Share

PERBINCANGAN SAAT SENJA

Pukul 21.30 Pak Afran tampak masih online tetapi bukan dengan Aisyah. Aisyah meradang, menunggu pada menit keberapa ia akan disapa. Namun Pak afran tak kunjung menyapa juga. Aisyah mulai tidak berdaya untuk menahan kesabarannya dan menghentikan Tanya.

“Pak..” Sapa Aisyah, semenit, dua menit hingga pada menit ke tiga sapa itu pun terjawab.

“Iya..”

“Masih online, Pak, tumben”

“Ada sedikit konsultasi yang harus Bapak layani.” Jelas Pak Afran. Sontak hati Aisyah meletup-letup.

“Hanya pasien konsultasi istimewa yang akan dilayani di jam-jam istimewa.” Jawab Aisyah mulai keras dan di usianya Pak Afran bukannya tidak tahu bahwa Aisyah sedang marah.

Singkat ia menjawab “He, he, he.” Hanya itu lalu tulisan online pun hilang.

Aisyah mencoba bersenda gurau dengan hatinya, mencoba menertawakan rasa yang ia punya. Sedemikian cintakah ? Sedemikian agungkah ?

Dalam pernikahan sebelumnya bila permasalahan seperti ini terjadi maka Aisyah pasti memilih pergi, namun hari ini mengapa Aisyah merasa damai sekali…

Waktu berlalu, Aisyah mencoba bersikap biasa hingga usai senja. Saat seperti ini biasanya Pak Afran sendirian di kamar. Aisyah mencoba bicara.

“Assalamualaikum, Pak.”

“Waalaikumsalam..”

“Bapak sibuk ?”

Tanya Aisyah perlahan, ia sedang berusaha mencari jalan keluar dari kegundahan hatinya sendiri.

“Bapak semalam online dengan siapa ?”

“Aisyah mau Bapak jujur atau berbohong ?” Aisyah resah. Ia meraba hatinya.

“Jujur..” Hanya itu yang mampu Aisyah tulis.

“Tapi ibu janji tidak boleh marah atau sakit hati ya…”

“InsyaAllah.”

“Dengan Henny.”

Aisyah menatap nanar pernyataan itu. Henny, wanita Jawa yang mempesona, Henny wanita yang pernah membuat Pak Afran jatuh cinta dan Henny juga yang akhirnya meminta diceraikan justru saat Pak Afran membutuhkan.

“Henny butuh uang, Bu. Kasihan, butuh waktu buat dia untuk bisa mandiri.”

It’s so goodddddddd !!!! Fix Aisyah kecewa atas pernyataan jujur Pak Afran. Aisyah melepas ponselnya kemudian rebah di ranjang sendirian. Ia menatap langit-langit kamar, seperti mimpi melalui jalan ini, ia ingin marah pada Allah namun ia ingat bahwa Pak Afran adalah nama yang senantiasa ia sebut dalam doa bertahun-tahun lamanya. Kini Allah mempertemukan, mestinya Aisyah merasa bahagia menerima anugrah dariNya. Menerima segala kekurangan dan kelebihannya.

Ya,,, untuk itu Aisyah merasa telah melakukannya namun untuk Henny entah mengapa sulit bagi Aisyah bersinergi. Nama itu terlampau meracuni hatinya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status