Share

RUMAH BARU 2

BAB 8

“Halo, nama saya Silvi. Saya tinggal di depan,” ujar wanita berparas cantik tersebut seraya menatap rumahnya.

“Oh, halo, Nak Silvi. Saya Saraswati, dan ini putri saya Kamila,” sahut Ibu Kamila. Silvi terkesiap sejenak, lalu menatap Kamila dengan seksama. Untuk beberapa saat, mata mereka saling bersiborok sebelum akhirnya wanita tersebut mengulas sebuah senyuman.

“Halo, Kamila. Nama kamu mengingatkan saya pada seseorang,tapi saya yakin itu pasti bukan kamu,” ujar Silvi seraya mengulurkan tangannya. Kamila menatap uluran tangan tersebut sejenak sebelum akhirnya menjabatnya.

“Saya rasa memang bukan karena saya tidak mengenal kamu,” sahut Kamila. SIlvi pun menganggukkan kepalanya tanda setuju.

“Sudah mau ditempati?” tanya Silvi basa-basi.

“Rencananya sih secepatnya. Nak Silvi sendiri sudah lama tinggal disini?” tanya Ibu Kamila.

“Belum lama sih, baru sekitar dua minggu. Baiklah, saya permisi dulu, mau ketemu calon mertua,” ujar wanita tersebut seraya berbisik.

“Oh iya, silahkan, Nak!”

Dengan penuh percaya diri, Silvi meninggalkan Kamila dan ibunya, lalu melangkah menghampiri mobilnya dan segera melesat meninggalkan mereka. Sementara itu, Kamila menatap wanita tersebut hingga dia benar-benar menghilang.

‘Dari sekian banyak tempat, kenapa harus ketemu dia disini sih?’ ujar Kamila dalam hati.

“Mila! Kamila!” seru ibunya.

“Astaga … Ibu, ngagetin aja deh!” sahut Kamila seraya mengusap dadanya karena terkejut.

“Habisnya kamu dari tadi Ibu panggil gak nyahut-nyahut,” omel wanita paruh baya tersebut.

“Wkwkwk … maaf, Bu!”

“Sudah, ayo kita masuk!” ujar wanita paruh baya tersebut, lalu segera melangkahkan kakinya meninggalkan putrinya. Sementara itu, Yasmin dan Dika sudah asyik berkeliling melihat seluruh isi rumah.

“Kak, ini mau diisi perabotan sekalian?” tanya Dika setelah puas berkeliling.

“Iya, nanti kita belanja. Sekarang kita bersih-bersih saja dulu,” sahut Kamila.

“Kalian pergilah, biar Ibu yang bersihkan tempat ini.”

“Jangan dong, Bu, kita bersihkan sama-sama saja. Aku gak mau Ibu kecapekan,” sahut Kamila.

“Kecapekan apanya sih? Sudah, sana pergi. Biar nanti siang barangnya bisa langsung dikirim,” ujar wanita paruh baya tersebut.

“Tapi, Bu ….”

“Sudah, sana pergi. Bukankah kamu ingin segera menempati rumah ini/”

“Em ….”

“Aku rasa Ibu benar, Kak. Lebih cepat, lebih baik,” sahut Dika.

“Oke deh, tapi Ibu jangan memaksakan diri ya. Kalau capek, istirahat saja,” pesan Kamila.

“Iya, kamu tidak perlu menghawatirkan Ibu,” sahut Saraswati berusaha menenangkan putrinya.

“Yasmin mau ikut Ibu apa disini nemenin nenek?’ tanya Kamila beralih pada putrinya.

“Aku nemenin nenek aja. Kasihan nenek sendirian,” sahut gadis kecil tersebut.

“Oke, yang terpenting jangan nakal ya.”

“Siap, Bu!” sahut gadis keci tersebut seraya memberikan hormat. Mereka semua pun terkekeh geli melihat tingkah lucu gadis kecil tersebut.

Kamila dan Dika bergegas untuk berbelanja. Untuk mempersingkat waktu, mereka memilih mendatangi sebuah tokofurniture besar dan lengkap. Setelah merasa cukup, mereka segera bergegas pulang. Pihak toko yang akan mengirimkan barang pesanan mereka.

Kamila merasa tidak tenang meninggalkan ibunya bersama putrinya sendiri. Sebelum pulang tak lupa mereka membeli makanan untuk makan siang. Selang tak berapa lama kemudian, mereka pun sudah tiba kembali di rumah.

“Ibu!” seru Yasmin dengan wajah cerianya.

