecamuk, yang se

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 139 – Topeng Jenderal Bayangan

    Li Feng berdiri dengan napas terengah-engah di tengah medan perang yang terbakar. Api masih menyala di sekelilingnya, melahap sisa-sisa pasukan yang kalah dan menimbulkan asap pekat yang mengaburkan pandangan. Namun, segala kekacauan ini tidak lagi menghalangi pandangannya. Semua perhatiannya tertuju pada satu sosok, yang berdiri di hadapannya, seperti bayangan yang tak bisa disentuh oleh api. Jenderal Bayangan. “Ha!” Li Feng mengangkat Pedang Naga Langit, menghunusnya ke udara. Setiap kilatan pedang itu menciptakan cahaya yang bersinar lebih terang dari api yang menghanguskan tanah. Di hadapannya, Jenderal Bayangan berdiri dengan tenang, matanya yang tersembunyi di balik topeng perak memancarkan aura dingin, tak bisa dibaca. “Mereka bilang kau tak akan bisa menembus pertahananku,” kata Jenderal Bayangan dengan suara serak yang menggema di telinga Li Feng. “Namun kau terus datang. Keterampilanmu memang luar biasa, tetapi kau belum cukup kuat.”

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status