"Ada apa? Ada yang ingin kamu katakan?" Clara melontarkan pertanyaan itu pada Sean saat melihat Sean dengan wajahnya yang seperti memendam sesuatu.Istri Bagas tersebut sudah kembali dari rumah sakit. Clara hanya mau dirawat inap satu malam setengah hari saja, ketika sudah mendapatkan hasil visum dokter untuk ia jadikan bukti kekerasan dalam rumah tangga yang dialaminya agar proses cerai berjalan dengan lancar Clara meminta pulang meskipun rasa sakit di puncak dadanya akibat perbuatan Bagas masih terasa.Sean masuk ke dalam kamar lalu memberikan satu cangkir minuman herbal yang diberikan oleh Ibu Nur padanya tadi. "Minum ini biar lukamu tidak terlalu menyiksa," katanya dengan penuh perhatian.Clara menerima minuman itu dan segera meminum isi cangkir itu dengan wajah sedikit mengernyit karena merasa pahit. Setelah melakukan perintah Sean, Clara menatap Sean seolah menagih pertanyaannya dijawab.Sean sadar hal itu hingga...."Carli sepertinya punya masalah, dia tadi menelpon dan ingi
"Apa yang kau lakukan, hentikan!" Carli masih berusaha untuk mencegah Anisa untuk memancing birahinya hingga ia mengucapkan kalimat tersebut pada perempuan itu. Anisa menghentikan apa yang diperbuatnya sebentar, ia menatap Carli yang saat itu menampakan raut antara menolak tapi juga menikmati untuk apa yang dilakukannya.Perempuan itu tersenyum penuh arti, sementara napas Carli sudah terdengar terengah-engah pertanda yang dilakukan oleh Anisa tadi cukup membuat dirinya terpancing gairah."Tidak mau menolongku?" tanya Anisa dengan sorot mata yang seolah ingin menjerat Carli."Kau memeras ku! Kau menjadikan ayahku sebuah senjata! Aku bisa melaporkan kamu, Nyonya Anisa!" kata Carli dengan tegas. "Aku tidak memeras, aku hanya menawarkan. Kalau kamu mau kita bertransaksi, aku berjanji tidak akan kecanduan untuk melakukan hal ini padamu, hanya karena kamu bisa menolongku saja, ya?"Anisa mengucapkan kalimat tersebut sembari melanjutkan apa yang dilakukannya pada bagian rahang Carli. Tid
"Rumah ini peninggalan mendiang ayah Bagas, perusahaan mungkin tidak bisa diselamatkan oleh Bagas karena Clara, tapi rumah ini? Apakah juga akan direlakan? Rasanya Mama tidak bisa melakukan hal itu."Suara Berlina terdengar perlahan dan Anisa mengarahkan tatapannya pada sang ibu mertua dengan pikiran yang masih berusaha untuk mencari jalan keluar."Nisa, bantu Mama untuk menuntut kerugian moral pada Clara, ya? Dia harus bertanggung jawab atas semua ini!" lanjut Berlina sembari meraih kedua tangan Anisa. Bagaimana ini? Tidak mungkin bisa menuntut Clara karena Bagas yang menyebarkan video itu, kalau perempuan ini tahu kelakuan anaknya mungkin bisa jantungan dia, aku harus mencari jalan lain agar bisa membuat rumah ini tetap milik mereka....Hati Anisa bicara seperti itu ketika mendengar permohonan sang ibu mertua.Kalau aku bisa membuat mereka tetap bertahan di rumah ini, mereka pasti semakin sayang padaku....Kembali, Anisa membatin, sampai kemudian, ia membalas pegangan tangan sang
Belum lagi Bagas menanggapi apa yang dikatakan oleh orang yang menerima panggilan darinya untuk Clara tersebut, orang yang tidak lain adalah Sean itu menutup sambungan komunikasi mereka dan beberapa saat kemudian terdengar suara pesan masuk ke ponsel Bagas hingga Bagas segera membukanya. Sebuah alamat tertulis di sana dan Bagas mengeratkan genggaman tangannya pada ponselnya karena hatinya terasa panas ketika menyadari Clara memang sampai saat ini tetap bersama dengan Sean. Terbukti ponsel sang istri saja sampai dipegang oleh seorang pria dan Bagas sangat yakin pria itu adalah Sean."Kurang ajar! Clara, kamu benar-benar membuatku marah!!" rutuknya dengan nada suara yang terdengar sangat diselimuti kemarahan.Sementara itu, di waktu yang sama, Anisa sibuk menenangkan Berlina dan juga Bella semenjak mereka tadi diminta Bagas untuk keluar dari kamar.Berlina yang sangat shock sekaligus marah karena melihat video milik Clara yang disebarkan oleh Bagas benar-benar tidak bisa mengendalikan
Clara terdiam mendengar apa yang diucapkan oleh Sean. Seolah ia baru ingat tentang hal itu sekarang. "Tetap lah di sini, aku akan menjagamu, kita lihat hasil pemeriksaan kamu besok, kalau semuanya bagus, visum juga sudah keluar kita akan pulang." Suara Sean kembali terdengar membuat Clara akhirnya mengangguk. "Terima kasih, dan aku minta maaf, aku sudah banyak merepotkan kamu." Clara mengucapkan kata itu dengan nada suara yang perlahan, dan Sean mengulurkan tangannya lalu menepuk pundak Clara perlahan pula. "Sudah sepantasnya aku melakukan hal ini, kamu tidak perlu sungkan. Sekarang kamu istirahat." Clara mengarahkan pandangannya pada wajah Sean, dan pandangan mata mereka bertemu. Lagi, desiran aneh dirasakan oleh Clara, dan hal itu mampu membuat Clara jadi merasa sangat tidak mengerti, mengapa ada perasaan seperti itu hadir menyelimutinya. Tidak! Jangan dinikmati! Kalau aku menikmati perasaan ini, aku khawatir akan jatuh cinta pada Sean, aku tidak mau itu terjadi....
Dengan cepat, Sean menangkap tubuh Clara dan berteriak memanggil pelayan dengan suara yang keras.Terburu-buru Bu Nur datang, dan ia terkejut melihat Sean sudah menggendong tubuh Clara yang lemas."Bantu buka pintu mobil Bu! Aku mau bawa Clara ke rumah sakit!" perintah Sean dan Bu Nur yang memang lebih suka dipanggil ibu oleh Sean dibandingkan bi, segera melakukan perintah sang majikan. Ia berlari keluar dan membuka pintu mobil Sean yang terparkir di depan pekarangan rumah sederhana tersebut.Sean memasukkan tubuh Clara ke dalam mobil, lalu ia sendiri menyusul masuk ke mobil untuk segera membawa Clara ke rumah sakit setelah mengatakan pada Ibu Nur untuk berhati-hati di rumah."Clara! Bertahanlah, aku akan menolong mu!"Berulang kali pria itu bicara demikian sambil sesekali melihat ke arah Clara di sebelahnya.Tidak ada sahutan. Clara benar-benar sudah pingsan, dan itu membuat Sean semakin cemas khawatir, Clara kenapa-kenapa.Tidak berapa lama kemudian, mereka sudah sampai ke rumah sa