“Halo, Sayang. Yasmin sudah lapar belum? Ini Ibu bawakan ayam goreng kesukaan Yasmin,” ujar Kamila seraya memamerkan tentengannya.

“Yey … ayam goring,” seru gadis kecil tersebut. Kamila terkekeh geli melihat tingkah putri semata wayangnya tersebut, begitu juga dengan ibu dan adiknya.

“Ya sudah, ayo kita makan sama-sama sekalian. Kita lesehan disini saja ya!” ujar Kamila.

“Ayo, aku juga udah lapar banget ini,” sahut Dika. Mereka pun segera menikmati makan siang sembari bercengkerama penuh kehangatan. Diam-diam, hati Kamila kembali menghangat. Sudah lama dia tidak merasakan hangatnya makan bersama keluarga seperti ini. Meskipun jarak rumah mereka dekat, namun suaminya jarang memberinya izin untuk berkunjung.

‘Sepertinya aku harus sering mengagendakan untuk mengunjungi Ibu,” ujar Kamila dalam hati.

“Mila, jangan kebanyakan ngelamun. Ayo cepat habiskan makanannya,” ujar ibunya dengan lembut.

“Iya, Bu.” Kamila pun kembali melanjutkan makannya yang tertunda.

Selang tak berapa lama setelah mereka selesai makan siang, furniture yang dia beli tadi pun sudah datang. Akhirnya mereka kembali disibukkan dengan menata segala macam perabotan. Kamila sibuk mengarahkan para pekerja untuk menata barang-barang tersebut, begitu pun dengan Dika. Sementara itu, Ibu Kamila menjaga cucunya agar tidak mengganggu pekerjaan para pekerja.

“Akhirnya selesai juga!” ujar Dika seraya menjatuhkan bobotnya di sofa baru.

“Capek banget ya?” tanya Kamila.

“Iyalah, tapi seneng juga. Puas banget lihat hasilnya,” sahut Dika.

“Iya, Ibu juga seneng lihatnya. Setelah ini tinggal mengisi perlengkapan kecil-kecil. Sambali jalan bisalah itu,” sahut ibunya.

“Iya, Bu. Besok pas longgar aku akan kesini lagi dan belanja. Oh ya, setelah semuanya lengkap, bagaimana kalau Ibu pindah kesini saja?” pinta Kamila.

“Terus rumah Ibu bagaimana? Kamu saja sama Yasmin disini,” sahut ibunya.

“Aku pengennya sama Ibu dan Dika juga. Lagian kan nantinya aku akan kerja, ntar Yasmin gak ada temannya dong,” sahut Kamila.

“Kakak mau kerja apa?” tanya Dika penasaran.

“Rencananya sih pengen buka toko sembako di pasar induk saja. Ini aku sedang cari info ruko yang disewakan,” sahut Kamila.

“Kenapa gak beli saja sekalian?”

“Uangnya belum cukup, Dik. Lagian kakak juga perlu modal,” sahut Kamila memberikan penjelasan.

“Ibu setuju. Nanti Ibu boleh ikut bantu kan?” tanya wanita paruh baya tersebut.

“Tidak usah lah, Bu. Ibu di rumah saja istirahat. Masalah pekerjaan biar aku dan Dika yang menghandel,” sahut Kamila.

“Cocok tuh. Ntar aku bantu cari info ruko yang dikontrakkan,” sahut Dika.

“Sip. Oh ya, Bu, ini sudah sore. Sebentar lagi Mas Adrian pulang kantor. Aku pulang duluan ya. Ibu sama DIka kalau mau nginap sekalia gak papa,” ujar Kamila.

“Lain kali saja nginapnya setelah resmi pindahan. Sementara inikita beres-beres saja dulu,” sahut ibu Kamila.

“Ya sudah. Terserah Ibu saja.”

“Kak, mau aku antar?” tawar Dika.

“Gak usah, kakak pesan taksi online saja,” sahut Kamila.

“Oh ya, Dik, besok kamu ambil motor baru di dealer ya. Motor punyamu biar kakak pakai,” pinta Kamila.

“Kakak jadi pakai motor butut ini?” tanya Dika penasaran.

“Iya, takut dicurigai kalau motornya bagus,” sahut Kamila.

“Terserah kakak saja deh.”

Beberapa saat kemudian, taksi yang dipesan Kamila sudah tiba. Setelah berpamitan, dia dan putrinya segera meluncur dan kembali ke rumah yang biasa dia tempati bersama sang suami. Baru saja dia turun dari taksi dan hendak masuk ke dalam rumah, sebuah sapaan menghampiri pendengarannya.

“Masih ingat rumah rupanya.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status